Rabu, 22 Desember 2010

VANDA DAN POTENSINYA DI DALAM INTERGENERIK

Vanda denisoniana

VANDA DAN POTENSINYA DI DALAM INTERGENERIK
Oleh : Aloysius Looho
Anggota P.A.I cabang Surabaya

Nama Vanda, untuk pertama kalinya dipergunakan oleh Sir William Jones pada tahun 1795. Jenis Vanda pertama yang dikenal adalah Vanda tessellata yang diketemukan oleh Roxbourgh pada tahun 1795 juga, yang kemudian oleh DR. Robert Brown diberi nama Vanda Roxbourghii.
Jenis Vanda diketemukan mulai dari India, Sri Langka, Burma, Muangthai, China, Malaysia, Filipina, Indonesia, sampai deangan Papua Nugini dan terdiri dari kurang lebih tujuh puluh spesies dan kira-kira tiga puluh spesies yang dikultivasi dan dipakai sebagai pohon induk untuk hibridisasi.
Spesies Vanda ini berdasarkan bentuk daunnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
Vanda berdaun teret :
Vanda hookeriana, Vanda masperoae, Vanda simondii, Vanda teres, dan Vanda tricuspidata.
Vanda berdaun semi teret :
Vanda amesiana, Vanda kimballiana, dan Vanda warsonii.
Vanda berdaun sabuk :
Vanda alpina, Vanda amesiana, Vanda bensoni, Vanda coerulea, Vanda coerulescens, Vanda concolor, Vanda cistata, Vanda dearei, Vanda denisoniana, Vanda insignis, Vanda lamellata, Vanda limbata, Vanda luzonica, Vanda merrillii, Vanda parviflora, Vanda roeblingiana, Vanda sanderiana, Vanda spathulata, Vanda stangeana, Vanda sumatrana, Vanda tessellata, dan Vanda tricolor.

Vanda tricolor

Karakteristik dari kelompok Vanda – Arachnis ini adalah tumbuhnya menjulang ke atas tanpa batas. Vanda mempunyai dua pollinia, masing-masing sedikit bercelah : Arachnis dan Vandopsis mempunyai empat pollinia, berpasangan dan sama bentuknya.
Holttum dalam bukunya, Flora of Malaya, membagi semua jenis dalam kelompok ini yang kebanyakan berbunga kecil, yang semula dibagi dalam tiga golongan menjadi dua golongan berdasarkan jumlah pollinianya.
Dalam kelompok yang mempunyai empat pollinia, jenis-jenis paling penting adalah Arachnis, Pomatocalpa, Renanthera, Sarcanthus, Trichoglottis, dan Thrixspermum, sedangkan yang mempunyai dua pollinia adalah Aerides, Luisia, Pahalaenopsis, Sarcochilus, dan Vanda.
Kecuali warna merah dari jenis Renanthera, maka hampir semua warna yang terdapat pada setiap lain jenis yang dikultivasi terdapat pula pada jenis Vanda. Selain warna-warnanya yang bagus, maka terdapat pula garis-garis dan atau bintik-bintik yang sangat menarik pada segmen-segmen bunga. Juamlah kuntumnya dalam satu tangkai cukup banyak dan ada yang dapat tahan sampai tiga bulan lamanya.
KEBUTUHAN PRIMER JENIS VANDA SUHU DAN KELEMBABAN
Vanda tumbuh dengan baik pada suhu 18ºC atau lebih tinggi pada siang hari dan paling rendah pada 14ºC pada malam hari. Kelembaban yang tinggi sangat dibutuhkan terutama pada siang hari yang sangat panas.
CAHAYA
Cahaya terutama cahaya pagi sangat dibutuhkan oleh Vanda, baik Vanda daun maupun Vanda teret untuk asimilasi, yaitu pembuatan karbohidrat untuk pertumbuhannya. Kebanyakan cahaya dapat mengakibatkan khlorosis karena rusaknya khlorofil, yaitu zat hijau daun. Kekurangan cahaya menyebabkan batang anggrek menjadi lunak, kurus, warna hijau tua, daya tumbuh berkurang dan sukar berbunga. Cahaya yang cukup dapat dilihat dari adanya pertumbuhan yang sehat, kekar, warna hijau pupus, mengkilat dan sering berbunga. Intensitas sinar matahari adalah 800 lilin. Untuk Vanda daun dibutuhkan 400 sampai 6000 lilin atau penyinaran 50 % sampai 70 %. Jadi harus diberi peneduh yang menjurus ke utara – selatan. Vanda teret, Vanda kwarter teret, dan Vanda seperdelapan teret membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan berbunga.
ANGIN
Angin berfungsi sebagai penyalur karbondioksida pada siang hari dan nitrogen pada malam hari. Pada malam hari nitrogen turun dan dihisap oleh tumbuh-tumbuhan. Fungsi lain dari angin adalah menjaga suhu daun rendah dan juga menurunkan suhu karena adanya penguapan.
MEDIUM
Medium berfungsi sebagai tempat berijak, menahan lembab dan teampat penyimpanan makanan. Yang banyak dipakai adalah akar pakis ayang sudah tua dan sudah dipotomh kecil-kecil, arang kayu dan kulit pinus.
PENGEPOTAN
Berhubung Vanda yang bersifat epifit dan mempunyai sistem perakaran yang besar dan luas, maka Vanda daapat ditanam dalam pot, batang kayu dan krat.
Akar-akar jangannya jangan diberi medium yang halus dan jangan ditekan pada waktu menanamnya, tetapi pergunakanlh medium yang kasar. Vanda daun baiknya digantung supaya akar udaranya bebas, tiadak menempel pada rak yang pada pergerakan nanti akarnya rusak. Karena Vanda adalah tanaman monopodial, maka tidak perlu sering-sering dipot ulang, kecuali kalau mediumnya sudah mulai rusak. Vanda teret, Vanda semi teret, Vanda kwarter teret, dan Vanda seperdelapan teret lebih baik di dalam bak dengan pengairan yang baik.
Tanaman Vanda yang sudah ”jengki” (atanaman besar dengan bagian bawah tanpa daun), abagian atasnya dengan beberapa akar udara dapat digolongkan dan di tanam kembali. Bapa bagian bawah nantinya akan tumbuh satu atau dua ”keiki” atau anakan dan jika sudah tumbuh akar, dapat dipisahkan dari tanaman induknya dan ditanam dalam pot atau krat.
PENYIRAMAN
Pada hari-hari panas dan musim tumbuhnya, Vanda harus disiram tiap hari atau disemprot beberapa kali seharinya. Medium harus diusahakan lembab tapi jangan basah.
PEMUPUKAN
Vanda merupakan tanaman yang kekar dan memerlukan banyak cara. Selama masa pertumbuhannya Vanda perlu dipupuk dengan pupuk yang lengkap. Sebulan sekali perlu disiram dengan banyak air untuk menghilangkan sisa-sisa pupuk yang tidak dipergunakan.
Vanda mempunyai potensi yang besar sekali dalam pembuatan intergenerik. Hingga saat ini sudah tercatat 59 buah ”jenis” hibrida intergenerik yang dihasilkan oleh Vanda secara resmi. Intergenerik yang dapat dibuat dengan Vanda dapat dilihat pada diagraam berikut dan hasilnya dapat dilihat pada daftar silangan-silangan intergenerik berikut ini :

