Rabu, 31 Mei 2017

Keanekaragaman Anggrek Di Indonesia

Keanekaragaman Anggrek Di Indonesia

Di Indonesia merupakan negara ke dua di duna yang paling kaya plasma nutfah anggreknya setelah Brazil. ada sekitar 5000 spesies tanaman anggrek. Dari sekian banyak tanaman anggrek tersebut ada sekitar 70 % nya merupakan anggrek epifit atau tanaman anggrek yang hidup menempel atau menggantung di pohon.
Karena hampir 70 % tanaman anggrek yang ada di Indonesia merupakan anggrek epifit maka sangat besar kemungkinannya mengalami ancaman kepunahan, oleh karena jika saja tanamannnya mati maka selesai juga hidup tanaman anggrek epifit tersebut. Ancaman kepunahan anggrek di Indonesia semakin meningkat karena Indonesia merupakan negara tropis dimana di negara tropis inilah merupakan tempat mayoritas berkembangnya anggrek di dunia. Level endemis di Indonesia sangat banyak satu dari sepuluh keanekaragaman anggrek ada di Indonesa. 
Di luar ketergantungannya pada makhluk lain, anggrek sangat bergantung pada lingkungan sekitar. Jika lingkungannya sehat dan bagus, anggrek dipastikan akan bisa hidup dan bertahan lama.
Masalah lainnya adalah anggrek juga bisa saja tidak hidup di alam liar, tapi dibudidayakan dengan baik. Itu juga bisa, tetapi anggrek pasti tidak akan bisa bertahan ketika dikembalikan ke habitat aslinya. Ini juga jadi masalah.
Anggrek itu adalah tanaman hias yang banyak disukai oleh orang di seluruh dunia. Tapi, karena itu juga, akhirnya menjadi gampang punah. Indonesia diharapkan untuk bisa menyelamatkan anggrek dari kepunahan.
Berikut keanekaragaman anggrek yang ada di Indonesia

Paraphalaenopsis 
Tahukah anda anggrek yang benar-benar satu genera/marga yang “native” atau hidup hanya di Indonesia? Namanya Paraphalaenopsis atau nama lainnya Anggrek Bulan Bintang, anggrek asal Kalimantan, anggrek simpodial yang daunnya mirip anggrek bulan (Phalaenopsis) tapi kecil mirip vanda ini biasanya epifit pada pohon di dekat aliran sungai di dataran rendah dengan ketinggian 300 m dpl.
Genera Paraphalaenopsis hanya terdiri dari 4 species, antara lain:
Paraphalaenopsis denevei
Paraphalaenopsis laycocki,
Paraphalaenopsis labukensis
Paraphalaenopsis serpentilingua.


Paraphalaenopsis denevei

 Paraphalaenopsis laycocki

Paraphalaenopsis labukensis

Paraphalaenopsis serpentilingua

Sayangnya ketika banyak kolektor yang bosan, penyilangnya kebanyakan berasal dari Singapura, salah satu silangan atau hybrid alaminya adalah : 
Paraphalaenopsis denevei x Paraphalaenopsis serpentilingua -> Paraphalenopsis sunny          
Paraphalaenopsis laycockii x Paraphalaenopsis serpentilingua -> Paraphalenopsis kolopaking
Paraphalaenopsis denevei x Paraphalaenopsis laycockii -> Paraphalaenopsis budiarjo
Semoga semakin banyak penyilang lokal di Indonesia yang mengembangkan Paraphalaenopsis ini di masa yang akan datang kelak.


Phalaenopsis
Phalaenopsis amabilis (L.) Blume adalah salah satu dari sekitar 36 jenis Anggrek anggota marga Phalaenopsis. Jenis anggrek ini sering dikenal dengan nama Anggrek Bulan. Padahal jika diperhatikan morfologi bunganya, Anggrek ini lebih mirip dengan kupu-kupu, sesuai dengan asal kata Phalaenopsis yakni “Phalaina”  yang berarti kumbang, kupu-kupu dan “Opsis” yang berarti bentuk. Oleh karena itu di beberapa negara Anggrek ini juga dikenal dengan nama Moth Orchid (Anggrek Kumbang).
Pembentukan genus Phalaenopsis dilakukan oleh ilmuwan dunia bernama Carl Blume pada tahun 1825  berdasarkan penemuan Phalaenopsis amabilis di Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Sebelumnya Phalaenopsis amabilis pernah ditemukan terlebih dahulu oleh Rumphius pada 1750. Namun pada saat itu Rumphius mengidentifikasinya sebagai anggota marga Angraecum.
Phalaenopsis amabilis adalah anggrek epifit yang hidup menempel pada batang atau dahan tumbuhan berkayu. Batangnya sangat pendek dan tertutup oleh daun yang berbentuk jorong , tebal berdaging dan tersusun rapat. Daunnya berukuran panjang 20-30 cm, lebar 7-12 cm. Bunga tersusun dalam karangan berbentuk tandan dengan jumlah kuntum mencapai 25 per tandan. Diameter bunga saat mekar 6-12 cm.
Perhiasan bunga Phalaenopsis amabilis berjumlah 6, masing-masing 3 daun mahkota dan 3 daun kelopak. Daun kelopak berwarna putih, berbentuk jorong dengan ujung meruncing. Dua daun mahkota juga berwarna putih dengan bentuk lebih lebar dibanding daun kelopak, ujungnya tumpul sementara pangkalnya menyempit. Satu daun mahkota mengalami deferensiasi baik dalam hal bentuk, ukuran, corak dan warna. Hal ini juga dijumpai di hampir seluruh bunga Anggrek dan menjadi salah satu penciri yang khas antar jenis Anggrek. Perhiasan bunga  yang mengalami deferensiasi tersebut dinamakan Labellum atau Bibir.
Bibir Phalaenopsis amabilis didominasi warna putih dan kuning dengan tingkat kecerahan berbeda, bertaju 3, ujung bersulur, bagian  dalam dijumpai corak/bercak kemerahan. Saat mekar bunganya sanggup bertahan hingga 3 minggu,
Phalaenopsis amabilis adalah Anggrek asli Indonesia. Selain di Indonesia anggrek ini dilaporkan dijumpai di Pulau Palawan (Filipina), Taiwan, Australia dan Papua New Guinea. Meskipun demikian proses evolusi dan penyebaran Phalaenopsis amabilis masih menjadi pertanyaan. Sebuah hipotesis menduga Phalaenopsis amabilis berkembang dari jenis lain seperti Phalaenopsis aphrodite yang merupakan anggrek asli Palawan. Selama proses evolusi berlangsung anggrek tersebut tersebar ke Taiwan dan Sabah di pulau Kalimantan. Dari Sabah jenis ini kemudian tersebar ke Sulawesi dan Sumatera disertai perubahan pada beberapa karakternya, seperti warna daun yang menjadi lebih hijau. Jenis yang berada di Sumatera kemudian berkembang dan tersebar ke Jawa hingga mengarah ke timur seperti Maluku dan Papua.


Hingga saat ini di Indonesia Phalaenopsis amabilis dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon hingga Papua.  Phalaenopsis amabilis tumbuh baik di tempat yang teduh. Anggrek ini dijumpai di hutan-hutan basah pada ketinggian antara 50-600 dpl. Di masing-masing pulau Phalaenopsis amabilis memiliki kekhasan yang berbeda. Oleh karena itu di Indonesia dijumpai beberapa varietas dan subspesies dari anggrek ini, salah satu yang cukup dikenal adalah Phalaenopsis amabilis Pelaihari.

