Kamis, 30 September 2010

PERBANYAKAN BIBIT PISANG DENGAN TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN

A. PENGERTIAN

Kultur jaringan tanaman adalah teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptic atau bebas mikroorganisme.
Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui proses pembiakan jaringan (sel meristematis) pada media buatan dalam laboratorium (in vitro).

B. TUJUAN
Adapun tujuan utama dari teknik kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak di dalam waktu yang relative singkat, dan hasil bibit dari kultur jaringan ini mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induknya.

B. KEUNTUNGAN
[1] Bibit dapat diperoleh dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat.
[2] Sifat-sifat individu baru sama dengan induknya.
[3] Kecepatan tumbuh bibit merata/seragam dan saat berbuahnya lebih cepat, contohnya untuk tanaman pisang berkisar kurang lebih 9 bulan dengan panen yang kedua antara 5 – 6 bulan.
[4] Waktu panen serempak dan kemasakan buah seragam, sehingga lebih efisien dalam penanganannya.
[5] Kesehatan bibit lebih terjamin.

C. KELEMAHAN
[1] Perbanyakan bibit dengan teknik kultur jaringan memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus.
[2] Harga bibit pisang hasil kultur jaringan lebih mahal dibandingkan dengan bibit yang berasal dari anakan.

D. TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN PISANG
Proses perbanyakan bibit pisang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan meliputi :

I. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam proses ini antara lain :
• Laminar Air Flow (LAF) : untuk menabur.
• Entkas : untuk menabur sederhana.
• Kulkas : untuk menyimpan bahan kimia.
• Blender : untuk menghaluskan bahan-bahan.
• Kompor : untuk memanaskan media.
• Autoklaf : untuk mensterilkan alat dan media.
• Lampu spiritus : untuk sterilisasi alat di dalam LAF.
• Shaker : untuk menggojok.
• Timbangan analitik : untuk menimbang bahan.
• Stirer : untuk mengaduk larutan media.
• Destilator : untuk menyuling air.
• Dissecting set (scalpel, pinset, blade, gunting).
• Glass ware (erlenmeyer, bakerglass, petridish, pengaduk kaca, corong kaca, botol-botol kultur).
• pHmeter/pH stick : untuk mengukur pH media.
• Termometer : untuk mengukur suhu ruang.

Cara sterilisasi dengan autoclave :
• Autoclave diisi air sampai batas angsang.
• Alat-alat (dissecting set dan glass ware) atau media yang akan disterilkan dimasukkan.
• Autoclaf ditutup dan dipanaskan.
• Setelah tekanan mencapai 15 lb baru dihitung waktunya. Untuk alat 30 menit sedangkan untuk media 15 menit.
• Setelah cukup waktunya, autoclave dimatikan. Tutup dibuka setelah autoclave agak dingin.

Cara sterilisasi LAF, entkas dan alat di LAF :
• Disemprot dengan alkohol 70 %, dilap dengan menggunakan tissue, disemprot lagi dengan alcohol 70 % sekali lagi, kemudian dibiarkan kering baru alat bias digunakan.


II. Pembuatan Media
Medium dasar Murashige dan Skoog (MS) digunakan untuk hamper semua macam tumbuhan. Media ini mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO3- dan NH4+.

Cara pembuatan medium MS :
[1] Makronutrien
NH4NO3 : 1.650 mg
KNO3 : 1.900 mg
CaCl2.2H2O : 440 mg
MgSO4.7H2O : 370 mg
KH2PO4 : 170 mg
Larutkan dalam 500 ml aquades.
[2] Mikronutrien : tambahkan stok mikro 5 ml.
[3] Iron (Fe) : tambahkan stok besi 5 ml.
[4] Vitamin : tambahkan stok vitamin 1 ml
[5] Hormon/ZPT : sesuai dengan perlakuan.
[6] Myo-inositol : 100 mg
[7] Sukrosa : 30 gram.
o Tambahkan aquades sampai mendekati 1 liter (900 ml).
o Ukur pH media (5,6 – 5,8)
o Tambahkan volume media menjadi 1 liter.
o Panaskan media.
o Masukkan 7 gram agar dan aduk sampai dengan larut semua.
o Tuangkan dalam botol kultur steril.
o Tutup dengan aluminium foil.
o Sterilisasi dengan autoclave.
o Media siap digunakan.

III. Persiapan Eksplan.
[1] Pilih tunas dari induk yang sehat.
[2] Cuci bersih dan memotong bagian ujung tunas.
[3] Kupas seludang dan iris bonggol hingga ke inti sampai diperoleh jaringan berbentuk kubus dengan volume 2 cm³.
[4] Rendam eksplan dalam campuran larutan bakterisida dan fungisida.