Acampe papilosa

Vandopsis lissochiloides

SILANGAN-SAILANGAN INTERGENERIK DARI VANDA

AERIDOVANDA (aerdv.) = Aerides x Vanda
ARANDA (Aranda) = Arachnis x Vanda
ASCOCENDA (Ascda.) = Ascocentrum x Vanda
ASCOVANDORITIS (Asvts.) = Ascocentrum x Vanda x Doritis
BOKCHOONARA (Bkch.) = Arachnis x Ascocentrum x Pahalaenopsis x Vanda
BURKILLARA (Burk.) = Aerides x Arachnis x Vanda
CHRISTIEARA ( Chtra.) = Aerides x Ascocentrum x Vanda
DARWINARA (Dar.) = Ascocentrum x Neofinetia x Rhynchostylis x Vanda
DEBRUYNEARA (Dbra.) = Ascocentrum x Luisia x Vanda
DEVEREUXARA (Dvra.) = Ascocentrum x Pahalaenopsis x Vanda
EASTONARA ( Eas.) = Ascocentrum x Gastrochilus x Vanda
FUJIOARA (Fjo.) = Ascocentrum x Trichoglottis x Vanda
GOFFARA (Gfa.) = Luisia x Trichoglottis x Vanda
HAGERARA (Hgra.) = Doritis x Phalaenopsis x Vanda
HAWAIIARA (Haw.) = Renanthera x Vanda x Vandopsis
HIMORIARA (Hmra.) = Ascocentrum x Pahalaenopsis x Rhynchostylis x Vanda
HOTTUMARA (Holtt.) = Arachnis x Renanthera x Vanda
ISAOARA (Isr.) = Aerides x Ascocentrum x Phalaenopsis x Vanda
JOANNARA (Jnna.) = Renanthera x Rhynchostylis x Vanda
KAGAWARA (Kgw.) = Ascocentrum x Renanthera x Vanda
LEEARA (Leeara) = Arachnis x Vanda x Vandopsis
LEWISARA (Lwsra.) = Aerides x Arachnis x Ascocentrum x Vanda
LUISANDA (Lsnd.) = Luisia x Vanda
LUIVANETIA (Lvta.) = Luisia x Neofinetia x Vanda
MACCOYARA (Mcyra.) = Aerides x Vanda x Vandopsis
MOIRARA (Moir.) = Phalaenopsis x Renanthera x Vanda
MOKARA (Mkra.) = Arachnis x Ascocentrum x Vanda
NAKAMOTOARA (Nak.) = Ascocentrum x Neofinetia x Vanda
NOBLEARA (Nlra.) = Aerides x Renanthera x Vanda
OKAARA (Okr.) = Ascocentrum x Renanthera x Rhynchostylis x Vanda
ONOARA (Onra.) = Ascocentrum x Renanthera x Vanda x Vandopsis
OPSISANDA (Opsis.) = Vanda x Vandopsis
PAGEARA (Pga.) = Ascocentrum x Luisia x Rhynchostylis x Vanda
PANTAPAARA (Pntp.) = Ascoglossum x Renanthera x Vanda
PERREIRAARA (Prra.) = Aerides x Rhynchostylis x Vanda
PHALAERIANDA (Phda.) = Aerides x Phalaenopsis x Vanda
RAMASAMYARA (Rmsya.) = Arachnis x Rhynchostylis x Vanda
RENANFINANDA (RFNDA.) = Neofinetia x Renanthera x Vanda
RENANTANDA (Rntda.) = Renanthera x Vanda
RHYNCHOVANDA (Rhv.) = Rhynchostylis x Vanda
RIDLEYARA (Ridl.) = Arachnis x Tricoglottis x Vanda
ROBINARA (Rbnra.) = Aerides x Ascocentrum x Renanthera x Vanda
SARCOVANDA (Srv.) = Sarcochilus x Vanda
SHIGUERAARA (Shgra.) = Ascocentrum x Ascoglossum x Renanthera x Vanda
STAMARIAARA (Stmra.) = Ascocentrum x Phalaenopsis x Renanthera x Vanda
THEOHARA (Thra.) = Arachnis x Renanthera x Vanda x Vandopsis
TREVORARA (Trev.) = Arachnis x Phalaenopsis x Vanda
TRICHOVANDA (Trcv.) = Trichoglottis x Vanda
VACAMPE (Vcp.) = Acampe x Vanda
VANDAENOPSIS (Vdnps.) = Phalaenopsis x Vanda
VANDEWEGHEARA (Vwga.) = Ascocentrum x Doritis x Phalaenopsis x Vanda
VANDOFINETIA (Vf.) = Neofinetia x Vanda
VANDOFINIDES (Vfds.) = Aerides x Neofinetia x Vanda
VANDORITIS (Vdts.) = Roritis x Vanda
VANGLOSSUM (Vgm.) = Ascoglossum x Vanda
VASCOSTYLIS (Vasco.) = Ascocentrum x Rhynchostylis x Vanda
WILKINSARA (Wknsra.) = Ascocentrum x Vanda x Vandopsis
YAPARA (Yap.) = Phalaenopsis x Rhynchostylis x Vanda
YOSUFARA (Ysfra.) = Arachnis x Ascocentrum x Renanthera x Vanda
Selamat berjuang dan semoga akan tercatat lagi atas nama bangsa Indonesia.