Phalaenopsis amabilis Pelaihari

Di Kalimantan Selatan terdapat anggrek bulan spesies yang bisa diunggulkan, yaitu anggrek bulan Pelaihari. Anggrek bulan Pelaihari ini paling bagus dijadikan sebagai inti silang, karena adanya berbagai kelebihan yang tidak terdapat pada anggrek jenis lainnya di daerah lain. Masa berbunga cukup lama antara tiga sampai enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan.
Selain itu, anggrek bulan Pleihari memiliki jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai 25-50 buah, sedangkan anggrek biasa hanya 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai, sedangkan anggrek lainnya hanya satu cabang.
Anggrek Bulan Pleihari ini juga merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga sangat indah berwarna putih bersih dan bernilai ekonomi yang tinggi.
Atas dasar keindahan dan kekhasan tersebut, Phalaenopsis amabilis ditetapkan sebagai satu dari tiga Bunga Nasional Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 tersebut, Phalaenopsis amabilis disebut sebagai Puspa Pesona Indonesia. Dua bunga nasional lainnya adalah Melati (Jasminum sambac) yang dikenal sebagai Puspa Bangsa dan Bunga Padma Raksasa (Raflessia arnoldi) sebagai Puspa Langka.
Phalaenopsis amabilis adalah jenis Anggrek yang sangat mendunia. Popularitasnya bahkan telah menjulang jauh sebelum ditetapkan sebagai Puspa Pesona Indonesia. Warna putihnya yang kuat, bentuk bunganya yang eksotis serta bentuk labellum yang khas membuat Phalaenopsis amabilis banyak dipilih sebagai induk silangan untuk menghasilkan hibrida-hibrida unggul.
Namun sayang popularitas Phalaenopsis amabilis sebagai Puspa Pesona dan bunga asli Indonesia justru terdesak di tanah air. Keberadaannya di alam semakin sukar dijumpai akibat perdagangan gelap maupun kerusakan hutan. Serbuan jenis-jenis anggrek serupa dari luar negeri yang beredar di pasar Anggrek nasional juga turut berkontrobusi. Hal itu diperparah dengan belum mampunya Indonesia mengembangkan potensi anggrek ini secara maksimal. Pengembangan hibrida-hibrida unggul dari induk Phalaenopsis amabilis di dalam negeri jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura dan Taiwan. Phalaenopsis amabilis, Bunga Nasional yang cantik penuh pesona inipun akhirnya merana di tanahnya sendiri. Lantas apa yang bisa kita perbuat ?.

Membuat Medium Alternatif Untuk Kultur In Vitro Anggrek

Membuat Medium Alternatif Untuk 
Kultur In Vitro Anggrek

Pada tulisan yang terdahulu, pernah diulas tentang alternatif membuat medium untuk menggantikan medium Vacint nd Went yaitu membuat medium dengan menggunakan pupuk Greener 2001 B. 
Seperti kita ketahui untuk pupuk Greener 2001 B adalah pupuk Complete Foliar Feed (Multivitamin untuk tanaman mangga) yang komplit dan spesifik untuk tujuan khusus dan pada tumbuhan tertentu dengan cara menyesuaikan Trace Element apa yang dibutuhkan dan tidak secara alamai. Kegunaan utama dari pupuk Greener 2001 B ini adalah untuk menanggulangi kekurangan Trace Element. Sedangkan kegunaan pemberian Trace Element ini pada tanaman fungsinya sama dengan vitamin pada manusia dan nutrisi bagi hewan. Kekurangan Trace Element pada tanaman walaupun dalam jumlah kecil akibat secara visual tiak kelihatan akan tetapi hal ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas serta hasil dari suatu tanaman. Cara yang paling efektif mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan Trace Element yang berbentuk chelated yang bersifat melekat pada partikel tanah, larut dan mudah diserap oleh tanaman.
Dari uraian spesifikasi pupuk Greener 2001 B yang peruntukannya untuk tanaman mangga dan berisi Trace Element rasanya kurang tepat digunakan untuk membuat media alternative untuk pengganti medium Vacint and Went. Adapun penggunaan Greener 2001 B untuk pembuatan medium pengganti Vacint and Went membutuhkan pupuk Greener 2001 B sebanyak 4 ml untuk pembuatan 1 liter media. Itupun masih dengan penambahan bahan-bahan lain semisal kentang sebanyak 150 gram, nanas juga sebanyak 150 gram, air kelapa sebanyak 150 ml, Dan untuk pembuatannyapun masih memerlukan blender untuk memblender kentang dan nanasnya. 
Dan selain itu juga untuk mendapatkan pupuk Greener 2001 B pun tidak tersedia di setiap toko pertanian.
Dari pengalaman admin yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini ada alternative lain dengan menggunakan pupuk yang mudah didapatkan di pasaran, yaitu pupuk semacam Hyponex, Grow More, Gandasil D ataupun Vitabloom. 
Sebenarnya ini bukan hal yang baru karena ada banyak penelitian di luar negeri sana yang menggunakan medium dari pupuk daun ini. Berikut penelitian-penelitian yang menggunakan pupuk daun untuk kultur in vitro tanaman anggrek.
Medium pupuk daun yang menggunakan pupuk Hyponex dilaporkan bisa untuk memacu multiplikasi dari PLB. Medium yang terdiri dari 3 gram/liter Hyponex, 2 gram/liter peptone lebih efektif untuk menstimulasi multiplikasi PLB daripada medium yang diberi kombinasi hormon yang terdiri dari 1 mg/liter NAA, 0,1 mg/liter 2,4 D, 0,1 mg/liter kinetin (Furukawa et.al., 1971). Selanjutnya medium padat yang terdiri dari Hyponex yang ditambah dengan 2 gram/liter peptone, 50 gram/liter ekstrak kentang dan 2 gram gelrite juga efektif untuk memacu multiplikasi PLB (Kimura, 1991; Kimura dan Kurihara, 1991). Sedangkan untuk multiplikasi PLB dari suatu segmen dipacu oleh medium yang terdiri dari 3 gram/liter Hyponex, 2 gram/liter tryptone, 15 gram/liter sukrosa, dan 8 gram/liter agar (Amaki et.al., 1989). 
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Furukawa dan Sakamoto pada tahun 1971 menunjukkan bahwa dengan medium Hyponex dapat memacu percepatan pertumbuhan PLB dan plantlet dengan medium Hyponex yang ditambahkan dengan 2 gram/liter peptone, 1 mg/liter NAA, 0,1 mg/liter 2,4 D dan 0,1 mg/liter kinetin atau 100 gram/liter pisang akan merangsang pertumbuhan plantlet.
Selanjutnya medium 3 gram/liter Hyponex yang ditambahi dengan 2 gram/liter peptone, 50 - 100 gram per liter ekstrak kentang, 20 gram gula dan 8 gram agar juga cocok untuk seedling dari tanaman Phalaenopsis (Kimura, et al., 1991). 