IV. Inokulasi
[1] Bilas eksplan dengan quadest steril.
[2] Masukkan eksplan dalam larutan clorox 20% kemudian digojok selama 20 menit.
[3] Selanjutnya bilas eksplan dengan aquadest steril selama 15 menit sebanyak 3 kali.
[4] Semprotkan alkohol 70% pada alat dan bahan saat memasukkan dalam LAF.
[5] Kupas seludang dan mengiris bonggol terluar dalam petridish.
[6] Tanam eksplan dalam media.
[7] Simpan eksplan dalam ruang inkubasi yang bersuhu konstan 22-28ÂșC.

V. Sub Kultur
Sub Kultur adalah proses memindahkan eksplan ke dalam media yang baru. Setiap individu bisa dipecah menjadi 5-6 sub kultur dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
[1] Supaya eksplan tidak tumbuh berdesakan.
[2] Supaya eksplan tidak kehabisan unsur hara pada media sebelumnya.
[3] Supaya pertumbuhannya seragam.
Hasil sub kultur ini dpat dikembangkan lagi ke dalam media MS yang baru sebanyak 5-6 generasi. Sub kultur yang telah tumbuh akarnya dapat disebut bibit kecil (plantlet).

I. Multiplikasi.
Multiplikasi adalah proses pemindahan eksplan pada media baru dengan membelah bonggol untuk memacu pertumbuhan tunas-tunas samping.

VII. Aklimatisasi.
[1] Keluarkan plantlet dari botol dengan menggunakan pinset.
[2] Masukkan plantlet ke dalam nampan berisi air bersih dan membersihkan agar-agar yang menempel pada akar dengan kuas.
[3] Rendam plantlet dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 10 menit.
[4] Bilas plantlet dengan menggunakan air bersih dalam nampan.
[5] Tanam plantlet dalam bak kompot yang berisi media pasir steril dengan jarak tanam plantlet dalam kompot 10 x 10 cm.
[6] Tutup plantlet dengan plastik transparan di seluruh bagian atas bak kompot selama 3 minggu.
[7] Pindahkan bibit ke polibag selama ± 5 minggu, selanjutnya bibit siap di tanam di lapangan.


Syarat keberhasilan teknik kultur jaringan tumbuhan adalah :
[1] Pemilihan eksplan sebagai bahan dasar.
[2] Penggunaan media yang sesuai.
[3] Keadaan yang aseptik.
[4] Pengaturan udara yang baik.

Permasalahan dalam teknik kultur jaringan tumbuhan :
[1] Kontaminasi jamur/bakteri.
[2] Pencoklatan/browning.
[3] Vitrifikasi (pertumbuhan abnormal).
[4] Variabilitas genetik.
[5] Stagnasi pertumbuhan eksplan.
[6] Lingkungan mikro (ruang inkubasi).
[7] Peralatan, listrik,air dan manusia.

CV Agri Bio Tech saat ini juga mengadakan kursus budidaya jaringan untuk tanaman pisang. Dan untuk budidaya pisang ini sudah ada peserta yang mengikutinya dari Kalimantan Barat, Jakarta dan Kal;imantan Tengah. 
Berikut dokumentasi peserta kursus budidaya pisang yang ikut di CV Agri Bio Tech. Dokumen diambil saat peserta kursus dari Kalimantan Tengah di akhir bulan April 2017.

Saat peserta kursus praktik membuat media untuk menanam eksplan pisang
Saat peserta kursus mencuci eksplan pisang yang akan ditanam dengan teknik kultur jaringan tumbuhan
 
 Peserta kursus sedang melakukan sterilisasi secara kimia eksplan pisang sebelum ditanam ke medium kultur yang khusus untuk pisang
Proses pemotongan eksplan pisang menjadi ukuran 2 x 2 cm sebelum akhirnaya dibagi menjadi 4 bagian
Proses penanaman eksplan pisang ke dalam media agar
Proses sub kultur untuk memindah eksplan yang tumbuh ke media yang masih segar agar pertumbuhan eksplan bisa optimal

Hasil peserta kursus budidaya pisang di CV Agri Bio Tech

Hasil pertumbuhan eksplan pisang di usia 1 minggu
Hasil penanaman eksplan pisang di usia 2 minggu
 Hasil penanaman eksplan pisang di usia 3 minggu

Nampak jelas sekali meskipun media tanpa diberi arang aktif, media setelah ditanamai eksplan dengan usia 2 minggu masih nampak bagus tidak mengalami browning. 

Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan.

Hasil sub kultur yang dilakukan oleh peserta kursus budidaya pisang secara kultur jaringan tumbuhan