Senin, 20 Desember 2010

BAHAN PELINDUNG TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

BAHAN PELINDUNG TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Untuk membasmi hama dan penyakit oleh karena serangga, siput, jamur, bakteri, dan virus maka penggunaan obat-obatan tidak boleh hanya terbatas manakala hama dan penyakit mulai menyerbu saja. Cara seperti itu tidak efektif dalam memberantas hama dan penyakit. Untuk itu sebaiknya secara teratur dan berkala menyemprotkan bahan-bahan pelindung untuk memberantas hama dan penyakit. Paling tidak tindakan penyemprotan dilakukan secara sebulan sekali. Denagan catatan bila cuaca tidak sering hujan. Sedangkan kalau musin penghujan maka penyemprotan bisa dilakukan lebih sering lagi misalkan saja 10 – 14 hari sekali. Dan apabila ini secara rutin dilakukan apada tanaman anggrek maka pastinya tidak akan ada hama penyakit yang mengganggu tanaman kita.
Kemudian satu hal lagi yang harus diketahui adalah bahwa jarang kita sadari bahwa pemakaian pestisida yang akibatnya baru diketahui setelah sekian lama adalah penggunaan satu merk pestisida secara terus menerus selama bertahun-tahun. Penggunaan satu macam merk bahan pestisida yang digunakan secara terus-menerus akan menyebabkan serangga, siput penyebab hama pengganggu dan jamur, bakteri dan virus penyebab penyakit akan menjadi kebal terhadap racun yang terkandung di dalam pestisida daan akibatnya pestisida tersebut tidak mempan lagi.
Kemudian banyak yang beranggapan bahwa semakin tinggi konsentrasi dikira semakin ampuh dalam membasmi hama dan penyakit. Padahal itu semuanya sama sekali tidak benar. Oleh karena itu jangan coba-coba melebihi aturan pakai yang biasanya terdapat di kemasan pestisida.
Lalu pestisida yang biasa digunakan untuk pencegahan merupakan pestisida yang bekerja secara sistemik yaitu pestisida yang diserap dahulu oleh jaringan tanaman sehingga racun beredar dimana-mana di seluruh bagian tubuh tanaman. Agar proses penyerapan racun itu berjalan lancar sebaiknya kita mengikuti aturan alam. Sebaiknya kita melakukan penyemprotan pada pagi hari ketika sel-sel tanaman yang giat-giatnya mengolah abahan makanan selama melakukan fotosintesis. Pada pagi hari pori-pori daun-daun tanaman (stomata) terbuka lebar sehingga mudah menyerap pestisida yang disemprotkan.
Adapun macam-macam pestisida adalah sebagai berikut :

MOLUSKISIDA
Penggunaan moluskisida konsentrasi yang dianjurkan sebesar 6 – 8 gram / 10 liter.
SIPUTOX 5 G
Berkhasiat untuk menghalau dan membasmi siput. Berbentuk butiran dan penggunaannya dengan cara dilarutkan di dalam air lalu disemprotkan ke tempat-tempat yang dicurigai sebagai sarang bersembunyinya siput misalkan saja tempat lembab dan dekat tumpukan sampah. Bisa juga disemprotkan di bagian daun dan media tanam.

INSEKTISIDA DAN NEMATISIDA
Penggunaan insektisida dan nematisida konsentrasi yang dianjurkan sebesar 1 – 3 gram / liter.
FURADAN
Memiliki 2 khasiat yaitu sebagai insektisida dan nematisida. Furadan ini berbentuk butiran warna merah jambu dan digunakan ke dalam tanah atau media tanam. Cara penggunaannya dengan cara ditaburkan atau dilarurkan ke dalam air lalu disemprotkan. Banyak sekali digunakan untuk memberantas hama uret atau larva kumbang.
SEVIN
Berbentuk serbuk berwarna putih dan berkhasiat untuk membasmi hama serangga. Digunakan dengan cara dilarutkan ke adalam air kemudian disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang sering menjadi incaran serangga misalkan saja daun muda atau bagian tubuh tumbuhan yang banyak mengandung air. Lalu bisa juga disemprotkan pada daerah kerumunan hama, atau lokasi yang sering menjadi tempat persembunyian hama misalkan saja tempat yang teduh.
MALATION
Berbentuk cair dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Konsentrasi untuk bahan ini adalah 3 gram / liter air. Selain bisa digunakan untuk membasmi hama bahan ini bisa juga digunakan untuk membasmi kecoa di dalam rumah. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan.
DAZOMET
Memiliki 3 khasiat sekaligus yaitu sebagai nematisida (anti cacing), fungisida (anti jamur), dan insektisida (anti serangga).
Penggunaannya dilarutkan dalam air sebelum digunakan dan disemprotkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

FUNGISIDA
Untuk fungisida biasanya konsentrasi yang dianjurkan adalah sebesar 1 – 2 gram per liter.
DEROSAL
Berbentuk serbuk berwarna putih gading. Berguna untuk mengobati dan mencegah karat daun dan busuk akar yang disebabkan oleh karena jamur. Digunakan dengan cara GREENVILLE
Bahan ini berbentuk serbuk. Cara menggunakannya dengan cara dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Bahan ini berkhasiat untuk mengobati karat daun dan busuk akar yang disebabkan oleh jamur. Disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang terkena atau bagian yang rawan terjangkit misalkan saja daun dan akar.
VEMILEK
Bahan ini berbentuk serbuk dan penggunaannya dengan cara dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke bagian daun atau media tanam. Berfungsi untuk mencegah penyakit karat daun.
DITHANE M-45
Bahan ini berbentuk serbuk putih dan berguna untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur. Sebelum digunakan harus dilarutkan dulu ke dalam air terlebih dahulu. Konsentarasi ayang diaanjurkan adalah 1 – 2 gram / liter air. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang terserang jamur, atau disiramkan ke media tanam. Untuk pencegahan terhadap jamur pada tumbuhan yang akan di tanam bagian akarnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan yang mengandung Dithane M 45 ini.
AGREPT 20 WP
Bahan ini berbentuk serbuk berwarna putih dan cara penggunaannya dengan melarutkan ke dalam air terlebih dahulu lalu disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang sakit. Untuk mengatasi jamur di bagian akar bisa pula penggunaannya dengan cara ditaburkan ke media tanam lalu setelah ditaburkan ke media tanam di siram dengan air.
DUPONT DELSENE MX 80 WP
Bahan ini berbentuk serbuk dan cara penggunaannya dengan cara dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air sebelum digunakan. Agar lebih efektif dalam pengggunaannya bisa dicampur dengan perekat. Bahan perekat ini bisa dibeli secara terpisah. Fungisida ini berfungsi untuk mengobati dan menangkis penyakit yang disebabkan oleh karena jamur.

Dalam hubungannya dengan penyakit yan disebabkan oleh jamur serta cara untuk menatasi jamur ini, maka kita juga perlu mengetahui cara kerja anti jamur, macam jamur dan bahan apa yan menyusun tubuh jamur, dan itu isa kita lihat dari uraian di bawah ini.
Mekanisme anti jamur:
Amfoterisin: merusak membran sitoplasma.
Nistatin: membentuk kompleks dengan sterol.
5-fluorsitosin: menghambat sintesis protein. Ketiga obat ini (amfoterisin, nistatin, 5-fluorsitosin mempunyai spektrum kerja yang luas).
Klotrimazol
Mikonazol
Itrakonazol. Ketiga obat ini (klotrimazol, mikonazol, itrakonazol mempunyai spektrum kerja yang luas untuk semua jamur).
Griseofulvin: spektrum kerja sempit , yaitu hanya untuk microsporum dan epidermophyton dengan mekanisme kerja adalah menghambat sintesis RNA dan menghambat sintesis khitin.
Sikloheksimid
Asam fusidat
Sparsomisin
Blastisidin. Keempat obat di atas (sikloheksimid, asam fusidat, sparsomisin, dan blastisidin) bekerja dengan menghambat sintesis ribosom eukariota dan bakteri dengan menghambat sintesis protein inisiasi rantai peptida dan efek terhadap sintesis DNA.
Paktamisin: dengan inhibitor selektif pada inisiasi rantai globin dan inhibitor elongasi rantai polipeptida pada 40S ribosom.

Jamur yang mengandung khitin (β 1-4-polimer N-asetilglukosamin):
Blastocadiella emersonii mengandung khitin glikosa
Coprinus cinereus mengandung khitin glukosa
Neurospora crassa mengandung khitin glukan
Mucor rouxii mengandung khitin khitosan
Untuk menghambat sintesis khitin dapat digunakan obat Polioksin D dan Griseofulvin.

Jamur oportunistik adalah jamur yang dapat menginfeksi apabila pertahanan tubuh lemah.

Tunikamisin: misalnya Saccharomyces cereviceae dapat menghambat jamur yang mengandung Manan.

Komponen membran jamur:
Lipid
Sterol: mengandung ergosterol, misalnya (Candida, Saccaromyces, dan Aspergillus). Antijamur terhadap sterol: 1. Poliena (membentuk kompleks), 2. Azol (hambatan sintesis), 3. Serulenin (hambatan sintesis lipid, asam lemak, dan sterol).

Sumber :
B. Joko Prasetyo, Merawat Anggrek, Trubus Edisi Oktober 1986, hal : 14 – 15.
Teguh, Obat dan Zat Pelindung Tanaman, Majalah Garden, edisi 22/II/Januari 2009, hal : 12-13.


Kamis, 16 Desember 2010

PENYAKIT-PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK

Oleh : L. T. S.
Dikutip dari Handbook on Orchid Culture


Dimuat di Bulletin P.A.I Surabaya Oktober – Desember 1994 Halaman 16-18.

Seperti halnya dengan manusia, tanaman-tanaman juga mempunyai kesukaran-kesukaran. Sebaiknya kita memperhataikan anggrek-anggrek kita, karena pengobatan/penghindaran dari penyakit sebaiknya dilakukan sebelum mereka sakit parah.
Umumnya yang menyebabkan tanaman mundur aatau jatuh sakit, ialah lingkungan yang tidak sesuai, luka yang disebabkan oleh obat atau lain hal, penyakit yang asalnya dari bakteri, virus atau jamur, atau adanya sesuatu penyakit tanaman lain. Untuk dapat mendiagnosa dengan tepat, si pemelihara tanaman harus memiliki kepandaian dan pengalaman yang luas.
Berikut ini gejala-gejala dan sebab-sebab timbulnya penyakit pada tanaman dan ini mungkin yang dapat membantu si pemilik anggrek untuk memberi ”pertolongan pertama”.

1) Daun-daun yang menguning, jika ini terjadi pada daun-daun atau bulb-bulb tua, ini proses penuaan yang normal, akan tetapi kalau hal ini terjadi pada daun-daun yang cukup baru, mungki kesalahannya oleh karena :
• Terlampau banyak cahaya
• Cuaca terlalu panas
• Kekurangan zat asam (terutama jika media yang dipakai ialah kulit pinus)
• Kekurangan/kehilangan akar-akar yang berfungsi.

2) Bagian-bagian hitam pada daun-daun. Munculnya dengan mendadak dari bagian coklat yang menghitam pada daun-daun yang terkena panas matahari, hal ini mungkin disebabkan oleh terbakarnya daun oleh sinar matahari, kontrol saja pendauahannya. Jika bagian-bagian hitam terus meluas, hal ini disebabkan oleh penyakit bakteri atau virus. Sebaiknya potong saja bagian yang sakit, olesilah dengan obat anti jamur seperti Natriphene atau Lannate, sendirikanlah tanaman dan biarkan mengering.

3) Bulp-bulb yang mengkerut : Ini tanda bahwa tanaman anggrek sedang kekurangan air yang dapat disebabkan oleh karena :
• Kelembaban yang tidak cukup
• Kekurangan penyiramannya, medianya kering
• Kekurangan akar-akar yang berfungsi

4) Ujung adaun yang menjadi hitam : hal ini dapat disebabkan oleh :
• Terlampau banyak pupuk (terutama pada Cymbidium). Tanaman harus banyak disiram dengan air biasa.
• Terlampau banyak mineral cair adalam air, sebaiknya airnya harus diperiksakan.
• Daun-daun menghitam dan mati : adalah infeksi oleh jamur. Potonglah bagian-bagian hitam dan oleskanlah dengan obat anti jamur.