Kemudian pada tahap multiplikasi secara in vitro tanaman anggrek, ada penelitian yang menggunakan medium yang terdiri dari Hyponex 3,5 gram/liter ditambah dengan 2 gram/liter peptone, 5 atau 10 mg/liter BAP,  25 gram/liter sukrosa, dan 10 gram per liter agar menghasilkan plantlet dengan pemanjangan internodus. Tunas majemuk juga dihasilkan pada kultur segmen nodus pada medium yang bebas dari BAP. Pembentukan tunas majemuk pada segmen bagian bawah lebih baik daripada pembentukan tunas majemuk pada nodus segmen bagian atas. Sedangkan pada penambahan 10 mg/liter BAP akan memacu pembentukan tunas majemuk pada nodus segmen bagian atas akan tetapi akan menghambat pembentukan akar. Bagian paling atas segmen nodus pada batang hanya menghasilkan satu tunas saja. (Duan, et. al., 1996).
Semua hasil penelitian yang menggunakan Hyponex tersebut di atas diuraikan oleh Syoichi Ichihashi dari Aichi University of Education Jepang dalam makalahnya yang berjudul "Mass Propagation of Orchid Production to Support Orchid's Industry" dalam The 2010 International Seminar On Orchid Conservation and Agribusiness" 27 Oktober 2010 di University Club Universitas Gadjah Mada.

 Penulis blog bersama Professor Syoichi Ichihasi di acara
The 2010 International Seminar On Orchid Conservation and Agribusiness" 27 Oktober 2010 di University Club Universitas Gadjah Mada.

Berdasarkan hasil riset di luar negeri tersebut di dalam negeripun sudah ada beberapa peneliti yang melakukan penelitian kultur in vitro tanaman anggrek dengan menggunakan medium dari pupuk daun ini. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang dilakukan di laboratorium kultur jaringan Dinas Pertanian provinsi Sumatera Utara, telah dilakukan kajian penambahan jenis pupuk daun Hortigrow pada media tanam anggrek sebelum aklimatisasi plantlet telah dilakukan. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan jenis pupuk daun Hortigrow yang terbaik yang ditambahkan ke media tanam anggrek in vitro sebelum planlet diaklimatisasi.  

Pupuk Hortigrow A, Hortigrow B, Hortigrow C, Hortigrow F yang digunakan untuk penelitian pembuatan media alternative untuk anggrek pada tanaman anggrek Dendrobium yang dilakukan oleh  Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) yang dilakukan di laboratorium kultur jaringan Dinas Pertanian provinsi Sumatera Utara

Rancangan yang digunakan rancangan acak lengkap non faktorial dengan 3 ulangan. Variasi pupuk daun Hortigrow yang dikaji dan ditambahkan ke media kultur in vitro adalah: Hortigrow A, Hortigrow B, Hortigrow C, Hortigrow F dengan dosis 2 g/ l yang dikombinasikan dengan air kelapa muda 0, 150 ml dan 300 ml/l. Total perlakuan adalah 12 perlakuan. Pembandingnya adalah media Vacint dan Went. Eksplan yang digunakan ialah plantlet anggrek Denrobium yang baru berubah dari plb ke plantlet. Tinggi plantlet 1 cm jumlah daun 2-3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk daun komersial dapat menggantikan peran medium Vacint ang Went dalam penyiapan plantet Dendrobium. Penggunaan Hortigrow-C untuk meningkatkan pertambahan jumlah daun, Hortigrow-B yang ditambah dengan 150 ml/l air kelapa untuk pertumbuhan akar dan Hortigrow-A dengan 150 ml/l air kelapa untuk pertumbuhan plantlet yang maksimal lebih vigor dibanding penggunaan pupuk lainnya.
Selain itu juga Astri Oktafiani dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat juga pernah melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh beberapa Media Kultur Jaringan Terhadap Pertumbuhan Plantlet Anggrek Phalaenopsis bellina" yang mana ada media yang diuji cobakan menggunakan media dari pupuk Hyponex dan Topsoil sebanyak 2 gram per liter.
Selain itu juga ada beberapa peneliti yang juga menggunakan pupuk daun seperti Gandasil, Hyponex atau Bayrusil. Pupuk yang dipilih adalah pupuk dengan kandungan unsur Nitrogen (N) yang lebih tinggi dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya. Dosis yang digunakan adalah sekitar 2-3 gram/liter. Ke dalam larutan pupuk daun, ditambahkan pula pupuk unsur mikro seperti Metalik sebanyak 1cc/liter, air rebusan taoge 150 gram atau air kelapa 150 cc/liter, kasein hidrolisat 1 gram/liter, gula 20 gram/liter dan agar.
Selain itu masih ada juga hasil penelitian dari Dwi Murti Puspitaningtyas dan Ave Cendani Dwiarum dari Pusat Konservasi   Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) serta Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB yang melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Media Pupuk Daun dan bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (PLB) Anggrek paraphalaenopsis serpentilingua Secara In Vitro" (2010). Dalam penelitian ini kombinasi pupuk daun dan penambahan bahan organik dalam media tumbuh telah diuji untuk pertumbuhan protocorm like bodies (PLB) Paraphalaenopsis serpentilingua. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi pupuk daun 25-5-20 ditambah peptone 2 gram/liter memberikan hasil lebih baik terhadap awal munculnya akardan tinggi tanaman setelah 32 minggu transplanting. Sedangkan kombinasi pupuk daun 6,5-6-19 ditambah peptone 2 gram/liter memberikan hasil lebih baik untuk parameter awal munculnya daun, jumlah akar, dan ukuran daun pada 32 minggu setelah transplanting. Secara umum penambahan peptone 2 gram/liter memberikan hasil yang positif pada pertumbuhan explant Paraphalaenopsis serpentilingua. Namun untuk penambahan bahan organik berupa pisang 20 gram/liter dan ubi jalar 15 gram/liter cenderung menghambat pertumbuhan eksplan. 
Berdasarkan referensi di atas maka CV. Agri Bio Tech sejak mulai membuat kursus kultur jaringan tumbuhan pembuatan medium alternatif dari pupuk daun ini menjadi salah satu materi kursus.  

Pupuk daun Grow More kalau dibuat medium alternative cenderung bersifat asam 
setelah diberi hormon serta PPM makanya untuk itu diperlukan KOH atau NaOH 1 N 
untuk mengatur pH medium menjadi pH 6,0
Untuk pupuk Gandasil D untuk pembuatan medium alternative setelah pemberian hormon dan PPM cenderung bersifat basa sehingga diperlukan larutan HCL 1 N untuk mengatur pH media menjadi pH 6,0
Menurut  Sagawa  (1991),  komposisi  media  buatan  yang  dapat  digunakan  adalah modifikasi  formulasi Vacin  dan  Went  (1949)  atau  Murashige dan  Skoog  (1962)  baik setengah maupun konsentrasi  penuh. 
Beberapa kebun  Produksi  bibit  khususnya Phalaenopsis menggunakan  formulasi media dasar Knudsons C.  Penggunaan ketiga formulasi tersebut membutuhkan biaya yang cukup mahal selain  dalam  teknis  pengerjaannya  yang  relatif  sulit.  Erfa  (2005)  telah  mencoba  untuk  mengganti penggunaan formulasi media dasar VW dan Knudsons  C dengan pupuk daun lengkap pada medium sub kultur kedua anggrek Dendrobium. Hasil  percobaan  menunjukkan  bahwa  penggunaan  pupuk  daun  khususnya  vitabloom  2  g/l memberikan  pertumbuhan  yang paling  baik  dan  lebih  cepat  dibandingkan penggunaan medium dengan formulasi VW dan Knudsons C.


Menurut  penelitian  Nadapdap  (2000)  dalam  Laisina  (2010),  penggunaan pupuk  Hyponex  berpengaruh  nyata  terhadap  pembentukan  daun,  namun  tidak meningkatkan jumlah akar, sedangkan dalam penelitian Nugroho (2013), Gandasil dan   Growmore   berpengaruh   signifikan   terhadap   pertambahan   jumlah   daun. Damayanti   (2006),   persentase   kultur   berkecambah   mencapai   100%   dengan menggunakan Growmore.
 
Berbagai macam pupuk daun yang bisa digunakan untuk membuat 
medium alternative untuk anggrek yang banyak dijumpai di toko pertanian
Pupuk daun yang khusus buat anggrek ini juga bisa digunakan

Berikut materi pembuatan medium pupuk daun yang menjadi materi kursus kultur jaringan tumbuhan yang dilakukan di CV. Agri Bio Tech. 
Bahan-bahan yang dibutuhkan :
[1] 1000 ml air dalam gelas piala.
[3] 2 gram pupuk seimbang (Hyponex, Grow More, Gandasil D, Viatabloom D)
[4] 20 gram gula pasir
[5] 7 – 8 gram agar

[6] Plant Preservative Mixture (PPM) 0,5 ml
[7] Hormon tumbuh sesuai dengan kebutuhan
Cara membuat media organik :
[1] Pertama-tama masukkan pupuk dan gula ke dalam gelas piala yang berisi air 500 ml satu persatu sambil diaduk merata sampai pupuk dan gula larut semuanya.
[2] Dan setelah itu, tambahkan air sampai campuran mencapai 1 liter. Kemudian baru dimasukkan agar.
[3] Selanjutnya campuran media tersebut dimasak sampai mendidih.
[4] Setelah mendidih, angkat dari kompor lalu tambahkan Plant Preservative Mixture (PPM) 0,5 ml, serta tambahkan juga hormon tumbuh sesuai dengan kebutuhan. Selanjutnya diukur pHnya pada pH 6,0. Tuangkan media tersebut ke dalam botol-botol kultur. Botol kultur kecil diberi sebanyak 10 ml, botol kultur ukuran botol selai diberi sebanyak 20 ml dan botol kultur ukuran botol saus diberi sebanyak 35 ml.
[5] Selanjutnya tutup botol yang telah berisi media tersebut dengan plastik transparan dan diperkuat dengan karet gelang atau ditutup dengan aluminium foil.
[6] Masukkan botol kultur yang telah berisi media organik ke dalam autoklaf, lalu diautoklaf pada temperatur 121ºC dan tekanan 1,5 atm selama 25 menit. Jika tidak ada autoclave untuk sterilisasi media bisa dilakukan dengan menggunakan dandang yang biasa untuk menanak nasi dengan lama waktu sterilisasi setelah air mendidih dibiarkan terus hingga 30 menit. Setelah itu matikan kompor dan tunggu hingga temperatur dan tekanan kembali nol. (Jangan digembosi dengan membuka katup tekanan pada autoklaf karena nanti proses sterilisasinya tidak sempurna).
[7] Setelah agak dingin keluarkan botol kultur yang berisi media organik dari dalam autoklaf dan ditata di tempat ruang inkubasi penyimpanan botol kultur yang telah berisi media. Atur ruangan tempat penyimpanan botol yang berisi media ini bertemperatur sejuk sampai siap untuk penanaman eksplan.
Pembuatan media alternative dari pupuk
(Hyponex, Grow More, Gandasil D, Viatabloom D) ini sudah lama menjadi materi pelatihan budidaya kultur jaringan tumbuhan yang admin lakukan di CV. Agri Bio Tech. Hanya saja untuk yang dilakukan di pelatihan budidaya jaringan tumbuhan yang ada di CV Agri Bio Tech hanya murni menggunakan pupuk daun seperti Hyponex, Grow More, Gandasil D, Viatabloom D tanpa adanya penambahan bahan lain seperti pupuk mikro (Metalik) dan bahan organik seperti air kelapa, taoge, dan kasein hidrolisat. Pernah dilakukan penambahan dengan air kelapa akan tetapi malah membuat media yang dibuat meskipun telah dilakukan penambahan Plant Preservative Mixture lebih mudah terkena kontaminasi sehingga penyimpanannya tidak bisa lama.

Plant Preservative Mixture
ContaBlock bahan sejenis dengan Plant Preservative Mixture

Untuk pembuatan media alternative ini kita menggunakan Plant Preservative Mixture karena kalau tanpa bahan tersebut maka jika belum digunakan, media yang telah steril disimpan di tempat gelap dan sejuk. Untuk menguji sterilitas bahan, diamkan media selama 1 minggu sebelum digunakan. Bila media terbebas dari pertumbuhan cendawan atau bakteri, maka media dapat dikatakan telah steril. Sedangkan jika dengan penambahan Plant Preservative Mixture maka media yang telah steril setelah dingin 2 jam berikutnya sudah bisa dilakukan untuk penanaman dan ini tentunya sangat efisient karena tanpa harus menunggu seminggu media sudah bisa langsung digunakan.

 Peserta kursus budidaya jaringan tumbuhan sedang praktek membuat media alternative dari pupuk daun
 Setelah ditambah agar dan dimasak lalu ditambah dengan hormon tumbuh serta PPM dan diukur pH medianya lalu dibagi ke dalam botol-botol
 Setelah botol yang berisi media ditutup lalu dimasukkan ke dalam autoclave atau kalau tidak memiliki autoclave bisa menggunakan dandang untuk menanak nasi untuk sebagai alat sterilisasi media alternative yang kita buat

Media alternatif dari pupuk dengan sterilisasi dengan autoclave
 Media alternatif dari pupuk dengan sterilisasi dengan dandang
 Perbandingan media alternatif dari pupuk dengan sterilisasi dengan dandang nampak lebih terang daripada media alternatif dari pupuk yang disterilisasi dengan autoclave

Dan telah lama diujikan untuk menanam tanaman anggrek. Untuk hasilnya untuk budidaya anggrek cukup bagus. Bahkan jika dibandingkan dengan anggrek yang ditanam di medium Murashige and Skoog (MS), anggrek yang ditanam di medium yang terbuat dari pupuk ini (Hyponex, Grow More, Gandasil D, Viatabloom D) bahkan pertumbuhannya lebih baik. Akan tetapi kalau digunakan untuk budidaya tanaman pisang pertumbuhan eksplan yang ditanam masih agak lambat dibandingkan dengan eksplan yang ditanam di medium Murashige and Skoog (MS).



Media alternatif dari pupuk setelah ditanami dengan plantlet dari tanaman anggrek Phalaenopsis, nampak sekali di foto adanya proses pembentukan tunas majemuk pada segmen bagian bawah seperti pada penelitian Duan et.al., 1996.
Deretan botol berisi media alternatif dari pupuk yang disterilisasi dengan dandang setelah ditanami dengan plantlet dari Vanda metusalae x Vanda sanderiana
 
Semoga saja ini bisa menjadi alternatif bagi para hobiis anggrek yang ingin membudidayakan anggrek secara in vitro dengan cara menabur biji anggrek pada alas makanan buatan. Juga merupakan kabar baik bagi Bapak Ibu guru di SMK Pertanian maupun SMU yang ingin memberikan pelajaran praktek kultur jaringan kepada siswa-siswinya dengan biaya murah dan dengan bahan-bahan yang bisa dengan mudah didapatkan di sekitar sekolah.
Dan bila dibandingkan dengan pembuatan media untuk menanam biji anggrek dengan menggunakan media Vacint and Went tentunya pembuatan medium dengan pupuk semisal Grow More jauh lebih murah. Kalau dihitung jika menggunakan pupuk Greener 2000 B sebagai pengganti media Vacint and Went hitungan segi ekonominya akan menghemat biaya sebesar 88,48 % maka kalau menggunakan semisal pupuk Grow More hitungan segi ekonominya mencapai angka 99,86 % lebih hemat daripada kita membuat media dengan menggunakan media vacint and Went.
Bagi yang ingin belajar untuk pembuatan medium alternative ini bisa kursus di CV Agri Bio Tech dengan no kontak 08562927655 atau email ke agungsurono@yahoo.com.

Mengenal Anggrek Dendrobium

Mengenal Anggrek Dendrobium


Anggrek Dendrobium populer di semua kalangan penggemar anggrek mulai dari pemula hingga minded hobbyist. Secara kasat mata anggrek Dendrobium dengan mudah dikenali dari bentuk batangnya yang gendut. Dalam istilah taknosomi tanaman anggrek jenis batang yang menggelembung tersebut dinamakan psedobulb. Dendrobium sendiri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Dendron yang artinya pohon dan bios yang artinya hidup. Dari istilah itu dapat secara literer Dendrobium dapat diartikan sebagai tanaman yang hidup di pohon. Meskipun istilah ini pada kenyataanya juga bisa diperluas lagi karena anggrek Dendrobium di habitat aslinya ternyata tidak hanya ditemukan pada pohon akan tetapi juga ditemukan pada tebing-tebing berbatu dan padang pasir. Oleh karena itu anggrek Dendrobium tidak hanya bersifat epifit (hidup di pohon) bahkan juga terrestrial (hidup di tanah, pasir, humus) dan litofit (hidup di tebing dengan bebatuan berlumut). Untuk jenis Dendrobium asli Indonesia memang kebanyakan ditemukan bersifat epifit atau hidup menempel pada pohon karena Indonesia memiliki iklim tropis dan kaya akan hutan hujan tropis. Kondisi seperti bisa disebut juga sebagai agroklimak dimana potensi tanaman untuk tumbuh dan berkembang sangat besar sekali.
Dari ciri-ciri yang dijelaskan sangat masuk akal kalau Dendrobium banyak digemari, karena mudah dirawat dan sangat adaptif terhadap lingkungan baru. Oleh karena itu kita tidak heran kalau Dendrobium merupakan anggrek yang disarankan untuk penggemar yang masih pemula. Hanya dengan perawatan apa adanya sekalipun anggrek Dendrobium dapat tumbuh dan berbunga dengan maksimal. Satu hal lagi yang menjadi keasyikan dalam mengoleksi anggrek Dendrobium terdapat pada kesempatan untuk memperbanyak tanaman dengan mudah, yaitu cukup dengan memecah rumpun dari gerombolan yang sudah besar ataupun dari keiki. Pemecahan rumpun bisa dilakukan dengan teknik splitting dengan alat yang tajam dan steril. Splitting idealnya mengikutkan 2 hingga 4 batang dalam satu plant baru.
Sejarah Dendrobium
Dendrobium berasal dari Epindendrum moniliforme. Jenis ini pertama kali diidentifikasi oleh ahli botani Linnaeus di tahun 1753. Spesies ini kemudian dikenal sebagai Ceraia Lour atau Callista Lour.  Kemudian pada tahun 1799, Dendrobium lebih dikenal lagi setelah diperkenalkan oleh seorang peneliti anggrek  Olaf Swartz.
Pada awalnya Genus Dendrobium disusun berdasarkan karakteristik-karakteristik bunganya terutama pada column, mahkota bunga dan kelopak bunganya.  Tetapi akhirnya, para ahli mengklasifikasikan genus Dendrobium ke dalam beberapa seksi. Seorang ahli anggrek John Lindley  pada tahun 1851 mengklasifikasi Dendrobium ke dalam 10 seksi. Kemudian pada tahun 1912 Rudolf Schlechter dalam bukunya Die Orchisaceen von Deutsch Neu Guinea  mengklasifikasi ke dalam 41 seksi dalam 4 subgenera. Klasifikasi tersebut adalah Atheucebium,  Eu-Dendrobium, Rhopalobium dan Xerobium.
Sementara itu Bill Lavarack dalam bukunya Dendrobium Orchids mengklasifikasi Dendrobium ke dalam:  
Family                      : Orchidaceae
Subfamily                 : Epidendroideae
Tribe                         : Dendrobieae
Subtribe                   : Dendrobiieae
Dendrobiieae merupakan kelompok besar yang pecah ke dalam 14 genus yang salah satu genusnya adalah Dendrobium. Genus Dendrobium dibagi ke dalam 36 seksi sehingga Dendrobium dipakai nama genus dan sebagai nama seksi.
Klasifikasi botani anggrek Dendrobium misalnya adalah sebagai berikut :
Kingdom                   : Planthae ( dunia tumbuhan )
Divisi                         : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )
Subdivisi                   : Angiospremae ( biji tertutup )
Kelas                         : Monocotyledonae ( biji tungal )
Ordo                          : Orchidales ( bangsa anggrek-anggrekan )
Famili                        : Orchidaceae
Subfamili                   : Epidendroideae
Tribe                          : Epidendrae dendrobieae
Subtribe                    : Dendrobiinae
Genus                        : Dendrobium
Spesies                     : D. stratiotes, D. affine  dll.
Morfologi Dendrobium.
a. Daun
Daun dendrobium memiliki daun lanset, lanset ramping dan lanset membulat dengan ketebalan yang   bervariasi. Daun keluar dari ruas batang. Posisi daun berhadapan atau berpasangan. Selama satu siklus hidup dendrobium mengalami 2 – 3 periode pertumbuhan, yaitu periode vegetative, generated dan beberapa dormasi. Lama setiap periode tergantung spesies dan habitatnya.  Daun dendrobium dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok :
1) Daun tipe Evergreen.
Daun tipe evergreen dapat tetap segar selama 2 – 3 siklus hidup, baik musim kemarau maupun hujan.  Spesies tipe ini diantaranya Dendrobium gouldii, Dendrobium bigibbum dan Dendrobium stratiotes.
2) Daun tipe deciduous / gugur.
Tipe ini memiliki masa istirahat dengan cara menggugurkan daunnya saat musim kering atau kemarau. Spesies tipe ini diantaranya Dendrobium anosmum, Dendrobium parishii, Dendrobium pierardi.
3) Daun semi gugur atau semidecidous.
Kelompok dendrobium ini hanya menggugurkan sebagian daun saat musim kering. Kelompok ini antara lain  Dendrobium macrophyllum, Dendrobium spectabile dan Dendrobium nobile.
b. Batang.
Batang dendrobium berpola pertumhan batang simpodial, yaitu per tumbuhan ujung batang lurus ke atas dan terbatas. Pertumbuhannya akan terhenti setelah  mencapai titik maksimal.  Selanjutnya tunas baru atau anakan baru keluar dari akar rimpang dan tumbuh makin membesar.  Batang dedrobium umumnya beruas-ruas dengan panjang yang hampir sama. Pada anggrek epifit yang simpodial baisanya memiliki  umbi semu / pseudobulb.  Umbi ini sesungguhnya batang yang membesar yang berfungsi menyimpan cadangan air dan makanan. Batang semu tersebut mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam tergantung spesiesnya. Anggrek Dendrobium memilik berbagai macam ukuran psedobulb mulai dari pendek dengan panjang 5-10 cm hingga yang memiliki psedobulb hingga 5 meter, contohnya adalah Dendrobium vimbriatum. Berikut    macam ragam tipe pseudobulb sebagaimana di bawah ini.

 Berbagai macam pseudobulb pada anggrek Dendrobium

Untuk keperluan tanaman hias, pemilihan jenis species juga diperlukan karena itu nanti akan mempengaruhi dalam menentukan ukuran media tanam dan penempatan. Contohnya adalah jenis Dendrobium sekundum dimana anggrek ini memiliki psedobulb hingga 1 meter. Oleh karena itu penanaman bisa di dalam pot semen ataupun pot tanah.
c. Akar.
Anggrek pada umumnya mempunyai lekat atau akar substrat dan akan udara, demikian juga halnya dengan dendrobium. Fungsi akar udara adalah untuk menyerap hara untuk kelangsungan hidupnya dan akar lekat digunakan sebagai penahan kokohnya tanaman. Akar sehat berwarna putih dan tebal, di bagian ujung akar aktif berwarna hijau cerah.  Selain itu akar banyak, panjang dan bagian ujung meruncing.  Akar yang kurus karena kelembaban kurang akan rentan terhadap cendawan.
d. Bunga.

 Bagian-bagian bunga anggrek Dendrobium

Bunga dendrobium sama dengan bunga anggrek yang lain  yang terdiri dari :
1) Sepal.
Sepal atau kelompak bunga berjumlah 3 helai, berbentuk lanset, meruncing atai bulat, ukuran bervariasi. Sepal tengah / sepal dorsal , sepal samping / sepal lateral bersatu membentuk segi tiga dengan taji.
2) Petal.
Petal disebut juga dengan mahkota bunga berjumlah 3 helai. Petal kanan dan kiri  ada yang berbentuk bulat / pipih  dan petal ketiga / bawah membentuk bibir bunga.  Warna petal hampir sama dengan sepal, kecuali petal yang membentuk bibir bunga berwarna lebih cerah.
3) Polen ( alat kelamin jantan )
Polen dendrobium berjumlah 4 yang tersusun dalan 2 rostellum kecil dan  dan berbentuk bulat. Polen berwana kuning pucat sampai cerah dengan ukuran dari besar, kecil dan halus.
4) Putik. Alat kelamin betina ini berada di dalam tugu.
5) Ovari ( bakal buah ).
6) Bibir ( labellum ).
Bagian ini adalah salah satu dari petal ketiga. Biasanya bibir terbelah menjadi 3 dan bagian dasar menyatu dengan taji bunga.

 Berbagai macam bentuk labellum (bibir) pada anggrek Dendrobium

Berdasarkan bentuk bunganya  dendrobium dikelompokkan ke dalam 3 kelompok , yaitu :
1) Kelompok bunga bulat.
Kelompok ini terbagi atas dua bagian yaitu :
a) Bunga bulat menutup. Yaitu bunga yang tepi petal dan sepalnya saling menutupi.
b) Bunga overlapping. Yaitu bunga yang tepi sepal dan petalnya saling tumpang tindih.
Kelompok ini kebanyakan dari seksi phalaenanthe yang berbungan besarnbungan bulat seperti kupu-kupu.
2) Kelompok bunga bentuk tanduk.
Kelompok ini  bentuk sepalnya menyerupai tanduk rusa dan melintir. Kebanyakan kelompok ini adalah persilangan dari anggrek Indonesia Timur dan Australia seperti Dendrobium stratiotes, Dendrobium lasianthera, Dendrobium undulatum   dan lain-lain.
3) Kelompok bunga bentuk bintang.
Kelompok ini bentuk sepalnya bulat dan bertanduk. Tipe kelompok ini banyak diwariskan dari kelompok ceratobium. Anggrek tipe bintang memiliki tangkai bunga panjang dengan jumlah kuntum 30 – 40 bunga per tangkai. Mahkota bunga memanjang dan diantara sepal dan petal terdapat celah  seperti Dendrobium nindii.
Untuk membahas karakter bunga anggrek Dendrobium seakan tidak pernah habis, karena Dendrobium dikenal dengan varian bunganya yang sangat banyak baik dari bentuk maupun warna. Ada yang berwarna polos juga ada yang memiliki corak. Sebut saja Dendrobium yang banyak tersebar di wilayah jawa yaitu Dendrobium mutabile dengan warna kolaborasi ungu muda dan putih. Ada juga Dendrobium sekundum dengan karakter bunga berbaris rapat dengan warna dominan merah keunguan dan menyala.
Penyebaran Dendrobium.
Dendrobium tumbuh menyebar di Asia Selatan, India dan Sri Langka. Di Asia Timur Dendrobium banyak di budidayakan oleh masyarakat Jepang, Taiwan dan Korea. Di Asia Tenggara Dendrobium menjadi andalan Thailand, Indonesia dan Filiphina. Sebaran meluas ke Papua Nugini, New Zeland dan Tahiti. Dendrobium kebanyakan tumbuh liar di daerah tropis seperti Asia, namun ditemukan juga dalam jumlah kecil di selatan Amerika Serikat dan daerh koloni Inggris.
Indonesia adalah kerajaan Dendrobium. Di Papua saja ada 450 spesies Dendrobium dan di Kalimantan ada 150 Dendrobium. Dan Indonesia punya Dendrobium keriting yang belum dikembangkan oleh bangsa-bangsa lain di dunia.
Beberapa Seksi Dendrobium.
Dari 36 seksi Dendrobium berikut akan dikemukakan beberapa  yaitu :
a. Seksi Spatulata atau Ceratobium. Seksi ini terdiri dari 50 spesies yang tersebar mulai dari Philiphina, Jawa, Papua, Papua Nugini , Autralia, sampai Pasifik. Pada seksi ini pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang besar dan sering mencapai ukuran 2 meter. Tanaman dari seksi ini waktu istirahatnya pendek bahkan kadang-kadanmg tidak ada waktu istirahatnya (evergreen) senantiasa berbunga dan beranak.  Bunga berbentuk seperti tanduk binatang. Bunganya keluar dari ujung batang atau ketiak daun dan satu tangkai terdiri dari banyak bunga yang jumlahnya bisa mencapai 30 - 40 kuntum bunga pada satu atau 2 tangkai bunganya. Kuntumnya terbuka lebar  dan kelopak dan mahkota bunganya selalu melintir. Mahkota bunganya memanjang bercelah pada sepal dan tepalnya dan ini menjadikan ciri dari seksi Spatulata ini, seperti yang terdapat pada Dendrobium Jaquelyn Thomas. Ada juga bunga yang berbentuk type tebu dicirikan dengan bunga yang keluar dari batang yang hampir tidak berdaun tidak bertangkai bunga hanya ganggang saja.  Seksi ini memerlukan suhu dingin untuk memacu pembungaannya semisal saja pada Dendrobium nobile. Spatulata menyukai dataran rendah tropis basah, hujan mengguyur sepanjang tahun atau dataran rendah dekat air dan lembab. Sehingga Spatulata bisa ditemukan dekat pantai atau menempel di batang pohon, menggantung di atas permukaan air.  Habitat seksi  ini dapat dimana saja baik daerah dingin maupun panas. Beberapa contoh seksi Spatulata adalah Dendrobium stratiote, Dendrobium lasianthera, Dendrobium undulatum dan lain-lain. 

Dendrobium stratiote
Dendrobium lasianthera
 Dendrobium undulatum

b. Seksi Phalaenathe.  Seksi Phalaenanthe ini memiliki ciri bentuk tubuh yang tidak terlalu besar dan sering mengalami waktu istirahat (decidous). Seksi ini bentuk bunganya bulat seperti jenis Phalaenopsis / anggrek bulan yang dicirikan dengan mahkota bunga kompak berdempetan seperti yang ada pada Dendrobium bigibbum. Seksi sangat dekat dengan seksi Spatulata. Contoh dari seksi Phalaenanthe adalah Dendrobium bigibbun Lindl.  Yang ditemukan di Cape Yok Peninsula , kelpulauan Torres Strait dan Papua Nugini. Bunganya semarak, satu tangkai bisa 20 bunga dengan diameter kuntum 5 cm. 

Dendrobium bigibbun Lindl.

Hasil persilangan antara seksi Spatulata dengan seksi Phalaenanthe menghasilkan hibrida-hibrida dengan bentuk tubuh yang tidak terlalu besar, waktu istirahat dikurangi atau dihilangkan, bunga bundar atau ½ bundar dengan variasio warna yang bermacam jenis. Salah satu jenis hibrida hasil silangan antara seksi Spatulata dengan seksi Phalaenanthe adalah Dendrobium bantimurung C Bundt (1966).

Dendrobium bantimurung Bundt (1966) merupakan jenis hibrida hasil silangan seksi Spatulata dengan seksi Phalaenanthe
 
c. Seksi Dendrobium. Seksi ini terdiri dari 50 sampai 60 species dan pusat penyebarannya di India , China , Thailand , sampai ke Indonesia. Cirri yang mudah dikenali adalah lidahnya lebar dan membulat. Contohnya Dendrobium anosmum Lindl yang asli India dan menyebar ke Thailand dan Malaysia. Dendrobium  anosmum ada yang menyebut Dendrobium superbum Rchb,f.  Warna  bunganya ada yang   pink muda, pink tua sampai putih.  Dendrobium ini berbunga pada musim kering dimana setelah daunnya rontoh dan bunganya tidak tahan lama. 

 Dendrobium anosmum
 Dendrobium anosmum var. huttonii

d. Seksi Pedilonum.  Seksi ini ada 80 spesies yang menyebar dari India sampai Samoa. Cirri khasnya kebanyakan bunganya bergerombol. Kuntumnya memanjang seperti terompet tangkai bunganya memanjang dengan kuntum yang rapat. Bunganya bias tahan satu atau dua minggu.  Contoh Seksi ini adalah Dendrobium secundum, Dendrobium metrinum, Dendrobium hugii, Dendrobium crocatum dan lain-lain. 

Dendrobium secundum
Dendrobium hugii
Dendrobium crocatum

e. Seksi Latouria.  Papua dan Papua Nugini adalah yang paling kaya dengan seksi ini. Ada 45 psesies yang dapat ditemui di wilayah Papua pada seksi ini. Mereka tumbuh di hutan tropis mulai dataran tinggi sampai rendah (1.000 m dpl)dengan menempel pada pohon. Yang paling terkenal dari seksi Latouria adalah Dendrobium spectabile dan Dendrobium macrophilum. Anggrek yang bentuknya mebelit ini lebih suka cahaya dan aerasi akar yang bagus. 

Dendrobium spectabile
 Dendrobium macrophilum

f. Seksi Diplocaulobium.   Ada 30 psesies yang dapat ditemui  pada seksi ini. Mereka tersebar dari Suamatra hingga Papua.  Anggrek yang mempunyai Pseudobulb panjang 15 – 25 cm, ramping dan saling berdekatan. Daunnya panjangnya 14 cm dan lebar 2,4 cm. Satu pseudobulb menghasilkan satu daun. Bunga pada seksi ini berdiameter 3,5 cm muncul satu per satu atau berpasangan dan mekar hanya 2 hari. Sepal dan petal berwarna kuning pada bagian dasar  dan ungu tua di ujung. Bibir kuning sangat pendek, mudah patah, berkeriput dan berbelah tengah. Contoh seksi  ini adalah Dendrobium  malayanum.
g. Seksi Desmotrichum.  Habitat seksi ini di tempat teduh seperti hutan rawa. Ada 10 spesies yang ditemukan pasa seksi ini. Pseudobulbnya pendek  saling berjauhan. Rhizomanya menjalar di lapisan bawah media dan akar.  Bunganya mudah patah, cepat layu ( hanya 1 – 2 hari ) , keluar satu persatu atau berpasangan dari selundang bunga pada bagian dasar daun. Contoh seksi ini Dendrobium luxurians, Dendrobium comatum, Dendrobium laciniosum, Dendrobium convexum dan lain-lain.

 Dendrobium luxurians
 Dendrobium comatum
Dendrobium convexum

h. Seksi Sacopodium.  Seksi ini  terdiri 20 – 25 spesies yang tersebar dari Himalaya hingga ke Fiji. Pseudobulbnya pendek, berujung tirus dan memiliki 2 helai daun.  Bunganya keluar satu per satu duantar daun. Petal dan sepal lonjong dengan ujung runcing . bibir bunga lebih pendek dari sepal dan terbelah tiga. Contoh seksi ini diantaranya Dendrobium longipes, Dendrobium macropodum, Dendrobium geninatum, Dendrobium zebrunum.

Dendrobium longipes
 Dendrobium macropodum

i. Seksi Bolbidium.  Seksi ini ditemukan hanya 5 spesies. Bentuknya sangat kecil maximum 10 cm, batang bercabang, dan memiliki beberapa ruas. Ruas bagian pangkal pendek , kecil dan ramping. Pseudobulb menebal ke atas dan di bagian ujung muncul 2 helai daun kecil.  Bunganya muncul satu per satu dari selundang di antara daun, berwarna putih dan krem dengan urat bunga merah muda. Ukuran mini berdiameter 1- 2 cm.  yang termasuk seksi ini adalah Dendrobium pumilum, Dendrobium ustulatum, Dendrobium  guardangulare dan lain-lain.

 Dendrobium ustulatum

j. Seksi Euphlebium.  Penyebarannya meliputi suamtra hingga Philiphina. Tinggi tanaman berkisar 30 cm beruas-ruas, daun bulat telur, bersusun tuga muncul dekat ujung batang dengan panjang 12 cm dan lebar 2 cm. bunga muncul di buku-buku batang satu per satu warna putih  bibir krem atau merah muda.  Contoh seksi ini Dendrobium euphlebium. 

Dendrobium euphlebium sinonim Dendrobium spurium

k. Seksi Calista.  Dendrobium seksi ini adalah asli Birma dan ditemukan 5 spesies. Batangnya berumbi daun kaku, bertipe evergreen, pseudobulb sedikit tegak dan tebal. Bunganya berkelompok dari dekat ujung batang, menggantung ke bawah. Tangkai pendek sarat bunga. Sepat dan petal besar, mentum kecil, bibir agak  bulat, cekung, tanpa belahan samping dan beraroma. Suhu habitatnya adalah malam 15 – 18 C siang 24 – 32 C. untuk berbungan butuh cahaya maximal.  Contoh seksi ini adalalah Dendrobium aggregatum, Dendrobium densiflorum, Dendrobium chrysotooxum, Dendrobium farmerii, Dendrobium thyrsiflorum dan Dendrobium sulcatum.

Dendrobium aggregatum
 Dendrobium densiflorum
Dendrobium chrysotooxum
Dendrobium farmerii
Dendrobium thyrsiflorum
Dendrobium sulcatum
l. Seksi Eugenanthe.  Seksi ini merupakan yang cukup cantik dari genus ini dan berbunga besar. Seluruh pseudobulnya menebal dan berdaging, tumbuh tegak atau menggantung. Bunga muuncul serempak dari buku-buku daun, setelah semua daun rontok. Tangkai bunga pendek ukuran petal dan sepal sama. Mentum pendek, bibir besar berbentuk bulat kadang-kadang cekung dan tidak memiliki belahan. Warna bunganya bervariasi pada setiap spesies. Diantaranya Dendrobium pulchellum, Dendrobium moschatum, Dendrobium anosmum, Dendrobium parishii, Dendrobium linguella, Dendrobium hookerianum , Dendrobium fimbriatum, Dendrobium chrysanthum, Dendrobium nobile, Dendrobium callibotrys, Dendrobium lituiflorum, Dendrobium cretaceum. 

Dendrobium pulchellum
 
 Dendrobium moschatum
Dendrobium anosmum
 Dendrobium parishii

 Dendrobium linguella
Dendrobium hookerianum
Dendrobium fimbriatum
 Dendrobium chrysanthum

 Dendrobium nobile
 Dendrobium callibotrys atau Dendrobium microglaphys
 Dendrobium lituiflorum
Dendrobium cretaceum

m. Seksi Nigrohirsutae.  Seksi ini terdiri dari 45 spesies  yang tersebar dari Himalaya, China Selatan, Malaysia, dan Philiphina. Batangnya tebal. Panjang dan tegak.  Daunnya tumbuh diseluruh pseudobulb dan memiliki pelepas berbulu hitam. Bunga pendek hanya beberapa kuntum saja. Warna kebanyakan putih dengan corak orange, kuning dan merah. Mentum silinder dan panjang, bibir tidak berbulu dan bagian sisi terbelah. Beberapa diantaranya Dendrobium  lowii, Dendrobium cruentum, Dendrobium dearei, Dendrobium schutzie, Dendrobium draconis, dan lain-lain. 

Dendrobium  lowii
Dendrobium cruentum
Dendrobium dearei
Dendrobium schutzie
 Dendrobium draconis

n. Seksi Stachyobium.  Seksi ini adalah tanaman asli Burma dan Thailand. Seksi ini mempunyai pseudobulb agak rmping dan berdaun tipis. Bunga muncul di tengah dan atas ruas batang. Petal kuning pucat atau hijau kekuningan. Bibir terbelah 3 bagian, dimana bagian tengah bibir berlunas 1 atau 3 dan mentum agak pendek dengan ujung tertutupi taji. Beberapa diantara  Dendrobium  delacourii, Dendrobium flavidulum, Dendrobium eriaeflorum. 

Dendrobium  delacourii
Dendrobium flavidulum
Dendrobium eriaeflorum

o. Seksi Distichophyllum.  Seksi ini ditermukan 8 spesies. Tanaman bersemak , batangnya tumbuh rapat dan langsing. Ruas pendek antara 0,5 – 2 cm. daun agak pendek tumbuh sangat rapat  dan rapi agak membulat, panjang 2 – 10 cm lebar 0,5 – 2 cm. Bunga agak kecil dan tumbuh soliter atau berkelompok pada batang yang berdaun. Bunga warna putih , krem, kekuningan atau jingga pucat. Bagian pangkal petal dan sepal agak sempit, bibir terbelah tiga, agak berdaging. Beberapa diantaranya Dendrobium uniflorum,  Dendrobium bifarum, Dendrobium metachilinum, Dendrobium hosei dan lain-lain. 

Dendrobium uniflorum
Dendrobium metachilinum
Dendrobium hosei

p. Seksi Rhopalanthe.  Seksi ini berbatang kecil, bagain bawah berdaging ( ruas pertama dan kekempat ), diselimuti selaput daun.  Daun muncul di tengah batang, berbentuk rata dan agak bulat. Bunga berkelompok dari ujung batang yang tidak berdaun. Yang termasuk seksi ini adalah Dendrobium peculiar, Dendrobium setifolium, Dendrobium clavator, Dendrobium crummenatum dan lain-lain.

Dendrobium peculiar
 Dendrobium setifolium
Dendrobium clavator
Dendrobium crummenatum

q. Seksi Aporum .  Seksi ini berbatang kecil, tumbuh rapat, pendek dan ada beberapa yang agak panjang.  Daun tebal, berdaging, tumbuh rapat dan saing menutupi pada bian dasar. Bunga kecil, berwarna putih, kuning kehijauan dan varian warna perak.  Beberapa spesiesnya Dendrobium rosellum, Dendrobium manii, Dendrobium indivisum dan lain-lain.

Dendrobium rosellum
Dendrobium manii
Dendrobium indivisum

r. Seksi Oxystophyllum.  Seksi ini tersebar di dataran rendah dan pegunungan. Ujung batang muncul daun. Bunga berwarna kekuningan atau ungu tua, tekstur agak tebal, bibir sempit tidak berbelah dan ujung tirus kecil. Tangkai memanjang ke ujung.   Beberapa diantaranya Dendrobium  sinuatum, Dendrobium excavatum, Dendrobium carnosum  dan lain-lain.

Dendrobium  sinuatum
Dendrobium excavatum
 Dendrobium carnosum

s. Seksi Stongyle.  Beberapa spesies berbatang kecil, bagian pangkal berdaging dan ujung tidak berdaun. Daun agak bulat memanjang dan saling menutupi. Yang termasuk seksi ini  Dendrobium singaporense, Dendrobium acerosum, Dendrobium subulatum  dan lain-lain.

Dendrobium singaporense
Dendrobium acerosum
Dendrobium subulatum

t. Seksi Grastidium.  Seksi ini berbatang langsing, panjang dan kecil. Daun mirip rumput dengan daun pelindung pendek dan kaku. Bunga agak kecil dan mentum pendek.  Beberapa diantaranya Dendrobium pensile, Dendrobium indragiriense dan Dendrobium salacceanse.

Dendrobium pensile
Dendrobium indragiriense

u. Seksi Conostalix.  Seksi ini berbatang kecil dan agak kenyal. Daunya lebih sempit, panjangnya 6 cm dan lebar 6 mm , berselundang daun berbulu.  Bunga kecil, berwarna pucat, soliter atau berpasangan muncul dari batang berdaun. Dasar bibir bersatu dengan sisi kaki column danmembentuk taji. Ada tiga spesies yang dikenal seksi ini yaitu Dendrobium lobii, Dendrobium melanochlamys dan Dendrobium pachyglosum.

Dendrobium lobii

Lokasi dan persyaratan tumbuh.
Anggrek akan tumbuh sehat jika  hidup sesuai dengan habitat aslinya.  Sehingga  lokasi dan persyaratan tumbuhnya anggrek perlu dipelajari. Berikut akan di uraiakan lokasi dan persyaratan tumbuh anggrek dendrobium.
a. Lokasi.
Pada umumnya dendrobium tumbuh baik di daerah panas, namun dendrobium dapat tumbuh di daerah yang lebih dari 1.000 m dpl.  Bahkah dendrobium tertentu hidup di daerah yang cukup dingin seperti Dendrobium nobile dan Dedrobium cuthbertsonii.  Dendrobium dapat hidup baik  pada ketinggian 0 sampai 700 m dpl. Dan lokasi yang ideal adalah 400 m dpl.
b. Cahaya.
Dendrobium bias tumbuh baik dengan besaran intensitas cahaya sekitar 1.500 – 3.000 fc –footcandle-  (saat terik matahari sekitar 7.000 – 10.000 fc). Hal ini karena dendrobium adalah tumbuhan epifit  yang menumpang di pohon sehingga cahaya yang diperoleh terbatas. