PROPOSAL KERJA PRAKTIK
CV. Agri Bio Tech
Yogyakarta
Disusun oleh :
Benny Saputra
NIM : 08 08 01062
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTIK (KP)
CV. Agri Bio Tech
Yogyakarta
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan
Kerja Praktik
Disusun oleh :
Benny Saputra (08 08 01062)
Yogyakarta, 5 Mei 2011
Menyetujui
Dosen Pembimbing, Mahasiswa,
Dra. Exsyupransia Mursyanti M. Si Benny Saputra
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Manfaat
4. Nama Kegiatan
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
6. Peserta
7. Jadwal Kegiatan
8. Penutup
1. Latar Belakang
Dalam era persaingan bebas dewasa ini, sangat diharapkan peranan dunia pendidikan mendukung segala aspek yang diperlukan untuk memberikan sumbangan pemikiran dan karya nyata dalam membangun bangsa dan negara. Dalam hal ini dunia kerja menuntut untuk mendapatkan sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif dalam persaingan dunia usaha. Untuk itu sangat diperlukan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional yang tinggi untuk menghadapi perkembangan dan persaingan global baik masa kini maupun masa mendatang.
Pelaksanaan kuliah kerja praktik ini merupakan salah satu model untuk mendekatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara pengetahuan di perkuliahan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Kuliah kerja praktek merupakan alternative dalam menerapkan kurikulum nasional sebagai mata kuliah yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang professional dalam bidangnya.
Kerja Praktik (KP) merupakan mata kuliah yang menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Biologi secara langsung di lapangan. Kerja praktik dilaksanakan dengan cara magang kerja di suatu lembaga atau instansi terkait yang bergerak di bidang sesuai konsentrasi studi yang dipilih.
CV. Agri Bio Tech sebagai salah satu instansi atau lembaga yang bergerak dalam bidang industri yang berada di Yogyakarta. CV. Agri Bio Tech dipandang sebagai tempat kerja praktik relevan bagi mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta terutama di bagian kultur jaringan. Pada kerja praktik ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami secara umum kegiatan yang ada di instansi dan mendapatkan pengalaman kerja serta mampu memberikan ide atau gagasan baru berdasarkan kondisi di lapangan sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari.
2. Tujuan
Tujuan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan kerja praktik adalah sebagai berikut :
- Memberi wawasan kepada mahasiswa tentang dunia kerja yang sebenarnya.
- Menambah pengalaman dan pelatihan kerja serta daya analisis mahasiswa dalam penerapan ilmu dan teknologi, khususnya di bidang Biologi.
- Menjalin hubungan dan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait, baik dalam bidang penelitian maupun ketenagakerjaan.
3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan dan pelaksanaan kerja praktik ini terutama bagi mahasiswa dan untuk instansi atau lembaga yang menerima mahasiswa untuk kerja praktik.
a. Manfaat Bagi Mahasiswa
o Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dan data-data yang diperoleh selama kerja praktik ke dalam sebuah Laporan Kerja Praktik.
o Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan pengalaman di kerja lapangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan Tugas Akhir.
o Mahasiswa dapat mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.
o Mahasiswa mendapat gambaran tentang kondisi real dunia kerja dan memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri.
b. Manfaat Bagi Instansi atau Lembaga Terkait
o Hasil kegiatan yang dilakukan selama kerja praktik dapat menjadi bahan masukan bagi pihak instansi atau lembaga untuk menentukan kebijaksanaan instansi atau lembaga di masa yang akan datang khususnya di bidang Kultur Jaringan (Kultur in Vitro).
4. Nama kegiatan
Kegiatan ini diberi nama “Kerja Praktik Mahasiswa Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada CV. Agri Bio Tech”.
5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Berdasarkan kalender akademik Universitas Atma Jaya Yogyakarta Semester Pendek tahun ajaran 2010/2011, maka saya mengusulkan untuk melaksanakan kerja praktik selama 1 bulan, dari tanggal 13 Juni sampai 13 Juli 2011. Namun, semua keputusan yang diambil mengenai jadwal dimulai dan berakhirnya kerja praktik ini seluruhnya diberikan kepada pihak CV. Agri Bio Tech. Namun besar harapan saya, apabila pihak CV. Agri Bio Tech dapat mempertimbangkan usulan tersebut. Pelaksanaan kerja praktik ini bertempat di :
Nama : CV. Agri Bio Tech
Alamat lengkap : Jl. Jambon No 605 Gang Batan, Jatimulyo, Kricak Tegal rejo Yogyakarta
6. Peserta
Peserta kerja praktik Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada CV. Agri Bio Tech adalah mahasiswa Jurusan Biologi dengan konsentrasi minat studi Industri, dengan data sebagai berikut :
Nama : Benny Saputra
NIM : 08 08 01062
Jurusan : Biologi
Semester : 6
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 13 Februari 1990
Alamat : Janti Gang Sengon No 180 RT 04 RW 02
Catur Tunggal Depok Sleman 55281
Kemampuan
1. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengenai kultur jaringan (kultur in vitro).
2. Memiliki kemampuan untuk mengoperasikan Microsoft Office, Adobe Photoshop, SPSS, dan lain-lain.
7. Jadwal Kegiatan
Selama melakukan kegiatan perkuliahan aktif di Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, saya telah mengambil beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan kultur jaringan seperti : Struktur Perkembangan Tumbuhan, Fisiologi Tumbuhan, Genetika, Bioteknologi Tanaman, dan Biologi Molekuler. Beberapa mata kuliah tersebut juga mempunyai kegiatan pratikum sehingga saya mempunyai beberapa ketrampilan dalam kultur jaringan.
Dalam proses kerja praktik di CV. Agri Bio Tech, saya ingin mengetahui secara langsung proses-proses yang ada di dalamnya dan sebagai bahan perbandingan teori dan pengetahuan yang saya terima di dalam perkuliahan. Oleh karena itu, sebagai wujud nyatanya saya ingin terjun langsung dalam proses tersebut sehingga saya dapat mengetahui secara nyata bagaimana bentuk dunia kerja sebenarnya, khususnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang saya pelajari.
Berikut ini adalah jadwal kegiatan sebagai usulan dan pertimbangan untuk pelaksanaan kerja praktik di CV. Agri Bio Tech
Jenis Kegiatan | Minggu | |||
1 | 2 | 3 | 4 | |
Orientasi lingkungan kerja (pemahaman cara kerja dan peralatan) | ya |
|
|
|
a. Pembuatan medium budidaya b. Sterilisasi peralatan, medium, eksplan, dan ruangan | ya |
|
|
|
Kultur in vitro tanaman anggrek a. Penaburan biji anggrek b. Overplanting bibit anggrek c. Penanaman bibit anggrek d. Aklimatisasi anggrek |
| ya | ya |
|
Kultur in vitro tanaman pisang |
|
|
| ya |
Pengumpulan data untuk penyusunan laporan kerja praktik | ya | ya | ya | ya |
Semua jadwal perencanaan yang dibuat hanya berupa usulan dan masih bersifat sementara. Semua keputusan saya serahkan kepada kebijakan dari pihak CV. Agri Bio Tech. Namun besar harapan saya apabila usulan jadwal ini dapat dipertimbangkan. Selama melaksanakan kerja praktik di CV. Agri Bio Tech, bila diperkenankan saya juga ingin mempelajari tentang pembuatan medium budidaya dalam bentuk serbuk dan setelah kerja praktik berakhir saya ingin mendapat penilaian dari pihak CV. Agri Bio Tech. Tentu saja persetujuan hal tersebut di atas, disesuaikan dengan kebijaksanaan yang berlaku di dalam CV. Agri Bio Tech.
Selama melaksanakan kerja praktik di lokasi, mahasiswa mempunyai kewajiban mentaati tata tertib ataupun prosedur yang ditentukan pihak CV. Agri Bio Tech; wajib menjaga nama baik civitas akademika Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta; dan mahasiswa dituntut aktif melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing.
8. Penutup
Demikian proposal kerja praktik ini saya buat dengan harapan dapat memberikan gambaran singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan diadakan kerja praktik di CV. Agri Bio Tech, besar harapan saya untuk dapat melaksanakan kerja praktik di tempat ini. Saya menyadari bahwa pada saat pelaksanaan kerja praktik akan sedikit mengganggu kegiatan CV. Agri Bio Tech dan untuk itu sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada kita semua.
Demikian atas bantuan dan kerja sama semua pihak yang terkait saya ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 5 Mei 2011
Peserta
Benny Saputra
NIM 08 08 01062
KULTUR IN VITROTANAMAN
ANGGREK PhalaenopsisHIBRIDA
Laporan Kerja Praktik di CV. AGRI BIO TECH
Yogyakarta
Disusun oleh:
Benny Saputra
NPM : 08 08 01062
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
YOGYAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kerja Praktik dengan judul KulturIn Vitro Tanaman Anggrek Phalaenopsis Hibrida telah disetujui dan diajukan pada ujian Kerja Praktik
pada hari Senin, 17 Oktober 2011
Disusun oleh:
Benny Saputra
NPM : 08 08 01062
Yogyakarta, 4 November 2011
Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,
Dra. Exsyupransia Mursyanti, M.Si. Drs. P. Kianto Atmodjo, M.Si.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, anugerah dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul “Kultur In Vitro Tanaman Anggrek PhalaenopsisHibrida”. Laporan Kerja Praktik ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan kegiatan Kerja Praktik. Kerja Praktik yang dilakukan selama 25 hari di CV. Agri Bio Tech merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan terlupakan bagi penulis.
Selama melaksanakan Kerja Praktik penulis mendapatkan pengetahuan, pengalaman baru, dan dapat mengaplikasikan ilmu biologi yang diperoleh selama kuliah. Laporan Kerja Praktik ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada :
1. Drs. A. Wibowo Nugroho Jati, M.S., selaku dekan Fakultas Teknobiologi Atma Jaya Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan Kerja Praktik.
2. Dra. Exsyupransia Mursyanti, M.Si., selaku dosen pembimbing Kerja Praktik yang dengan sabar telah membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan Kerja Praktik.
3. Drs. P. Kianto Atmodjo, M.Si., selaku dosen penguji Kerja Praktik yang telah memberi masukan, ilmu, dan saran dalam penyempurnaan laporan Kerja Praktik.
4. Achmad Himawan, M.Si., selaku pimpinan CV. Agri Bio Tech yang telah mengizinkan pelaksanaan Kerja Praktik dan memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Agung Surono, S.Si., selaku pembimbing yang telah mendampingi, membantu dan mengarahkan penulis selama Kerja Praktik di CV. Agri Bio Tech.
6. Kusnarlia, selaku pegawai dan staf CV. Agri Bio Tech yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan Kerja Praktik.
7. Staf dan pegawai Tata Usaha Fakultas Teknobiologi Atma Jaya Yogyakarta yang telah membantu dalam pengurusan surat / berkas dan pelaksanaan ujian Kerja Praktik.
8. Kedua orang tua, paman, bibi, serta kakak yang selalu memberi semangat, dukungan, dan doa.
Akhir kata, semoga laporan Kerja Praktik ini dapat berguna bagi masyarakat luas dan dapat dijadikan kajian lebih lanjut bagi ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, 4 November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN TELAH SELESAI KP
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
INTISARI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
D. Lokasi Pemilihan Kerja Praktik
II. DESKRIPSI INSTANSI
A. Sejarah CV. Agri Bio Tech
B. Fungsi CV. Agri Bio Tech
C. Struktur Organisasi
D. Lokasi dan Fasilitas Penunjang CV. Agri Bio Tech
E. Bidang Usaha
F. Produk Barang atau Jasa
G. Pemasaran
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
A. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
B. Metode Pelaksanaan Kerja Praktik
C. Alat dan Bahan
D. Cara Kerja
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Anggrek PhalaenopsisHibrida
B. Medium Kultur dan Sterilisasi
C. Penaburan Biji Anggrek
D. Subkultur Anggrek PhalaenopsisHibrida
E. Aklimatisasi Anggrek PhalaenopsisHibrida
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel l.Jadwal Kegiatan Kerja Praktik di CV. Agri Bio Tech
Tabel 2. Komposisi Medium Murashige & Skoog 1962
DAFTAR GAMBAR
Gambar l.Anggrek Phalaenopsishibrida
Gambar 2. Phal. Tai-I Yellow Bird (a) dan Phal. Shin Yi Diamond
(b)
Gambar 3. Bahan pembuatan medium MS instan
Gambar 4. Botol kultur yang digunakan
Gambar 5. Autoklafgas (a) dan dandang (b)
Gambar 6. Buah anggrek Phalaenopsis yang dicuci (a) dan direndam camp-
uransabun cuci dan tween (b)
Gambar 7. Medium yang berisi taburan biji anggrek
Gambar 8. Biji anggrek yang berkecambah
Gambar 9. Anggrek Phalaenopsis yang disubkultur
Gambar 10. PlantletPhalaenopsisyang siap diaklimatisasi
Gambar 11. Akar pakis yang direndam
Gambar l2. Aklimatisasi anggrek Phalaenopsispada media kom-pot
INTISARI
CV. Agri Bio Tech merupakan salah satu instansi atau lembaga yang bergerak dalam bidang industri kultur in vitro tanaman yang berada di Yogyakarta. CV. Agri Bio Tech memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat melakukan penelitian maupun magang (Kerja Praktik), terutama di bidang kultur in vitrotanaman. Kerja Praktik yang dilakukan sebagai kegiatan yang dapat menunjang mahasiswa untuk dapat menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah di dalam lapangan kerja. Tujuan dilakukannya Kerja Praktik adalah untuk mengetahui proses kultur in vitro tanaman anggrek Phalaenopsishibrida, mengetahui cara aklimatisasi tanaman anggrek Phalaenopsishibrida, serta membandingkan tingkat sterilitas alat dan medium apabila menggunakan dandang dan autoklaf dalam kultur in vitro tanaman anggrek.Proses kultur in vitro dimulai dari pembuatan medium MS instan, sterilisasi medium dengan dandang (30 menit) atau autoklaf (15 menit), pemilihan eksplan berupa buah anggrekPhalaenopsishibrida yang berumur 3 bulan lebih, sterilisasi eksplan secara kimia (dicuci dan direndam sterilan) dan fisik (dicelup spritus 95 % dan dibakar sebanyak 3 kali), penaburan biji anggrek (planting), dan subkultur bibit anggrek Phalaenopsis hibrida. Hasil penaburan biji anggrek menunjukkan perubahan menjadi hijau, bulat, dan lengket pada saat minggu ke-3 setelah penaburan. Hasil subkultur bibit anggrek belum memiliki organ lengkap menunjukkan multiplikasi membentuk tunas baru yang ditandai dengan tunas dengan warna hijau lebih muda pada hari ke-11. Pada bibit anggrek yang sudah memiliki organ lengkap (akar, daun, dan batang) setelah beberapa hari disubkultur tampak akar mulai menempel pada medium dan batang berdiri tegak ke atas.Aklimatisasi dilakukan dengan pengeluaran plantlet dari dalam botol, sterilisasi kimia dengan bayclin, pengeringan, pemindahan ke media kom-pot yang terdiri dari akar pakis dan perawatan tanaman anggrek. Hasil aklimatisasi menunjukkan plantlet dapat beradaptasi dengan baik pada kom-pot ditandai dengan plantlet tetap segar dan hijau. Penyemprotan dengan hand sprayer membantu menjaga kelembapan dan ketersediaan air bagi plantlet anggrek.Hasil sterilisasi dengan dandang atau autoklaf menunjukkan alat dan medium MS instan mempunyai tingkat sterilitas yang sama. Dandang dapat memberikan tingkat sterilitas yang baik seperti autoklaf, dengan pemberian Plant Preservative Mixture (PPM) ke dalam medium kultur.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata kuliah Kerja Praktik merupakan salah satu matakuliah wajib di Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Kerja Praktik merupakan suatu bentuk kerja lapangan bagi mahasiswa yang dilaksanakan di perusahaan atau instansi yang terkait sesuai konsentrasi studi yang dipilih.Kerja Praktik dapat menunjang mahasiswa untuk menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi suatu jenis kegiatan atau pekerjaan di suatu instansi atau lembaga yang berkaitan dengan bidang minat studi dan juga sebagai gambaran penelitian.Pelaksanaan kuliah Kerja Praktik ini merupakan salah satu model untuk mendekatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara pengetahuan di perkuliahan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.
CV. Agri Bio Tech sebagai salah satu instansi yang bergerak dalam bidang industri kultur in vitro tanaman yang berada di Yogyakarta.CV. Agri Bio Tech dipandang sebagai tempat Kerja Praktik relevan bagi mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta karena instansi ini bergerak dalam bidang yang sesuai dengan konsentrasi studi yang dipilih oleh mahasiswa yaitu Teknobio-Industri dan mempunyai hubungan yang erat dengan mata kuliah Bioteknologi Tanaman yang telah didapatkan di Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan di CV. Agri Bio Tech adalah kultur in vitrotanaman anggrek Phalaenopsishibrida. Tanaman anggrek Phalaenopsismerupakan salah satu tanaman hias yang memiliki keindahan pada bunganya dengan variasi yang hampir tidak terbatas sehingga mempunyai nilai estetika dan ekonomis yang tinggi.Daya tarik bunga Phalaenopsis adalah bunga dapat bertahan selama satu sampai enam bulan dan dapat berbunga dua sampai tiga kali pertahun.Phalaenopsis merupakan anggrek yang sering digunakan sebagai induk hibrida (persilangan). Jenis anggrek Phalaenopsis telah banyak digunakan sebagai induk untuk menghasilkan ribuan anggrek hibrida dikarenakan bentuk, warna, dan ukuran bunganya sangat bervariasi.
Dalam usaha memperbanyak anakan anggrek Phalaenopsishibrida secara cepat, cara yang dapat dilakukan adalah kultur in vitro. Salah satu bagian tanaman anggrek yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah bijinya, yang selanjutnya ditanam ke medium dalam botol secara aseptis / steril. Cara ini tergolong sangat efisien dan efektif karena dapat dihasilkan beratus-ratus bibit anggrek hanya dalam waktu singkat dan tidak harus membutuhkan tempat yang luas. Oleh karena itu, proses kultur in vitro tanaman anggrek Phalaenopsishibrida terutama dalam hal pemilihan eksplan, proses sterilisasi, penaburan biji dan subkultur anggrek sangat menarik untuk diketahui.
Tahapan akhir dari perbanyakan tanaman dengan teknik kultur in vitro adalah aklimatisasi. Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan tanaman ke media aklimatisasi. Tahap ini merupakan tahap yang kritis karena kondisi iklim di lapangan sangat berbeda dengan kondisi di dalam botol kultur. Proses aklimatisasi yang benar sangat menunjang dalam keberhasilan anggrek Phalaenopsishibrida dapat hidup, tumbuh, dan berbunga sehingga dapat dinikmati keindahannya. Oleh karena itu, aklimatisasi tanaman anggrek Phalaenopsishibrida sangat perlu untuk diketahui.
Sterilisasi merupakan suatu upaya untuk menghilangkan kontaminan/jasad hidup yang tidak diinginkan.Autoklaf merupakan salah satu alat yang sering digunakan untuk proses sterilisasi baik untuk alat kultur maupun medium kultur. Autoklaf dipandang sebagai alat yang mahal sehingga sering digunakan dandang sebagai pengganti alat sterilisasi. Oleh karena itu perlu dibandingkan penggunaan dandang dengan autoklaf dalam sterilisasi.
B. Tujuan
Secara umum tujuan dilaksanakan Kerja Praktik ini adalah :
1. Memperluas wawasan, pengetahuan, dan keterampilan bagi mahasiswa sebagai bekal memasuki dunia kerja.
2. Menjalin hubungan kerjasama dengan instansi atau lembaga yang bersangkutan dalam bidang penelitian maupun ketenagakerjaan.
3. Menambah pengalaman, pelatihan kerja dan daya analisis mahasiswa dalam penerapan ilmu dan teknologi di bidangteknobio-industri.
Tujuan khusus dilaksanakan Kerja Praktik ini adalah :
1. Mengetahui proses kulturin vitro tanaman anggrek Phalaenopsishibrida.
2. Mengetahui cara aklimatisasi tanaman anggrek Phalaenopsishibrida.
3. Membandingkan tingkat sterilitas alat dan medium apabila menggunakan dandang dan autoklaf dalam kultur in vitro tanaman anggrek.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan dan pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa
a. Mengenal dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sehingga dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.
b. Mendapat gambaran tentang kondisidunia kerja dan memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri.
c. Menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam kultur in vitro tanaman
2. Fakultas Teknobiologi UAJY
a. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan instansi atau lembaga yang bersangkutan dalam bidang penelitian maupun ketenagakerjaan.
b. Pengembangan mutu pendidikan seiring dengan perkembangan ilmu khususnya di bidang kultur in vitrotanaman.
3. CV. Agri Bio Tech
a. Menjalin hubungan kemitraan dengan perguruan tinggi, sehingga tercipta suatu hubungan sinergis yang bermanfaat untuk bersama.
b. Mendapatkan saran yang bersifat membangun dan memajukan sistem yang telah ada di CV. Agri Bio Tech.
c. Sebagai sarana tukar-menukar informasi tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan pelayanan instansi bagi dunia pendidikan.
D. Pemilihan Lokasi Kerja Praktik
Pemilihan lokasi Kerja Praktik di CV. Agri Bio Tech dikarenakan instansi bergerak dalam bidang yang sesuai dengan konsentrasi studi yang dipilihyaitu teknobio-industri dan mempunyai hubungan yang erat dengan mata kuliah bioteknologi tanaman yang telah didapatkan di Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Fasilitas kultur in vitro tanaman tergolong lengkap dan adanya tenaga ahli yang sudah lama mendalami kultur in vitro tanaman dapat memperbesar manfaat yang diperoleh dari Kerja Praktik yang dilakukan. Selain itu, CV. Agri Bio Tech sangat terbuka dalam menerima mahasiswa yang ingin melakukan Kerja Praktik maupun penelitian.
II. DESKRIPSI INSTANSI
A. Sejarah CV. Agri Bio Tech
CV. Agri Bio Tech didirikan oleh Achmad Himawan, M.Si dan Prof. Dr. Siti Subandiyah. CV. Agri Bio Tech mulai didirikan di notaris pada tanggal 14 Desember 2005 dan mulai beroperasi tanggal 31 Desember 2005 tetapi berjalan secara konsisten pada tanggal 3 Maret 2008. CV. Agri Bio Tech sudah menjalin beberapa kerjasama atau Memori of Understanding (MoU) dengan pihak perguruan tinggi swasta dan ke depannya dengan perguruan tinggi negeri.
CV. Agri Bio Tech secara umum bergerak dalam bidang perdagangan umum meliputi ekspor-impor, inter-insulair dan lokal dari semua dan segala bahan dan barang yang dapat diperdagangkan khususnya alat pertanian, alat atau bahan bioteknologi, bahan kimia, dan alat laboratorium. Instansi ini juga bertindak sebagai supplier, grosier, dan distributor alat laboratorium, alat kesehatan serta bahan yang berhubungan dengan kepentingan kultur in vitro tumbuhan dan bioteknologi.
B. Tujuan CV. Agri Bio Tech
Tujuan dari CV. Agri Bio Tech adalah :
1. Memperkenalkan dan memberikan ketrampilan di bidang kultur in vitro tanaman
2. Memberikan wawasan yang luas mengenai dunia kultur in vitro tanaman
3. Mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Menyelenggarakan kerjasama pendidikan dan pelatihan teknis di bidang kultur in vitro tanaman dan bioteknologi
5. Melakukan konservasi tanaman yang langka, terutama yang memiliki nilai ekonomi, manfaat, dan berkhasiat obat
C. Struktur Organisasi
CV. Agri Bio Tech dipimpin oleh Achmad Himawan, M. Si selaku Direktur CV. Agri Bio Tech dan juga merangkap menangani penjualan dan laboratorium. Selain itu masih ada pemilik yang merupakan seorang Guru Besar di Perguruan Tinggi ternama di Yogyakarta yaitu Prof. Dr. Siti Subandiyah. Agung Surono, S.Si menangani penjualan dan merangkap sebagai teknisi laboratorium kultur in vitrotanaman. Kusnarlia sebagai administrasi dan urusan rumah tangga.
D. Lokasi dan Fasilitas Penunjang CV. Agri Bio Tech
CV. Agri Bio Tech terletak di Jl. Jambon No 605 Gang Batan, Jatimulyo, Kricak Tegalrejo Yogyakarta. Fasilitas yang dimiliki oleh CV. Agri Bio Tech adalah :
1. Laboratorium kultur in vitro tanaman
a. Ruang kultur (steril), yang dilengkapi laminair air flow (LAF) 200, entkas, dan rak kultur.
b. Halaman samping, sebagai tempat aklimatisasi dan tempat koleksi tanaman.
c. Ruang persiapan dan ruang sterilisasi, yaitu ruangan dapur.
d. Lemari penyimpanan botol, alat pecah belah, peralatan laboratorium lainnya, dan bahan untuk kultur jaringan
e. Tempat duduk dan meja kerja
2. Kebun percobaan
3. Ruang tamu, ruang pimpinan, dan ruang staf pemasaran
4. Ruang tempat penyimpanan bahan-bahan kimia
5. Ruang khusus bioteknologi dilengkapi dengan alat, seperti PCR, alat elektroforesis, dan sebagainya
6. Tempat sholat, dan kamar mandi
7. Sumur, dan tempat parkir
E. Bidang Usaha
CV. Agri Bio Tech merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan pertanian dan bioteknologi, pengadaan, penyediaan, penyewaan lahan dan pengadaan pembibitan, pengolahan hama dan penyakit tanaman serta penjualan. CV. Agri Bio Tech juga bergerak di bidang jasa penyelenggaraan seminar, kursus, diskusi dan pameran dalam bidang agri bioteknologi.Selain mengadakan penelitian kultur in vitro tanaman untuk kalangan sendiri, juga menerima mahasiswa penelitian seminar dan skripsi, penelitian dosen baik negeri maupun swasta serta instansi negeri maupun swasta. Laboratorium kultur in vitro tanaman CV. Agri Bio Tech juga menerima program magang baik dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang Pertanian maupun mahasiswa /mahasiswi dari perguruan tinggi baik negeri dan swasta.
F. Produk Barang atau Jasa
Berbagai macam produk bahan untuk keperluan kultur in vitro tumbuhan dengan gradetissue culture tested dipasarkan dan digunakan di laboratorium kultur in vitrotanaman CV. Agri Bio Tech.Produkkemikalia dari perusahaan ternama yang dipasarkan seperti SBS (China) dan Mikrozone (Inggris) dan Merck (Jerman). Selain itu, Sigma dari USA ; Duchefa dari Belanda ; Fermentas; JT Baker; Oxoid; QIAgen; Amersham, Whatman, Biologix; Phytotech; Axygen; Himedia; Fisher; Roche; dan Mo Bio. Contoh produk antara lain :
a. RPN 8511 Illustra DNA Extraction kit Nucleon Phytopure produk dari GE Healthcare
b. SDS, glycerin 87%, danammonium asetat produk dari AppliChem
c. Beef extract powder kemasan 500 gram dari Himedia
d. Tryptone kemasan 500 gram dari Himedia
e. Media New Phalaenopsis (NP) kemasan 1 liter buatan MB Cell Korea
f. Media Orchimax dari Duchefa dan Murashige & Skoog dari Duchefa
g. Tris kemasan 500 gram dari Vivantis
h. Acetocyringone produk Biobasic Inc
i. Hygromycin kemasan 1 gram produk Biobasic Inc
j. Gelzan produk Caisson
k. Agarosaproduk SBS Genetech China, dan lain-lain
Jasa atau layanan yang pernah dikerjakan oleh CV. Agri Bio Tech dalam hal yang berhubungan dengan kultur in vitro tanaman adalah menyediakan bahan kimia dan alat laboratorium termasuk menyediakan berbagai jenis media instan siap pakai dari berbagai merk (seperti Duchefa, Phytotech, Caisson dan MP Bio). Dalam jasa penelitian, CV. Agri Bio Tech pernah membimbing mahasiswa dari Universitas Diponegoro yang menggunakan laboratorium kultur in vitro tumbuhan CV. Agri Bio Tech untuk melakukan penelitian kultur in vitro tentang perbanyakan tanaman mangrove dari jenis Aviccennia officinalis. Selain itu juga mengerjakan penelitian milik dosen salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta yang menggunakan jarak (Jatropha curcas) sebagai eksplannya.
CV. Agri Bio Tech pada awalnya sering melakukan penelitian mandiri yang hasilnya penelitian mandiri tersebut dipresentasikan di Seminar Nasional di berbagai perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kursus privat juga telah dilakukan oleh CV. Agri Bio Tech misal untuk kultur in vitro tanaman hias. Kegiatan kursus dilakukan di laboratorium kultur in vitro tanaman CV. Agri Bio Techdan waktu disesuaikan dengan keinginan peserta kursus (fleksibel).
G. Pemasaran
Pemasaran meliputi seluruh wilayah Indonesia dan Asia Tenggara, untuk wilayah Jawa pernah melayani konsumen di daerah Yogyakarta, Solo, Semarang, Purwokerto, Malang, Jakarta, Tasikmalaya, Sumedang dan untuk wilayah luar Jawa adalah Aceh, Makasar. Kegiatan ekspor juga pernah ke Malaysia.
III. PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK
A. Lokasi dan Waktu Kerja Praktik
Kerja Praktik dilakukan di CV. Agri Bio Tech yang beralamat di jalan Jambon No 605 Gang Batan, Jatimulyo, Kricak Tegalrejo, Yogyakarta, pada tanggal 5 Juli 2011 – 8 Agustus 2011. Kerja Praktik dilaksanakan setiap hari Senin sampai hari Jumat, dari pukul 08.00 - 16.00 WIB. Kerja Praktik dilakukan selama 25 hari(Tabel 1. Lampiran 1.) dan dibimbing oleh Agung Surono, S.Si selaku staf ahli dan pendamping di CV. Agri Bio Tech.
B. Metode Pelaksanaan Kerja Praktik
Kerja Praktik dilakukan dengan melakukan beberapa metode, yaitu :
1. Praktik Kerja Langsung
Praktik kerja langsung yang dilakukan dimulai dari pembuatan medium kultur yang sesuai, sterilisasi alat dan medium kultur, pemilihan eksplan berupa buah anggrek Phalaenopsishibrida, sterilisasi eksplan, penanaman eksplan pada medium, subkultur (overplanting) anggrek, dan aklimatisasi anggrek padakom-pot.
2. Bimbingan dan Interview
Metode ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada pendamping untuk memperoleh informasi dan penjelasan yang diperlukan tentang persoalan yang dihadapi saat pelaksanaan Kerja Praktik. Bimbingan yang dilakukan meliputi cara pengoperasian alat, metode sterilisasi yang dilakukan, cara penyerbukan(persilangan) anggrek, penaburan biji, subkultur dan aklimatisasi.
3. Observasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi melalui pengamatan botol medium yang ditanam dan tanaman yang diaklimatisasi di kom-pot. Hasil pengamatan dicatat dalam log book.
4. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membaca literatur atau bahan pustaka yang berkaitan dengan kulturin vitro tanaman sebagai sarana pendukung pelaksanaan Kerja Praktik.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan selama Kerja Praktik adalah sebagai berikut : laminair air flow (LAF) 200, autoklaf, dandang, hot plate magnetic stirer, botol medium, syringe, nampan, bunsen, skalpel, mata pisau, pinset, cawan petri, kertas pH, gelas ukur, gelas pengaduk, gelas beker ukuran 1 L, timbangan digital, semprotan (hand sprayer), kertas label, kertas tissue, masker, kertas koran, kertas payung,plastik cling wrap,alumunium foil, polybag, ember,dan kompor.
2. Bahan
Bahan yang digunakan selama Kerja Praktik adalah sebagai berikut : bahan medium (media B10, media B, larutan C, dan larutan D), gula, agar,spritus 95%, bayclin (tween), larutan KOH 1 N, sabun cuci, aquades steril, akar pakis, buah anggrekPhalaenopsishibrida, dan bibit anggrek (plantlet) dalam botol medium.
D. Cara Kerja
1. Pengenalan alat dan ruang kultur untuk kultur jaringan tanaman
Pengenalan alat dan letak alat serta ruang kultur untuk kultur jaringan tanaman oleh pendamping. Penjelasan mengenai pengoperasian alat yang benar meliputi autoklaf, dandang, laminair air flow (LAF) 200, timbangan digital, dan hot plate magnetic stirer.
2. Pembuatan medium kultur
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam pembuatan medium kultur dipersiapkan. Aquades sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 liter. Gelas beker ditambah dengan media B10 dan diletakkan di atas hot plate. Gula sebanyak 15 gram ditambahkan ke dalam gelas beker. Aquades ditambahkan lagi sebanyak 100 ml ke dalam gelas beker sambil magnetic stirer diputar dengan kecepatansedang. Agar sebanyak 8 gram dan aquades sebanyak 100 ml ditambahkan ke dalam gelas beker. Gelas beker ditambah aquades lagi sampai 1 liter. Gelas beker selanjutnya dipanaskan di atas kompor sambil diaduk-aduk sampai agar tercampur merata dan larutan mendidih. Setelah mendidih, larutan C ditambahkan ke dalam gelas beker sambil diaduk dengan gelas pengaduk. Setelah itu, media B dan larutan D ditambahkan dan diaduk sampai rata. Pengaturan pH pada kisaran pH 6 dengan menambahkan larutan KOH 1 N dengan syringe. Kertas pH digunakan untuk mengukur pH. Medium selanjutnya dituangkan ke dalam botol medium (setiap larutan selesai dituang, larutan diaduk sesekali) dan mulut botol ditutup dengan alumunium foil.
3. Sterilisasi alat dan medium kultur
Alat yang telah dicuci bersih dan dikeringkan berupa skalpel, pinset, dan petridish dibungkus dengan kertas payung. Semua alat disterilkan dengan autoklaf pada tekanan 1 atm/15 lb, suhu 121oC selama 15 menit atau dengan dandang selama 30 menit. Setelah sterilisasi selesai, semua alat didinginkan terlebih dahulu dan disimpan di ruang kultur.
Semua botol medium disterilisasi dengan autoklaf pada tekanan 1 atm/15 lb, suhu 121oC selama 15 menit atau dengan dandang selama 30 menit. Semua botol yang sudah disterilisasi dibiarkan agak dingin terlebih dahulu baru disimpan di ruang kultur pada suhu 26oC.
4. Pemilihan dan sterilisasi eksplan
Buah anggrek Phalaenopsishibrida dipilih yang cukup masak (warna buah hijau dan belum pecah) selanjutnya dicuci bersih di air mengalir selama 15 menit sambil digosok-gosok permukaannya dengan tangan. Buah anggrek direndam dalam campuran sabun cuci dan bayclin(1 tutup botol) selama 15 menit. Setelah itu dibilas lagi di air mengalir selama 15 menit. Buah anggrek diletakkan ke dalam gelas beker.Buah anggrek dimasukkan ke dalam ruang kultur dan diambil dengan pinset. Selanjutnya buah anggrek dicelupkan ke dalam spiritus dan dibakar di atas bunsen sampai nyala api padam. Pembakaran dilakukan sebanyak 3 kali di dalam laminair air flow.
5. Penaburan biji anggrek
Laminair air flow disterilkan dengan cara menyemprotkan spiritus ke dalam laminair dan dilap dengan kertas tissue. Setelah itu alat dan bahan dimasukkan ke dalam laminair dan lampu UV dinyalakan selama 20 - 30 menit dengan pintu laminair ditutup. Buah anggrek yang telah steril dimasukkan ke dalam laminair air flow yang sudah disterilkan secara aseptis. Buah anggrek diambil dengan menggunakan pinset dan diletakkan dalam cawan petri yang sudah steril. Buah anggrek dibelah memanjang dan diambil bijinya dengan menggunakan pinset. Biji anggrek ditaburkan di atas mediumyang berada di dalam botol (mulut botol dipanaskan dengan bunsen) dan diusahakan agar pinset tidak mengenai mulut botol. Mulut botol dipanaskan dengan api bunsen dan ditutup dengan plastik cling wrapsebanyak 3 – 4 kali. Botol diberi label kemudian dipindahkan ke rak kultur dan dilakukan pengamatan setiap hari.
6. Subkultur (overplanting) anggrek Phalaenopsishibrida
Laminair air flow disterilkan dengan cara menyemprotkan spiritus ke dalam laminair dan dilap dengan kertas tissue. Setelah itu alat dan bahan dimasukkan ke dalam laminair dan lampu UV dinyalakan selama 20 - 30 menit dengan pintu laminair ditutup. Bibit anggrek dalam botol diambil dengan pinset dan diletakkan di dalam cawan petri steril. Bibit anggrek pada petridish diambil dengan pinset dan dipindahkan ke media dalam botol yang baru. Mulut botol ditutup dengan plastik cling wrapsebanyak 3 – 4 kali. Botol diberi label dan dipindahkan ke rak kultur.Pengamatan dilakukan setiap hari.
7. Aklimatisasi anggrek pada kom-pot
Alat dan bahan yang digunakan dipersiapkan terlebih dahulu. Botol yang berisi plantlet anggrek diisi dengan air sampai hampir penuh sambil botol digoyang-goyang. Plantlet dikeluarkan dengan menggunakan pinset dengan menjepit antara bagian akar dan batang. Plantlet dicuci dengan air mengalir sampai benar-benar bersih dari sisa media dan agar. Plantletdirendam dalam campuran tween (bayclin½ tutup botol) dan sabun cuci selama 5-10 menitkemudian dicuci bersih di air mengalir.Plantletdikeringkan di atas kertas koran. Setelah kering, plantletditanam ke dalam media kom-pot. Media kom-pot dibuat dengan cara : polybag yang memiliki lubang diisi dengan akar pakis yang telah direndam dalam air.Plantlet diletakkan di dalam media kom-pot dengan akar anggrek ditutupi dengan akar pakis. Kom-pot diletakkan di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari secara langsung, dengan kelembaban berkisar antara 60% - 70%. Penyiraman dilakukan denganhand sprayer.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia memiliki keanekaragaman anggrek spesies yang sangat besar, diperkirakan sekitar 5.000 jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia. Hal ini merupakan potensi yang sangat berharga terutama dengan sumber daya genetik anggrek untuk menghasilkan anggrek-anggrek silangan yang baik dan unggul. Namun, keanekaragaman anggrek tersebut terancam kelestariannya akibat penebangan hutan dan konversi hutan. Penyebab lain adalah banyaknya pencurian terselubung oleh orang asing terhadap anggrek-anggrek asli alam dengan dalih kerjasama dan sumbangan dana penelitian (Sandra, 1994).
Salah satu alternatif untuk melestarikan keanekaragaman anggrek adalah melakukan perbanyakan melalui kultur in vitro. Dengan kultur in vitro dapat dilakukan perbanyakan anggrek dengan jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu bisa dihasilkan anggrek yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan pertumbuhannya relatif seragam (Sandra, 1994).
A. Anggrek PhalaenopsisHibrida
Peningkatan kualitas sumber genetik melalui hibridisasi pada tanaman anggrek telah lama dilakukan dan pada prinsipnya, hibridisasi adalah mengabungkan sifat unggul dari dua jenis tanaman, atau bahkan lebih melalui berbagai teknik. Hibridisasi pada anggrek umum terjadi di alam dengan bantuan polinator, dan secara buatan dengan bantuan manusia sebagai fasilitator untuk melakukan penyerbukan.Menurut Gunawan (1994), dalam dunia tanaman hias hibridisasi dilakukan bukan karena tanamannya steril atau incompatible tetapi memang disengaja untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang terdapat pada dua tanaman.
Dari sekian banyak genus anggrek yang populer, anggrek genus Phalaenopsis menempati urutan yang cukup tinggi karena spesies dari genus Phalaenopsis sering digunakan sebagai induk hibrida (persilangan). Daya tarik bunga Phalaenopsis adalah bunga dapat bertahan selama satu sampai enam bulan dan dapat berbunga dua sampai tiga kali pertahun. Jenis anggrek Phalaenopsis telah banyak digunakan sebagai induk untuk menghasilkan ribuan anggrek hibridkarena bentuk, warna, dan ukuran bunganya sangat bervariasi.
Dalam Kerja Praktik yang dilakukan menggunakananggrek Phalaenopsis hibrida(Gambar 1) berasal dari persilangan antaraPhalaenopsis Tai-I Yellow Bird x Phalaenopsis Shin Yi Diamond. Menurut Anonim a (2011), hasil persilangan dari Phal. Tai-I Yellow Bird x Phal. Shin Yi Diamond akan menghasilkan anggrek hibrida “Lioulin Sun”. Phal. Tai-I Yellow Bird akan memberikan warna kuning cerah yang dominan pada bunga sedangkan Phal. Shin Yi Diamond akan memberikan sedikit bintik-bintik merah pada sepal maupun petal bunga.
Phal. Tai-I Yellow Bird dan Phal. Shin Yi Diamond disilangkan untuk memperoleh kombinasi warna yang lebih menarik, mempunyai sifat genetis yang sama (bentuk, ukuran, dan jumlah bunga), menghilangkan sifat resesif yang ada dan memperkecil kegagalan penyerbukan akibat self incompatibility.Menurut Gunawan (1994), kegagalan yang disebabkan ketidak cocokan antara tepung sari dan cairan yang ada di kepala putik atau dengan sel telurnya disebut self incompatibility.Kedua induk anggrek dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Phal. Tai-I Yellow Bird (a) dan Phal. Shin Yi Diamond (b) (Sumber: Dave, 2011; Anonim b, 2011)
Phal. Tai-I Yellow Bird merupakan anggrek hibrida hasil persilangan antara Phal. Salu Peoker x Phal. Haur Jin Diamond (Dave, 2011). Warna bunga seperti terlihat pada Gambar 2. adalah dominan kuning cerah.Anggrek ini biasanya juga dikenal dengan nama Phalaenopsis Golden Peoker.
Menurut Anonim b (2011), Phal. Shin Yi Diamond yang berasal dari persilangan antara Haur Jin Diamond x Ching Her Budha memiliki warna bunga kuning dengan bintik-bintik merah gelap dan bibir (labellum) yang merah. Anggrek ini biasanya berbunga pada musim gugur sampai musim dingin. Suhu yang diperlukan antara sedang sampai hangat dan intensitas cahaya dari rendah sampai sedang.
Bila penyerbukan berhasil, bunga akan layu keesokan harinya atau beberapa hari kemudian. Ovari (bakal buah) yang terdapat pada pangkal bunga akan tampak membengkak dan akan terus berkembang menjadi buah. Buah anggrek Phalaenopsis hibridamasak setelah tiga bulan atau lebih. Buah yang masak ditandai dengan perubahan warna buah dari hijau menjadi hijau kekuning-kuningan, buah ini berisi puluhan bahkan jutaan biji anggrek.
Phalaenopsis termasuk anggrek monopodial, sehingga tidak mengeluarkan anakan dan hanya bisa diperbanyak dengan biji atau setek batang. Menurut Sandra (2003), biji anggrek merupakan organ tumbuhan yang siap untuk tumbuh menjadi tanaman lengkap. Biji anggrek perlu ditanam dalam botol karena tidak mempunyai cadangan makanan (endosperm) yang dapat digunakan saat awal perkecambahannya. Oleh karena itu, anggrek perlu diberi makanan yang bisa diambil dari media kultur.
B. Medium Kulturdan Sterilisasi
Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994), Media tanam adalah tempat untuk tumbuh eksplan, terdapat 2 jenis media tanam, yaitu berupa larutan (cair) dan padatan. Media tanam harus berisi semua zat yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi campuran garam mineral, sumber unsur makro dan mikro, gula, protein, vitamin dan hormon tumbuh.
Medium dasar MS yang dimodifikasi (Murashige and Skoog, 1962) adalah yang paling luas penggunaannya dibandingkan dengan media dasar lainnya. Medium MS banyak digunakan terutama pada mikropopagasi tanaman dikotil dengan hasil yang memuaskan. Hal itu dikarenakan medium MS memiliki kandungan garam-garam yang lebih tinggi daripada media lain, di samping kandungan nitratnya juga tinggi (Zulkarnain (2009). Medium MS mempunyai kelemahan yaitu kadar garam-garam mineralnya sangat tinggi menyebabkan terjadinya presipitasi. Cara pencegahannya adalah dengan membuat pH medium menjadi agak asam, karena pH yang terlalu basa menyebabkan pengendapan lebih cepat terjadi.
Gambar 3. Bahan pembuatan medium MS instan
Medium yang digunakan selama Kerja Praktik adalah medium Murashige and Skoog (MS) instan. Medium MS instan (Gambar 2) yang digunakan ini dibuat dari media B10 (berbentuk serbuk putih), media B (berbentuk cairan), larutan C, dan larutan D. Media B10 merupakan penyusun utama medium MS (Tabel 2. Lampiran 2.), media B adalah hormon BAP, larutan C adalah hormon kinetin, dan larutan D merupakan Plant Preservative Mixture (PPM).
Menurut Gunawan (1987), golongan sitokinin yang sering ditambahkan pada medium MS adalah kinetin, zeatin dan benzilaminopurin (BAP). Menurut George dan Sherrington (1984), bahwa sitokinin adalah kelompok zat pengatur tumbuh yang sangat penting dalam pengaturan pertumbuhan dan morfogenesis pada kultur in vitro. Hal ini didukung oleh pernyataan Wattimena (1992), bahwa sitokinin menyebabkan peningkatan pembelahan sel yaitu dalam proses sitokinesis terutama saat sintesis RNA dan sintesis protein.
Plant Preservative Mixture (PPM) merupakan biosida spektrum luas yang efektif untuk mencegah atau menurunkan tingkat kontaminasi mikroba pada kultur in vitro tanaman. Pada dosis optimum PPM sangat efektif dan tidak mempengaruhi invitro germination, ploriferasi kalus dan regenerasi kalus.
Keuntungan dari penggunaan medium MS instan adalah waktu pembuatan medium menjadi lebih singkat dan ketepatan komposisi medium karena tidak perlu melakukan penimbangan. Hal ini akan meminimalkan kesalahan penimbangan dalam pembuatan larutan stok, yang terkadang tidak tersedianya timbangan untuk menimbang sejumlah kecil bahan kimia.
Bahan lain seperti gula dan agar tetap perlu ditambahkan dalam pembuatan medium MS instan. Gula yang digunakan adalah gula merk “Gulaku” dan agar yang digunakan merupakan agar bubuk merk “Swallow”. Kedua bahan tersebut tergolong murah dan mudah diperoleh. Menurut Hendaryono (1998), gula sukrosa ditambahkan ke dalam medium karena CO2 tidak mungkin didapatkan dari udara. CO2 berperan dalam asimilasi C untuk diubah menjadi gula dan kemudian pati. Hasil asimilasi digunakan untuk pembangunan, reparasi sel-sel yang rusak dan sebagai sumber energi.
Agar berfungsi sebagai pemadat media. Keuntungan dari pemakaian agar adalah : agar membeku pada suhu 45°C dan mencair pada suhu 100°C sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil; agar tidak dicerna oleh enzim tanaman; dan tidak bereaksi dengan senyawa penyusun media. Selain itu agar juga berfungsi untuk meminimalkan perubahan pH media.
Keasaman medium adalah salah satu yang memengaruhi keberhasilan kultur jaringan tanaman. Pada umumnya, keasaman medium ditetapkan antara 5,6-5,8. Medium yang terlalu asam (pH < 4,5) atau terlalu basah (pH > 7,0) dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Selain memengaruhi ketersediaan unsur hara, pH juga memengaruhi proses pemadatan medium. Bila pH < 5,2 medium akan sulit untuk menjadi padat (Zulkarnain, 2009).
Pengukuran pH medium yang telah dibuat, dilakukan dengan kertas pH sedangkan pengaturannya dengan menggunakan larutan KOH 1 N. Medium MS yang dibuat cenderung asam sehingga penambahan larutan KOH yang bersifat basa akan menaikan pH medium.
Keuntungan penggunaan kertas pH adalah praktis digunakan dan tidak perlu dilakukan standarisasi. Pengaturan pH medium antara 5,6-5,8 akan sangat sulit dengan kertas pH sehingga pH diatur mendekati 6 karena pada saat proses sterilisasi dengan autoklaf akan terjadi penurunan pH sehingga pH akan turun menjadi antara 5,6-5,8. Sebenarnya hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan pH meter. Selain alat dapat dipakai berkelanjutan, keakuratan pH akan tinggi sehingga medium dapat memadat dengan baik.
Persiapan alat dan bahan untuk pembuatan medium Muroshige& Skoog (MS) instan untuk medium kultur anggrek dilakukan di ruangan dapur.Ruang dapur juga digunakan untuk membersihkan peralatan laboratorium yang kotor seperti botol-botol dan peralatan gelas lainnya.Menurut Sandra (1994), ruangan dapur bisa digunakan untuk ruang persiapan seperti mencuci alat-alat serta sterilisasi alat dan media kultur. Ruang dapur tidak perlu steril. Namun, akan lebih baik jika debu dari luar tidak terlalu bebas masuk ke dalam ruangan.
Pemeliharaan suci hama atau kondisi steril sangat esensial untuk keberhasilan dalam prosedur kultur jaringan. Keadaan aseptis ini diperlukan untuk ruangan kerja, semua botol kultur yang akan digunakan, media kultur, peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan penanaman eksplan dan eksplan yang akan dikulturkan itu sendiri. Sterilisasi berarti mematikan semua bentuk kehidupan terutama mikrobia yang dapat mengkontaminasi. Sterilisasi bertujuan agar mikroorganisme yang tidak diinginkan tidak dapat tumbuh.
Botol medium yang digunakan untuk kultur in vitro anggrek adalah botol susu, botol balsem, dan botol selai (Gambar 4). Botol susu digunakan apabila bibit anggrek masih kecil dan plantlet anggrek hendak disubkultur dalam single botol. Botol balsem dan botol selai digunakan untuk penaburan biji anggrek.
Sebelum disterilisasi, alat yang akan disterilkan dibungkus terlebih dahulu dengan kertas payung. Botol kultur yang berisi medium juga perlu dibungkus dengan alumunium foil. Penggunaan alumunium foil dan kertas payung adalah untuk meminimalkan kontaminasi yang mungkin terjadi. Alat yang sudah steril dan masih terbungkus kertas payung selanjutnya disimpan di ruang kultur. Medium kultur yang sudah steril dan bungkusan baru dibuka bila alat hendak digunakan.
Sterilisasi alat dan medium kultur dilakukan di ruangan dapur dengan menggunakan autoklafgas ataupun dandang. Pada umumnya ada dua macam autoklaf yaitu autoklaf yang menggunakan sumber panas dari tenaga listrik yang disebut autoklaflistrik dan autoklaf yang menggunakan sumber panas dari pembakaran gas elpiji yang disebut autoklaf gas.Autoklaf gas dalam pengoperasian harus lebih hati-hati dibandingkan dengan autoklaf listrik karena menggunakan gas yang dikhawatirkan mengalami kebocoran. Selain itu autoklaf gas harus ditunggu (tidak bisa ditinggal) karena tidak ada pengatur otomatis untuk lamanya sterilisasi.
Kebaikan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf, yakni dapat mengatur tingginya temperatur dan tekanan yang dikehendaki sehingga pada sterilisasi dari benda atau bahan yang tahan panas dapat dilakukan dengan temperatur yang cukup tinggi (Soeryowinoto dan Soeryowinoto, 1977). Kekurangan autoklaf yaitu mudah berkarat sehingga dapat menjadi sumber kontaminan, bila air di dalam autoklaf sudah kotor dan banyak endapan di dasarnya akan menyebabkan tidak tercapainya suhu optimum (121oC). Autoklafhanya digunakan untuk bahan-bahan yang bersifat termostabil, karena bahan yang bersifat termolabil akan terurai atau berubah pada saat disterilisasi.
Dandang merupakan alternatif lain dari autoklaf bila modal usaha yang dimiliki belum mencukupi. Kekurangan dari dandang adalah waktu sterilisasinya lebih lama (30 menit), tidak mempunyai timer sehingga perlu ditunggu dan tingkat sterilitasnya tidak sebaik menggunakan autoklaf. Selain itu, pada botol medium juga akan terbentuk embun atau uap di dalam botol.
Prinsip kerja autoklaf adalah panas bertekanan. Apabila bahan yang bervolume besar disterilisasi dengan autoklaf, tekanan akan mampu berpenetrasi ke dalam medium sehingga sterilisasi berlangsung dengan baik. Berbeda hal dengan dandang, yang tidak mempunyai tekanan sehingga dandang tidak baik digunakan apabila bahan bervolume besar. Gambar autoklaf gasdan dandang dapat dilihat pada Gambar 5.
(a)
Gambar 5. Autoklaf gas (a) dan dandang (b)
Pada Kerja Praktik, dandang cukup baik sebagai pengganti autoklaf dalam sterilisasi karena ukuran dan kapasitas daya tampung dandang lebih besar dibanding autoklaf gas yang digunakan. Jumlah botol medium yang dapat disterilisasi dengan dandang dapat lebih banyak, sehingga dapat mengurangi biaya pemakaian gas dan waktu.
Selama Kerja Praktik, sterilitas alat hasil sterilisasi baik dengan dandang maupun autoklaf cukup baik. Pada medium kultur, tingkat sterilitas dengan autoklaf dan dandang hampir sama. Hal ini ditunjukkan oleh medium yang tidak terkontaminasi setelah beberapa hari. Tingkat sterilitas medium yang disterilisasi dengan dandang cukup baik karena pada medium kultur ditambahkan Plant Preservative Mixture (PPM). PPM bersifat termostabil sehingga bisa di-autoclaving atau dikukus dengan dandang. PPM ini yang menyebabkan medium tetap steril dan dapat langsung digunakan setelah medium memadat.
Pengunaan medium secara langsung setelah sterilisasi dan pemadatan kurang baik. Hal ini akan menyebabkan sumber kontaminasi yang terjadi tidak dapat diketahui. Bila medium ditunggu beberapa hari dan diamati tetap steril, pada saat penanaman keesokan harinya terjadi kontaminasi dapat diketahui bahwa kemungkinan kontaminasi berasal dari eksplan maupun teknis kerja yang kurang baik.
Selama Kerja Praktik, medium MS instan yang dibuat tidak ada yang kontaminasi baik bakteri maupun jamur. Hal ini dikarenakan proses sterilisasi yang sudah baik, adanya penambahan PPM, rak dan ruang kultur yang steril. Medium dapat tetap disimpan di ruang kultur dan masih dapat digunakan asal medium tetap baik dan tidak ada kontaminasi.
Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk memperbanyak tanaman anggrek secara cepat. Salah satu caranya yaitu menggunakan biji anggrek sebagai eksplan. Biji anggrek tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan saat berkecambah. Biji terdapat di dalam buah anggrek, sehingga dalam pemilihan buah anggrek harus dipilih buah yang cukup masak, warna buah hijau dan belum pecah. Menurut Hendaryono (2000), buah yang paling baik digunakan dan mudah penanganannya adalah buah yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap eksplan yang digunakan yaitu buah anggrek (Gambar 6). Buah anggrek sebelum dipergunakan harus dicuci di air mengalir selama 15 menit untuk membersihkan permukaan kulit luar buah dan meminimalkan kontaminasi. Setelah itu buah anggrek direndam selama 15 menit dengan menggunakan campuran sabun cuci dan bayclin. Fungsi sabun cuci dan bayclin adalah sebagai sterilan untuk menghilangkan kontaminan yang menempel di permukaan buah. Buah anggrek dicuci lagi dengan air mengalir selama 15 menit untuk menghilangkan sisa sterilan yang menempel.
(a)
Gambar 6. Buah anggrek Phalaenopsis yang dicuci (a) dan direndam campuran sabun cuci dan tween (b)
Sterilan yang tersisa pada permukaan eksplan terkadang mempunyai sifat menghambat diferensiasi eksplan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan sterilan yang tepat yaitu : tidak toksik terhadap material tanaman, mempunyai daya kontak yang baik terhadap permukaan jaringan tanaman, dan mempunyai daya sterilisasi yang pendek tanpa menyebabkan kerusakan jaringan tanaman.
Cara yang digunakan untuk proses sterilisasi buah anggrek adalah secara fisik, yaitu buah anggrek dicelupkan ke dalam spritus 95% dan dibakar di atas nyala api lampu bunsen. Spritus 95% berfungsi sebagai sebagai penganti alkohol 70% dan sterilan untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada permukaan buah anggrek. Pembakaran dilakukan sebanyak 3 kali sampai nyala api benar-benar padam. Penggunaan sterilisasi cara ini sudah biasa dilakukan dan cukup baik karena kulit buah anggrek yang keras sehingga biji anggrek yang berada di dalam tidak akan rusak tetapi bakteri dan jamur yang berada di luar akan terbunuh. Fungsi pembakaran adalah untuk membunuh bakteri dan jamur yang lolos pada pencucian dan menempel pada kulit luar biji anggrek.
Sterilisasi secara fisik mempunyai kelemahan yaitu proses sterilisasi hanya terjadi di permukaan saja (bagian luar buah) sehingga bagian dalam buah masih ada kemungkinan terdapat kontaminan. Menurut Zulkarnain (2009), dari semua sumber kontaminasi yang paling sulit diatasi adalah yang berasal dari eksplan. Oleh karena itu dalam memilih suatu metode sterilisasi haruslah selektif, hanya mengeliminasi jamur atau bakteri yang tidak diinginkan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan eksplan.
Ruang kultur atau ruang inokulasi juga perlu dalam kondisi aseptis. Di dalam ruangan ini dilengkapi dengan laminair air flow ataupun entkas. Pada CV. Agri Bio Tech, penaburan biji anggrek dilakukan di ruang kultur sehingga laminair air flow juga berada di dalam ruang kultur.Menurut Sandra (1994), laminair air flow dilengkapi dengan lampu UV dan dinyalakan satu jam sebelum dipakai supaya mikroorganisme yang ada di dalam mati.
Prinsip kerja di dalam laminair air flow adalah setiap peralatan yang masuk ke dalamnya harus steril. Dengan demikian, peralatan dan bahan yang diperlukan untuk menanam eksplan anggrek harus disemprot dengan alkohol 70%, termasuk tangan (Sandra, 1994).Penyemprotan tidak menggunakan alkohol 70% melainkan dengan spritus 95%. Hal ini tidak memengaruhi tingkat kesterilan tetapi mempunyai kekurangan yaitu warna spritus akan menempel pada tangan.
Ruang kultur yang baik berkisar antara 25-28oC dapat memberikan manfaat bagi pertumbuhan in vitro sejumlah besar spesies tanaman, walaupun pada keadaan tertentu dikehendaki kisaran suhu yang lebih rendah (Zulkarnain, 2009). Ruang kultur sudah cukup baik karena diatur pada suhu 26oC dengan AC sedangkan cahaya menggunakan lampu neon. Penggunaan AC di ruang kultur dan lampu neon di rak kultur hanya dilakukan selama jam dan hari kerja. Hal ini bertujuan memberi perlakuan gelap dan terang serta mengurangi biaya listrik.
C. Penaburan Biji Anggrek
Penaburan biji anggrek dilakukan dengan membelah memanjang buah anggrek yang sudah steril dengan skalpel steril, sehingga akan terlihat biji anggrek berwarna kuning dalam jumlah yang sangat banyak (biji berukuran sangat kecil menyerupai serbuk). Biji diambil dengan pinset panjang sehingga biji anggrek berada diantara dua lidah pinset, biji tersebut dimasukkan ke dalam botol media yang berisi media padat. Biji ditaburkan dalam media padat dengan cara mengetuk-ngetuk bagian atas pinset dengan jari telunjuk sehingga biji berjatuhan di atas media (Gambar 7). Pada saat pinset diketuk, pinset digerakkan mengitari botol supaya biji dapat jatuh secara merata di atas permukaan media (tidak menggumpal-gumpal).
Bibir botol medium dipanaskan di dekat bunsen sebelum dan sesudah penaburan untuk meminimalkan kontaminasi. Sesudah itu mulut botol ditutupi dengan plastik cling wrap sebanyak 3-4 kali. Fungsi plastik cling warp adalah untuk melindungi eksplan yang ditanam, memberi kemudahan dalam pengamatan dan sinar lampu yang masuk ke dalam botol medium.
Penggunaan plastik cling warp ini sangat berbeda dengan yang dilakukan selama pratikum di Fakultas (menggunakan alumunium foil baru dibungkus lagi dengan plastik cling warp). Bila menggunakan alumunium foil, pengamatan hanya dapat dilakukan dari samping dan sinar yang masuk juga tidak bisa secara langsung. Namun, tingkat keamanan (tidak mudah rusak) menggunakan alumunium foil baru dibungkus lagi dengan plastik cling warp lebih baik.
Selama Kerja Praktik, total penaburan biji anggrek Phalaenopsis hibrida yang dilakukan adalah 84 botol medium. Kontaminasi yang terjadi adalah kontaminasi bakteri pada 9 botol sehingga persentase keberhasilan penaburan adalah 98,82 %. Delapan kontaminasi terjadi sehari setelah penaburan dan satu kontaminasi setelah 3 minggu penaburan.Delapan kontaminasi ini terjadi pada awal Kerja Praktik, hal ini disebabkanketidaksterilan alat maupun ruang kerja (laminair air flow) pada saat penaburan, dan kontaminan yang berasal dari dalam buah.Pemberian label yang jelas meliputi tanggal dan jenis eksplan amat membantu dalam pengamatan dan subkultur.
Biji anggrek Phalaenopsis hibrida yang ditabur menunjukkan perubahan menjadi hijau, bulat, dan lengket pada saat minggu ke-3 (Gambar 8). Namun, hal ini hanya terjadi pada beberapa botol medium dikarenakan kondisi tiap-tiap botol yang berbeda dan viabilitas dari biji yang ditabur. Selain itu mungkin medium yang digunakan kurang sesuai sehingga perlu penelitian lebih lanjut.
D. SubkulturAnggrekPhalaenopsis hibrida
Overplanting adalah pemindahan bibit anggrek (plantlet) ke dalam botol steril yang baru, untuk memberikan nutrienyang baru tetapi komposisi garam sama dengan sebelumnya. Istilah lain yang biasa dipakai adalah “subkultur” (Hendaryono, 1998). Tujuan dilakukannya overplanting adalah agar anggrek tetap mendapat unsur hara untuk pertumbuhannya karena pertumbuhan anggrek sudah saling berdesakan dan saling berebutan unsur hara yang semakin menipis sehingga perlu dipindahkan ke medium baru.
Menurut Hendaryono (1998), unsur hara di dalam media agar botol anggrek, diserap sedikit demi sedikit untuk keperluan hidup anggrek. Dalam tubuh tanaman terjadi asimilasi, yaitu pengambilan zat-zat hara oleh tanaman dan kemudian diubah menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tanaman (zat yang tersedia bagi tanaman). Bila media agar lebih dari tiga bulan tidak diganti, maka media akan tampak kecoklatan, menjadi tipis dan mengering. Sebelum ini terjadi biasanya daun plantlet sudah menguning dan layu (kecoklatan). Untuk anggrek hasil silangan, keadaan demikian akan sangat merugikan.
Syarat dalam pemilihan bibit anggrek yang baik untuk overplanting adalah
1. nama jenis jelas, merupakan hasil silangan atau biasa
2. tanaman hijau segar
3. kekar, tidak layu, dan belum ada daun yang busuk
4. akar sudah muncul dan kuat
5. medium belum terkontaminasi
Overplantingbibit anggrek dilakukan dengan mengeluarkan bibit anggrek dari botol dengan pinset. Bibit anggrek yang ditanam dalam medium diatur jarak tanamnya agar tidak berdesak-desakkan, diusahakan sama ukurannya dan dengan posisi akar menempel pada medium.Hal ini dimaksudkan agar akar dapat menyerap nutrisi dari medium. Pengaturan jarak tanam menghindari kompetisi eksplan dalam pengambilan nutrisi dari medium sehingga eksplan dapat tumbuh baik. Bibit anggrek yang masih belum memiliki daun, batang, dan akar juga dilakukan subkultur yang sama.
Selama Kerja Praktik, tingkat atau persentase keberhasilan subkultur bibit anggrek adalah 98,87 % dari total 89 botol medium. Kontaminasi jamur terjadi pada sebuah medium setelah beberapa hari ditanam. Penyebab kontaminasi kemungkinan karena pembungkusan dengan plastik cling wrap kurang kuat.
Persentase bibit yang belum mempunyai organ lengkap adalah 100 % dari 30 medium yang disubkultur. Setelah kurang lebih sebelas hari disubkultur, bibit anggrek yang belum mempunyai organ lengkap tampak mengalami multiplikasi membentuk tunas baru yang ditandai dengan tunas dengan warna hijau lebih muda. Pada bibit anggrek yang sudah memiliki organ lengkap (akar, daun, dan batang) setelah beberapa hari disubkultur tampak akar mulai menempel pada medium dan batang berdiri tegak ke atas.
Kesulitan yang dihadapi pada saat subkultur selama Kerja Praktik adalah bagian tanaman yang layu atau coklat dan mengering sulit untuk dipisahkan dari bibit anggrek dengan menggunakan pinset karena dapat merusak bibit anggrek. Selain itu, akar yang terlalu panjang juga menyebabkan bibit anggrek sulit dimasukkan ke dalam botol medium yang baru. Sebenarnya hal ini dapat diatasi dengan menggunakan botol yang lebar mulut botolnya.
E. Aklimatisasi AnggrekPhalaenopsis hibrida
Istilah aklimasi (acclimation) ditujukan pada proses suatu tanaman atau organisme hidup lain agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi lingkungan dan iklim yang baru sebagai hasil dari suatu proses alamiah. Sementara itu, istilah aklimatisasi (acclimatization) menunjukkan adanya campur tangan manusia dalam mengarahkan proses penyesuaian tersebut (Taji, 2001).Plantlet anggrek yang sebelumnya dalam botol kultur, selalu disediakan makanan atau kaya akan nutrien dan tidak ada faktor lingkungan yang memengaruhinya karena berada dalam kondisi yang aseptis, tetapi plantlet tersebut harus tumbuh di habitat aslinya untuk menjadi tanaman yang utuh sehingga perlu dilakukan aklimatisasi dengan menggunakan kom-pot.
Kom-pot (community pot) adalah pemindahan plantlet dari dalam botol medium ke dalam suatu pot dan ditanam secara bersama-sama dengan komposisi medium yang berbeda dari medium awal. Pemindahan plantlet ke kom-pot bertujuan agar plantlet dapat hidup bersama dan menjadi kuat dalam menghadapi suasana lingkungan yang baru.Plantlet diambil satu per satu dari kom-pot selanjutnya dipindahkan ke pot tunggal satu per satu pula.
Menurut Sriyanti (2006), plantletyang akan dipindahkan dalam media kom-pot harus dalam keadaan sehat, pertumbuhannya baik, memiliki keseragaman yang tinggi, plantlet tumbuhnya tidak terlalu berdesakan karena akan menyulitkan dalam pemindahan serta sesuai dengan selera seperti merupakan hasil persilangan atau bukan (Gambar 10). Bagian akar perlu diperhatikan bertautan atau tidak karena bagian akar yang bertautan akan sulit untuk dipisahkan tanpa menimbulkan adanya kerusakan dan akar yang rusak akan cepat mengundang adanya kontaminasi.
Plantlet dikeluarkan dari botol dengan cara diisi dengan air keran dan digoyang-goyang. Fungsinya agar plantletterlepas dari media. Plantletdijepit antara bagian akar dan batang dan ditarik keluar dari dalam botol. Hal ini karena plantlet yang akan diaklimatisasi tidak berada di dalam botol yang penuh sesak, sehingga dengan pinset saja dapat dengan mudah mengeluarkan plantlet. Selain itu botol medium juga dalam posisi tegak tidak dalam posisi tidur.
Medium kultur untuk anggrek dalam botol pada umumnya dibiarkan dalam posisi tidur untuk memperluas permukaan medium sehingga plantletlebih banyak. Selama Kerja Praktik, botol medium dibiarkan tegak untuk memacu pertumbuhan eksplan anggrek ke atas (semakin tinggi). Selain itu pengambilan plantletuntuk subkultur maupun aklimatisasi akan lebih mudah karena tidak bersesakan di dalam botol sehingga tidak gampang rusak.
Proses pengeluaran plantlet dalam botol yang dilakukan selama Kerja Praktik berbeda dengan yang dilakukan selama pratikum di Fakultas Teknobiologi. Plantlet dikeluarkan menggunakan kawat panjang yang ujungnya bengkok, untuk plantlet yang sudah besar akarnya ditarik terlebih dahulu daripada daunnya. Hal ini dikarenakan bila daun yang ditarik terlebih dahulu akar plantletdapat putus dan luka akibat bertabrakan dengan plantletyang lain.
Pencucian dilakukan setelah plantlet dikeluarkan dari medium sampai medium atau agar yang masih menempel pada akar hilang karena dapat memicu tumbuhnya cendawan dan bakteri yang akan menyebabkan tanaman anggrek busuk dan mati. Plantlet yang baru dikeluarkan dari botol akan shock atau stress karena sudah terbiasa manja di dalam botol kultur dan akibat lingkungan yang berbeda, sehingga seringkali menyebabkan kegagalan perbanyakan.
Plantletcukup dibersihkan di air mengalir, kemudian direndam dalam campuran tween (bayclin ½ tutup botol) dan sabun cuci selama 5-10 menit kemudian dicuci bersih di air mengalir. Perendaman tidak dilakukan dengan fungisida seperti yang dilakukan selama pratikum di di Fakultas Teknobiologi Atma Jaya Yogyakarta. Penggunaan fungisida ini untuk mencegah pertumbuhan jamur akibat sisa media atau agar yang masih menempel. Pencucian yang baik dan penggunaan sterilan sudah cukup untuk meminimalkan pertumbuhan jamurkarena plantletsudah dewasa dan tidak terkontaminasi.
Perendaman dilakukan hanya sebentar supayaplantlettidak stress dan membunuh mikroorganisme yang berada di permukaan plantlet. Setelah dicuci, plantletdikeringkan di atas kertas koran sambil dibolak-balik agar proses pengeringan berlangsung dengan cepat. Kertas koran dapat menyerap air dan harganya ekonomis (mudah diperoleh).
Pada plantlet anggrek juga terkadang diberi hormon auksin yang dioleskan pada bagian akar untuk memacu pembentukkan akar baru. Menurut Zulkarnain (2009), sistem perakatan padaplantlet yang berasal dari kultur jaringan cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan sempurna pada keadaan in vivo, misalnya akar yang terbentuk sedikit atau tidak ada akar sama sekali. Akar yang berkembang dengan tidak sempurna akan membuat pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan, terutama pada keadaan evaporasi tinggi.
Plantletyang telah kering (berukuran relatif sama, cukup dewasa, segar, hijau, sehat dan akar baik)kemudian segera dipindahkan ke kom-pot. Media yang digunakan untuk kom-pot adalah akar pakis. Syarat media tanam yang baik diantaranya, mampu mengikat air dengan baik, memiliki aliran air dan udara yang baik, tidak cepat lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, dapat mengikat zat-zat hara dengan baik, mudah diperoleh dan murah harganya.
Menurut Hasim (1995), Phalaenopsis merupakan anggrek epifit. Media apapun yang digunakan yang penting media itu tidak cepat lapuk atau busuk. Bagi tanaman anggrek, media hanya berfungsi sebagai tempat akar “berpegang” saja bukan sebagai sumber untuk mendapatkan suplai hara.
Akar pakis ini direndam dulu dengan air, untuk sedikit menyimpan air dan menghilangkan binatang-binatang kecil yang terdapat pada akar pakis. Setelah direndam akar pakis dapat langsung digunakan untuk media tanam. Menurut Gunawan (1994), untuk seedling yang baru keluar dari botol media tumbuh sebaiknya yang lebih halus. Hendaknya pakis dihancurkan jadi potongan yang kecil-kecil dan disterilkan dulu. Sterilisasi ini perlu dilakukan mengingat tanaman masih kecil dan sangat peka. Cara sterilisasi media adalah dengan mengukusnya dalam dandang selama 1-2 jam.
Selama Kerja Praktik, pakis tidak disterilisasi hal ini dikarenakan sterilisasi akar pakis akan memakan waktu (apabila menggunakan dandang selama 1-2 jam) dan biaya gas yang cukup tinggi serta menyebabkan akar pakis cepat menjadi lapuk. Namun, mengingat plantlet masih kecil dan peka sebaiknya akar pakis disterilisasi sehingga tingkat keberhasilan aklimatisasi juga semakin tinggi. Gambar akar pakis yang direndam dapat dilihat pada Gambar 11.
Pembuatan kom-pot selama Kerja Praktik berbeda dengan yang dilakukan selama pratikum di Fakultas Teknobiologi Atma Jaya Yogyakarta yang menggunakan kombinasi akar pakis dan arang atau batu bata. Akar pakis yang digunakan selama pratikum juga direndam dalam campuran pupuk dan air sebagai sumber hara. Hal ini berbeda dikarenakan penggunaan arang atau batu bata serta pupuk akan menaikan harga produksi (tidak ekonomis) dan nantinya setelah beberapa bulan akar pakis juga akan lapuk menjadi tanah yang dapat digunakan sebagai sumber hara tanaman anggrek. Penggunaan pupuk yang berlebihan juga akan membakar akar plantlet anggrek yang belum kuat sehingga penggunaan akar pakis saja sudah cukup sebagai media tanam.
Akar pakis diisikan ke dalam kom-pot secukupnya atau hingga hampir penuh (mencapai 1 cm di bawah bibir atas pot) sehingga akar anggrek dapat tertutupi. Plantlet anggrek lalu dipindahkan satu persatu ke dalam kom-pot. Posisi plantlet anggrek dapat tepat di tengah-tengah pot dan akarnya dapat diatur agar menyebar ke semua arah.
Polybag yang digunakan harus berlubang sebagai saluran pembuangan air dan sirkulasi udara. Polybag ditutupi lagi dengan media akar pakis setelah ditanami plantlet anggrek untuk menguatkan letak plantlet anggrek. Satu kom-pot dapat berisi 2 - 4 plantlet tergantung ukuran pot dan ukuran plantlet(Gambar 12). Hal ini dimaksudkan supaya tidak terjadi persaingan dalam hal unsur hara maupun kebutuhan air dan cahaya.
Setelah itu kom-pot diletakkan di atas rak kayu (tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari secara langsung), dengan kelembaban berkisar antara 60%-70%.Menurut Gunawan (1994), apabila seedling anggrek diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari tanaman tidak dapat berfotosintesa dan hanya akan menggunakan terus persediaan dalam tubuhnya yang hanya sedikit. Pada saat persediaan habis, tanaman akan mati secara serentak. Sebaliknya di tempat yang terlalu banyak sinar akan menghanguskan seedling.
Dalam perawatan anggrek, yang penting adalah penyiraman, pemupukan, dan pencegahan hama dan penyakit. Pada musim kemarau penyiraman sebaiknya tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore,sedang pada musim hujan, tergantung pada cuacanya (kalau habis hujan tidak perlu disiram). Penyiraman plantlet anggrek dalam kom-pot yang dilakukan adalah seperlunya yang penting media tidak tergenang air dan tetap lembab. Penyiraman yang terlalu sering akan membuat media menjadi basah dan akar busuk.
Cara penyiraman air yang dilakukan adalah dengan menggunakan semprotan (hand sprayer). Hal ini efisien dan baik dibanding dengan penuangan air secara langsung karena butiran air dapat diatur sehingga tidak menghanyutkan media tumbuh atau merusak batang maupun daun. Pada keadaan udara kering, penyemprotan butiran air harus di sekeliling tanaman dan ke udara sehingga dapat mengurangi tekanan panas yang berlebihan.Penyemprotan air pada awal aklimatisasi menggunakan campuran air dan vitamin B komples. Vitamin B kompleks (B1, B6, dan B12) berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar anggrek.
Pemupukannya tergantung pada fase pertumbuhannya. Bila anggrek dalam masa pertumbuhan maka perlu diberi pupuk yang kadar P dan K-nya rendah. Sebaliknya ketika anggrek memasuki masa generatif (pembungaan) anggrek perlu diberi pupuk yang kadar P dan K-nya tinggi. Menurut Gunawan (1994), fungsi utama P adalah dalam masalah transfer energi pada reaksi kimia dalam tubuh tanaman. Fosfor secara nyata memengaruhi pertumbuhan akar dan pendewasaan tanaman (maturity).Dalam tubuh tanaman, kalium memengaruhi sistem enzim yang menentukan fotosintesa, respirasi, metabolisme karbohidrat dan translokasi.
Penggunaan sungkup plastik yang diberi lubang juga dapat digunakan untuk mengurangi intensitas sinar dan menjaga kelembaban di dalam kom-pot. Menurut Gunawan (1994), kelembaban yang berlebihan dengan temperatur yang tinggi merupakan keadaan yang sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan cendawan yang merugikan. Cendawan dan bakteri dapat menyerang akar tanaman, sehingga menyebabkan kebusukan akar.
Sungkup plastik juga dapat memberikan perlindungan dari serangga / hama yang biasanya menyerang plantlet anggrek, sehingga tidak perlu melakukan penyemprotan pestisida. Serangga yang biasanya menyerang anggrek adalah semut dan belalang. Semut dapat merusak akar tanaman dan merusak tunas-tunas muda tanaman sedangkan belalang suka memakan pucuk-pucuk anggrek.
Jumlah botol yang diaklimatisasi adalah 3 botol. Setiap botol kira-kira berisi bibit antara 4 - 6 plantlet yang sudah dewasa. Dari pengamatan yang dilakukan, plantlet dapat beradaptasi dengan baik pada kom-pot yang berisi akar pakis. Hal ini ditandai dari plantlet yang tetap segar dan hijau. Penyemprotan yang dilakukan juga membantu menjaga kelembaban dan ketersediaan air bagi plantlet anggrek.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil Kerja Praktik di CV Agri Bio Tech Yogyakarta maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses kultur in vitro tanaman anggrek Phalaenopsis hibridayaitu pemilihan eksplan berupa buah anggrek, sterilisasi eksplan secara fisik dan kimia, penaburan biji anggrek pada medium MS instandan subkultur bibit anggrek pada medium baru yang mempunyai komposisi sama.
2. Aklimatisasi anggrek Phalaenopsis hibridadilakukan dengan pengeluaran plantlet dari dalam botol, sterilisasi kimia dengan bayclin, pengeringan, pemindahan ke media kom-pot yang terdiri dari akar pakis dan perawatan tanaman anggrek.Plantlet anggrek dapat beradaptasi dengan baik pada kom-pot ditandai dengan plantlet tetap segar dan hijau.
3. Sterilisasi menggunakan autoklafgas dan dandang untuk alat dan medium kultur memiliki tingkat sterilitas yang sama.Dandang dapat memberikan hasil yang baik apabila menggunakan Plant Preservative Mixture (PPM) dalam medium kultur.
B. SARAN
Saran bagi CV. Agri Bio Tech adalah
1. Subkultur (overplanting) untuk tanaman anggrek maupun tanaman lainnya yang dikembangkan di CV. Agri Bio Tech sebaiknya dilakukan secara rutin.
2. Pengukuran pH dalam pembuatan medium sebaiknya menggunakan pH meter.
3. Sterilisasi akar pakis sebagai media kom-pot untuk aklimatisasi tanaman anggrek perlu dilakukan.
Saran bagi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta adalah
1. Fakultas Teknobiologi diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan CV. Agri Bio Tech dalam bertukar informasi dan pengetahuan, juga pengalaman lainnya. CV. Agri Bio Tech merupakan instansi yang sedang berkembang dan membuka kesempatan bagi mahasiswa / mahasiswi untuk dapat melakukan Kerja Praktik dan penelitian.
2. Fakultas Teknobiologi dapat menawarkan tawaran kerjasama dalam hal kursus kultur in vitro tanaman dan penelitian yang berkaitan dengan bioteknologi tanaman, bahkan seminar mengenai prospek usaha bisnis kultur in vitro tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2011. Phalaenopsis. http://www.orchidboard.com/community/hybrids/8937-more-my-blooming-phals.html. 28 Oktober 2011.
Anonim b. 2011. Phal. Shin Yi Diamond. http://www.orchidweb.com/detail.aspx?ID=1673. 28 Oktober 2011.
Dave. 2011. Phalaenopsis Tai-I Yellow Bird. http://davesgarden.com/guides/pf/go/171095/. 28 Oktober 2011.
George, E. F. dan P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegenetic Limited. England.
Gunawan, L. W. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman PAU IPB. Bogor.
Gunawan, L. W. 1994. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hasim, I. 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hendaryono, D. P. S., dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Kanisius.Yogyakarta.
Hendaryono, D. P. S. 1998. Budi Daya Anggrek Dengan Bibit Dalam Botol. Kanisius. Yogyakarta.
Hendaryono, D. P. S. 2000. Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Kanisius. Yogyakarta.
Sandra, E. 1994. Kultur Jaringan Anggrek Skala Rumah Tangga. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Soeryowinoto, S. M., dan Soeryowinoto, M. 1977. Perbantakan Vegetatif Pada Anggrek. Penerbitan Yayasan Kanisius. Yogyakarta.
Sriyanti, D. P. 2006. Budidaya Anggrek Dengan Bibit Dalam Botol. Cetakan kedelapan. Kanisius. Yogyakarta.
Taji, A. 2001. Horticultural Science and Plant Biotechnology : Resource Book. University of New England. Armidale.
Wattimena, G. A. 1992. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. PAU IPB. Bogor.
Zulkarnain, H. 2009. Kultur Jaringan Tanaman : Solusi Perbanyakan Tanaman Budi Daya. PT Bumi Aksara. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran . Tabel Komposisi Medium Murashige & Skoog 1962
Tabel 2. Komposisi Medium Murashige & Skoog 1962
Bahan | Berat (mg/L) |
NH4NO3 | 1650 |
KH2PO4 | 170 |
KNO3 | 1900 |
CaCl2.H2O | 440 |
MgSO4.7H2O | 370 |
MnSO4.H2O | 22,3 |
ZnSO4.4H2O | 8,6 |
H3BO3 | 6,2 |
KI | 0,83 |
NaMoO4.2H2O | 0,25 |
CuSO4.5H2O | 0,025 |
CoCl2.6H2O | 0,025 |
FeSO4.7H2O | 27,8 |
Na2EDTA.2H2O | 37,3 |
Tiamin HCl | 0,1 |
Asam nikotinat | 0,5 |
Piridoksin | 0,5 |
Mioinositol | 100 |
KETERANGAN TELAH SELESAI KP
Yang bertanda tangan di bawah ini Pimpinan instansi :
Nama lengkap : Achmad Himawan, M. Si
Jabatan : Direktur CV. Agri Bio Tech
Menerangkan bahwa
Nama mahasiswa : Benny Saputra
N.P.M : 08 08 01062
Fakultas : Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Tanggal KP : 5 Juli 2011 s.d 8 Agustus 2011
Telah selesai melaksanakan kegiatan Kerja Praktik serta telah menyelesaikan segala urusan administrasi.
Demikian surat keterangan ini, agar dipergunakan sebagaimana semestinya.
Yogyakarta, 28 September 2011
Direktur,
(Achmad Himawan, M.Si)
informasi yang sangat bagus, tetap semangat!
BalasHapusTerima kasih banyak.
Hapus