5) Garis-garis atau bercak-bercak coklat atau hitam pada daun-daun, mungkin saja ini kena infeksi oleh virus. Periksakanlah sehelai daun.

6) Noda-noda kecil di atas daun-daun warna coklat kemerahan dan menjadi hitam : Mungkin disebabkan oleh infeksi jamur yang tumbuh subur karena hawa panas, kelembaban tinggi dan kurang sinar. Sebaiknya kurangilah kelembaban atau keringkan tanaman-tanaman yang sakit dan obatilah dengan obat anti jamur.

7) Bunga-bunga yang cacat : jika sebuah tanaman menghasilkan bunga yang cacat setiap tahun, mungkin dari benihnya, sebaiknya tanaman tersebut harus dibakar/dimusnahkan. Jika hanya satu kali ada bunga yang cacat, hal ini dapat disebabkan oleh karena :
• Suhu panas dan kelembaban tidak cukup tinggi pada waktu kuntum-kuntum sedang berkembang.
• Kerusakan oleh manusia atau obat pada kuntum tersebut.
• Keanehan pada perkembangan kuntum yang tidak terjadi berulang kali dan tidak dapat diterangkan.
• Terkena infeksi oleh virus. (Sendirikan tanaman).

8) Bunga-bunga cepat menjadi layu : jika sepala bunga cepat melayu atau mengering, atau seluruh bunga menutup beberapa waktu setelah membuka, hal ini dapat disebabkan oleh karena :
• Udara yang berpolusi oleh Ethylene atau gas beracun lain.
• Perubahan cuaca atau cara pemeliharaan yang mendadak.

9) Bercak-bercak pada bunga-bunga : bercak dan noda coklat muda atau merah muda pada bunga yang baru membuka biasanya menunjukkan jamur Botrytis atau powder hitam : kurangilah kelembaban, tambahlah sirkulasi udara, buanglah bunga-bunga tua yang ada noda-noda jauh dari tempat pemeliharaan anggrek.

10) Lobang-lobang pada bunga menunjukkan adanya :
• Kutu babi, sebuah serangga penghisap berbadan lembek. Berikanlah obat Malathion.
• Hama merah kecil : berilah Malathion.

11) Kerusakan pada bunga disebabkan :
• oleh manusia atau
• hama merah. Obatilah dengan Dimite atau Kelthane.

12) Bunga-bunga atau kuntum-kuntum atau akar-akar ada yang dikunyah atau diamakan pinggirnya saja. Hal demikian menunjukkan adanya : keong/bekicot atau lintah darat. Pakalilah metaldehyde halus atau umpan, juga dapat disebabkan oleh kecoak-kecoak. Pakailah chlordane di tanah, tanaman dan dalam pot.

13) Warna bunga-bunga tidak merata : penyakit ini dapat disebabkan oleh sebuah virus perusak warna. Sendirikanlah tanaman dan mintalah nasehat / pendapatnaya seoarang ahli. Musnahkanlah tanaman jika ternyata benar-benar sebuah virus.

14) Kehilangan akar-akar dalam arti akar-akar tidak berfungsi. Ada banyak sebab dan sukarlah membuat diagnosa. Sebab-sebabnya :
• karena terlampau banyak siram.
• Pembusukan hitam, sebuah infeksi : renadamalah dalam larutan natriphene.
• Bekicot atau ulat : obatilah dengan metaldehyde
• air siram mengandung terlalu banyak mineral.
• Media tanaman sudah tua dan rusak / kecut, pindahlah pot setelah tanaman di rendam dalam larutan natriphene.

15) Kerumunan putih atau lapisan abu-abu, coklat, kehitam-hitaman pada bagian bawah daun, tangkai bunga, ketiak daun dll. Kutu putih atau hama lain melekat (biasanya hama yang sering terdapat dalam kebun). Sikatlah dengan sikat gigi lembek yang dicelupkan dalam larutan Malathion. Semprotalah tempat anggrek anda dengan sering menggunakan Malathion.




Rabu, 15 Desember 2010

PERAWATAN ANGGREK

PERAWATAN ANGGREK

Oleh :
Agung Surono, S.Si

Disampaikan Pada :
Materi Kursus Budidaya Anggrek
Yang dilaksanakan oleh :
Lembaga Penelitian Universitas dan Fakultas Biologi Universitas Atma Jaya
tanggal : 19 – 20 Juli 1996.


PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman jenis anggrek alam begitu melimpah. Tidak heran jika banyak orang mencari jenis-jenis anggrek ke Indonesia. Demikaian pula masyarakat kita telah mulai mempopulerkan budidaya anggrek sampai ke desa-desa. Salah satu jenis anggrek yang paling banyak dibudidayakan saat ini adalah anggrek jenis epifit. Bunga anggrek mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bunga-bunga jenis lainnya. Keinadahan dan keunikan bentuk serta warna yang khas adalah kelebihan yang dimiliki anggrek. Untuk bisa memperoleh bunga dari tanaman anggrek yang seperti kita harapkan kuncinya terletak pada perawatan yang sungguh-sungguh. Perawatan tanaman anggrek meliputi penanaman, penempatan, pengaturan intensitas cahaya, penyiraman, pemupukan dan pemberantasan hama/ penyakit.

A. PENEMPATAN TANAMAN
Perawatan tangaman anggrek yang penting adalah menempatakan pot-pot yang sudah berisi tanaman anggrek, pada tempat yang cukup cerah, akan tetapi jangan sampai terkena sinar matahari langsung. Adapun intensitas sinar matahari yang baik untuk anggrek adalah pada pagi hari antara jam 06.00 - 10.00 atau pada sore hari jam 16.00 – 18.00. Selain itu pula tempat yang digunakan diusahakan bersuasana sejuk, kelembaban cukup dan tidak becek. Temapat yang becek dan gelap akan mengundang hama bagi anggrek, seperti siput, serangga pemakan akar, dan jamur.

B. PENGATURAN INTENSITAS CAHAYA
Kebutuhan akan intensitas cahaya untuk tiap-tiap jenis anggrek berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Untuk mengatur besarnya intensitas cahaya dapat menggunakan atap berupa kasa, jaring net, paranet, atap plastik, kaca warna putih. Untuk jaring net, paranet atau kasa intensitas dapat diatur dengan mengatur ketebalan atau kerapatan bahan tersebut. Khusus untuk tanaman Phalaenopsis, kebutuhan cahaya sangat dipengaruhi oleh umur tanaman dan ukuran lebar daunnya. Untuk tanaman Phalaenopsis dengan daun yang sempit, intensitas cahaya antara 20 – 30 %, makin lebar adaun dan tanamannya (habitus) maka intensitas cahaya yang dibutuhakan semakin besar (30 – 40 %). Bahkan pada Phalaenopsis yang sudah beradaptasi bisa bertahan terhadap intensitas cahaya sampai 70 % dalam green house, akan tetapi perlu diimbangi dengan penyiraman yang cukup dan pemberian pupuk denagan frekwensi yang lebih tinggi. Seminggu adapat dilakukan 2 x dengan dosis diturunkan sampai dengan dosis normal. Bahakan masih untuk Phalaenopsis peletakan tanaman di tempat yang terkena sinar matahari langsung sampai jam 10 pagi, maka setealah satu bulan mengalami perlakuan ini, biasanya akan keluar kuncup bunga. Dan dari mulai keluarnya kuncup bunga sampai mekar memakan waktu dua bulan.

Besarnya intensitas cahaya berpengaruh langsung pada besarnya suhu. Tanaman anggrek yang tumbuh dia daerah tropis membutuhkan suhu yang tinggi, kecuali Papiophedillum yang hidup di daerah pegunungan membutuhkan suhu yang lebih rendah.

Adapun temperatur minimum yang dibutuhkan oleh anggrek yang tumbuh dan kuncup adaalah sebagai berikut :

Dan yang perlu diperhatikan adalah pada suhu di atas 40ºC tanaman anggrek tidak dapat tumbuh dengan baik dan sebaliknya pada suhu di bawah 10ºC tanaman anggrek juga tidak dapat tumbuh maksimal.
Di samping itu tanaman anggrek membutuhkan kelembaban udara antara 65 – 70 % apada cahaya matahari terang. Untuk menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh tanaman maka perlakuan penyiraman yang dilakukan secara kontinyu tempat sekitar tanaman anggrek, atau dengan membuat kolam-kolam sekitar tanaman atau dengan menanam tanaman hias dalam pot dibagian lantai sangat dibutuhkan. Hal ini juga untuk menurunkan suhu sekitar tanaman anggrek.
C. PENYIRAMAN
Frekwensi penyiraman tanaman sangat tergantung pada kondisi cuaca bila cuaca cukup panas dan udara terasa kering, penyiraman dilakukan 2 x sehari pagia adan sore. Dapat dilakukan penyiraman siang hari dengan syarat penyiraman dilakukan merata pada seluruh bagian tanaman dan sekiatar taanaman anggrek. Hal ini untuk menghindari terjadinya flek-flek pada daun akibat terbakar sainar matahari. Bila pada musim penghujan atau kelembaban lingkungan cukup basah, maka tanaman cukup disiram sekali seminggu atau sama sekali tidak perlu disiram jika terkena hujan terus menerus.
Selain itu frekwensi penyiraman tergantung pula pada kondisi tanaman. Kalau tanaman baru dipindahkan maka daya simpan akar terhadap air belum maksimal sehingga perlu disiram lebih sering. Bagi tanaman yang suadah tua, frekwensi penyiraman dapat dikurangi.
Jenis media juga mempengaruhi penyiraman, semakian besar ukuran bongkahan media, penyiraman semakin banyak. Media yang sulit menyerap air, frekwensi penyiraman juga harus lebih sering. Pada tanaman anggrek jangan sampai kelebihan air atau genangan air pada dasar pot karena tanaman akan mudah membusuk. Pada dasarnya anggrek lebih suka kering daripada terlalu basah. Air yang digunakan sebaiknya air sumur dengan pH 5,6 – 6,6. Air hujan dapat pula digunakan dan merupakan air yang paling baik.
D. PEMUPUKAN
Tanaman anggrek membutuhkan unsur pokok antara lain N, P, dan K, yang kebutuhan akan unsur ini juga berbeda-beda tergantung pada ukuran tanaman. Dalam pemupukan tanaman anggrek dapat digunakan pupuk organik, pupuk anorganik, dan pupuk daun.
D. 1. Pupuk Anorganik
Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk N, P, K. Adapun pupuk NPK yang digunakan untuk masing-masing fase pertumbuhan adalah sebagai berikut :

Seedling atau tanaman di bawah usia 8 – 9 bulan digunakan NPK dengan perbandinagan 30 : 10 : 10 ( 0,6 gram/liter ).

Tanaman menjelang dewasa dan dewasa ( 9 bulan ke atas) diberi pupuk NPK seimbang dengan perbandingan 20 : 20 : 20 ( 2 gram/liter ).

Sedangkan tanaman anggrek pada masa pembungaan digunakan NPK dengan perbandingan 10 : 30 : 20 ( 4 gram/liter ).
Pemupukan dilakukan 2 minggu sekali dengan dosis seperti yang tertera pada bungkus pupuk atau bisa juga digunakan separo dosis dari keterangan pada bungkus pupuk dengan frekwensi pemupukan satu minggu sekali.
D. 2. Pupuk Organik
Pemupukan dengan pupuk oraganik ini biasanya hasilnya lebih baik daraipada menggunakan pupuk anorganik, karena pupuk organik mampu merangsang pertumbuhan mikorhiza yaitu sejenis cendawan yang bersimbiosis dengan akar anggrek dan berfungsi dalam penyerapan unsur hara. Pupuk oraganik yang sudah beredar di pasaran antara lain Super Top Soil, Oragasol, dan Forest ( satu sendok teh pupuk/4 liter air ). Selain itu dapat pula digunakan pupuk organik asli ( buakan instan ) seperti air cucian beras ( leri ), larutan encer pupuk kandang, air kencing hewan/manusia yang sudah diencerkan. Frekwensi pemupukan dilakukan 2 minggu sekali.
D. 3. Pupuk Daun
Biasa disebut dengan pupuk majemuk dan pupuk ini merupakan pupuk pelengakap. Penggunaannya dialakuakan dengan disemprotakan langsung pada daun atau tanaman sehingga lebih efektif. Jenis pupuk yang sudah ada di pasaran antara lain Gandasil ( Gandasil D dengan kemasan warna hijau untuk memacu pertumbuhan daun serta Ganadasil B dengan kemasan warna merah untuk memacu pertumbuahan bunga ), Atonik ( untuk merangsang pertumbuhan akar ), Vitabloom, Hyponex, Byafalon, Pokon, Wuxal semuanya dengan konsentrasi ( 2 ml/liter atau 2 gram/liter ) dan pemupukan 2 minggu sekali. Pada umumnya setiap jenis atau merek pupuk mencantuamkan petunjuk penggunaan pada tabel.
Bila media tanam dalam keadaan kering, sebaiknya disiram air dahulu dan baru dilakukan pemupukan. Pemupukan sebaiaknya tidak dilakukan jika sedang akan turun hujan.
E. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT
Yang dimaksud dengan hama tanaman anggrek adalah : serangga, siput, tungau merah. Adapun contoh serangga yang sering menyerang tanaman anggrek adalah : kumbang gajah ( Orchydophylus atterimus ), kutu lilin ( Pseudococcus sp. ), kutu perisai ( Parlatoria proteus ), Apis sp., Kepik ( Mertila maalayensis ), ulat dan lain-lain. Penanggulangan dapat dilakukan secara fisik dengan membunuh hewan secara langsung atau dengan insektisida yang bersifat sistemik.
Semua jenis siput bersifat merusak tanaman, oleh karena siput memakan seluruh bagian tanaman anggrek. Tempat-tempat tersembunyi basah atau berumput ataupun dekat sampah adalah tempat berkembang biak siput. Pengendalian dapat dilakukan dengan sanitasi lingkungan atau dengan memberikan umpan methaldehid, yaitu suatu pellet yang mengandung bahan kimia beracun. Penggunaan umpan dilakukan pada malam hari, karena siput bersifat nocturnal.
Yang dimaksud dengan penyakit pada tanaman anggrek adalah : bakteri, jamur, dan virus. Munculnya penyakit pada tanaman dapat ditularkan melalui alat yang digunakan dalam perawatan anggrek atau media tanam yang sudah terlalu tua (sering tumbuh jamur ). Munculnya bakteri dapat disebabkan karena kurangnya sinar matahari dan kondisi sekitar tanaman anggrek sangat lembab, aliran udara kurang, sehingga bakteri mudah tumbuh terutama pada bagian pucuk-pucuk tanaman. Penanggulangan tanaman yang sudah terinfeksi baik oleh bakteri, jamur atau virus, dilakukan dengan mengisolasi tanaman, dan mengobati tanaman secara kimiawi atau memusnahkan tanaman anggrek tersebut.
Adapun penggunaan pestisida dan dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Untuk pencegahan hama, pada musim kemarau cukup disemprotkan insektisida 1 bulan 1 x pada pagi hari dan sorenya tidak disiram. Musim hujan dan musim serangga baiknya disemprot sepuluh hari sekali atau 2 minggu sekali.

Pencegahan penyakit, pada musim kemarau disemprot fungisida satu bulan sekali pada pagi hari. Pada musim penghujan sepuluh hari sekali. Untuk jenis-jenis Dendrobium silangan, bila terguyur hujan 4 hari 4 malam berturut-turut, maka pada hari kelaima pagi harinaya langsung disemprot fungisida. Hal ini dimaksudkan untuk memutuskan daur hidup bakteri ataupun jamur agar tiadak berkembang lebih lanjut. Bunga yang mekar jangan dikenai fungisida karena dapat menimbulkan bercak putih pada bunga.

Kamis, 30 September 2010

PERBANYAKAN BIBIT PISANG DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

A. PENGERTIAN

Kultur jaringan tanaman adalah teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptic atau bebas mikroorganisme.
Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).

B. TUJUAN
Adapun tujuan utama dari teknik kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak di dalam waktu yang relative singkat, dan hasil bibit dari kultur jaringan ini mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya.

B. KEUNTUNGAN
[1] Bibit dapat diperoleh dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.
[2] Sifat-sifat individu baru sama dengan induknya.
[3] Kecepatan tumbuh bibit merata/seragam dan saat berbuahnya lebih cepat, contohnya untuk tanaman pisang berkisar kurang lebih 9 bulan dengan panen yang kedua antara 5 – 6 bulan.
[4] Waktu panen serempak dan kemasakan buah seragam, sehingga lebih efisien dalam penanganannya.
[5] Kesehatan bibit lebih terjamin.

C. KELEMAHAN
[1] Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus.
[2] Harga bibit pisang hasil kultur jaringan lebih mahal dibandingkan dengan bibit yang berasal dari anakan.

D. TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN PISANG
Proses perbanyakan bibit pisang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan meliputi :

I. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam proses ini antara lain :
• Laminar Air Flow (LAF) : untuk menabur.
• Entkas : untuk menabur sederhana.
• Kulkas : untuk menyimpan bahan kimia.
• Blender : untuk menghaluskan bahan-bahan.
• Kompor : untuk memanaskan media.
• Autoklaf : untuk mensterilkan alat dan media.
• Lampu spiritus : untuk sterilisasi alat di dalam LAF.
• Shaker : untuk menggojok.
• Timbangan analitik : untuk menimbang bahan.
• Stirer : untuk mengaduk larutan media.
• Destilator : untuk menyuling air.
• Dissecting set (scalpel, pinset, blade, gunting).
• Glass ware (erlenmeyer, bakerglass, petridish, pengaduk kaca, corong kaca, botol-botol kultur).
• pHmeter/pH stick : untuk mengukur pH media.
• Termometer : untuk mengukur suhu ruang.

Cara sterilisasi dengan autoclave :
• Autoclave diisi air sampai batas angsang.
• Alat-alat (dissecting set dan glass ware) atau media yang akan disterilkan dimasukkan.
• Autoclaf ditutup dan dipanaskan.
• Setelah tekanan mencapai 15 lb baru dihitung waktunya. Untuk alat 30 menit sedangkan untuk media 15 menit.
• Setelah cukup waktunya, autoclave dimatikan. Tutup dibuka setelah autoclave agak dingin.

Cara sterilisasi LAF, entkas dan alat di LAF :
• Disemprot dengan alkohol 70 %, dilap dengan menggunakan tissue, disemprot lagi dengan alcohol 70 % sekali lagi, kemudian dibiarkan kering baru alat bias digunakan.


II. Pembuatan Media
Medium dasar Murashige dan Skoog (MS) digunakan untuk hamper semua macam tumbuhan. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.

Cara pembuatan medium MS :
[1] Makronutrien
NH4NO3 : 1.650 mg
KNO3 : 1.900 mg
CaCl2.2H2O : 440 mg
MgSO4.7H2O : 370 mg
KH2PO4 : 170 mg
Larutkan dalam 500 ml aquades.
[2] Mikronutrien : tambahkan stok mikro 5 ml.
[3] Iron (Fe) : tambahkan stok besi 5 ml.
[4] Vitamin : tambahkan stok vitamin 1 ml
[5] Hormon/ZPT : sesuai dengan perlakuan.
[6] Myo-inositol : 100 mg
[7] Sukrosa : 30 gram.
o Tambahkan aquades sampai mendekati 1 liter (900 ml).
o Ukur pH media (5,6 – 5,8)
o Tambahkan volume media menjadi 1 liter.
o Panaskan media.
o Masukkan 7 gram agar dan aduk sampai dengan larut semua.
o Tuangkan dalam botol kultur steril.
o Tutup dengan aluminium foil.
o Sterilisasi dengan autoclave.
o Media siap digunakan.

III. Persiapan Eksplan.
[1] Pilih tunas dari induk yang sehat.
[2] Cuci bersih dan memotong bagian ujung tunas.
[3] Kupas seludang dan iris bonggol hingga ke inti sampai diperoleh jaringan berbentuk kubus dengan volume 2 cm³.
[4] Rendam eksplan dalam campuran larutan bakterisida dan fungisida.

IV. Inokulasi
[1] Bilas eksplan dengan quadest steril.
[2] Masukkan eksplan dalam larutan clorox 20% kemudian digojok selama 20 menit.
[3] Selanjutnya bilas eksplan dengan aquadest steril selama 15 menit sebanyak 3 kali.
[4] Semprotkan alkohol 70% pada alat dan bahan saat memasukkan dalam LAF.
[5] Kupas seludang dan mengiris bonggol terluar dalam petridish.
[6] Tanam eksplan dalam media.
[7] Simpan eksplan dalam ruang inkubasi yang bersuhu konstan 22-28ºC.

V. Sub Kultur
Sub Kultur adalah proses memindahkan eksplan ke dalam media yang baru. Setiap individu bisa dipecah menjadi 5-6 sub kultur dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
[1] Supaya eksplan tidak tumbuh berdesakan.
[2] Supaya eksplan tidak kehabisan unsur hara pada media sebelumnya.
[3] Supaya pertumbuhannya seragam.
Hasil sub kultur ini dpat dikembangkan lagi ke dalam media MS yang baru sebanyak 5-6 generasi. Sub kultur yang telah tumbuh akarnya dapat disebut bibit kecil (plantlet).

I. Multiplikasi.
Multiplikasi adalah proses pemindahan eksplan pada media baru dengan membelah bonggol untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping.

VII. Aklimatisasi.
[1] Keluarkan plantlet dari botol dengan menggunakan pinset.
[2] Masukkan plantlet ke dalam nampan berisi air bersih dan membersihkan agar-agar yang menempel pada akar dengan kuas.
[3] Rendam plantlet dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 10 menit.
[4] Bilas plantlet dengan menggunakan air bersih dalam nampan.
[5] Tanam plantlet dalam bak kompot yang berisi media pasir steril dengan jarak tanam plantlet dalam kompot 10 x 10 cm.
[6] Tutup plantlet dengan plastik transparan di seluruh bagian atas bak kompot selama 3 minggu.
[7] Pindahkan bibit ke polibag selama ± 5 minggu, selanjutnya bibit siap di tanam di lapangan.


Syarat keberhasilan teknik kultur jaringan tumbuhan adalah :
[1] Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar.
[2] Penggunaan media yang sesuai.
[3] Keadaan yang aseptik.
[4] Pengaturan udara yang baik.

Permasalahan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan :
[1] Kontaminasi jamur/bakteri.
[2] Pencoklatan/browning.
[3] Vitrifikasi (pertumbuhan abnormal).
[4] Variabilitas genetik.
[5] Stagnasi pertumbuhan eksplan.
[6] Lingkungan mikro (ruang inkubasi).
[7] Peralatan, listrik,air dan manusia.

CV Agri Bio Tech saat ini juga mengadakan kursus budidaya jaringan untuk tanaman pisang. Dan untuk budidaya pisang ini sudah ada peserta yang mengikutinya dari Kalimantan Barat, Jakarta dan Kal;imantan Tengah. 
Berikut dokumentasi peserta kursus budidaya pisang yang ikut di CV Agri Bio Tech. Dokumen diambil saat peserta kursus dari Kalimantan Tengah di akhir bulan April 2017.

Saat peserta kursus praktik membuat media untuk menanam eksplan pisang
Saat peserta kursus mencuci eksplan pisang yang akan ditanam dengan teknik kultur jaringan tumbuhan
 
 Peserta kursus sedang melakukan sterilisasi secara kimia eksplan pisang sebelum ditanam ke medium kultur yang khusus untuk pisang
Proses pemotongan eksplan pisang menjadi ukuran 2 x 2 cm sebelum akhirnaya dibagi menjadi 4 bagian
Proses penanaman eksplan pisang ke dalam media agar
Proses sub kultur untuk memindah eksplan yang tumbuh ke media yang masih segar agar pertumbuhan eksplan bisa optimal

Hasil peserta kursus budidaya pisang di CV Agri Bio Tech

Hasil pertumbuhan eksplan pisang di usia 1 minggu
Hasil penanaman eksplan pisang di usia 2 minggu
 Hasil penanaman eksplan pisang di usia 3 minggu

Nampak jelas sekali meskipun media tanpa diberi arang aktif, media setelah ditanamai eksplan dengan usia 2 minggu masih nampak bagus tidak mengalami browning. 

Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan.

Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang secara kultur jaringan tumbuhan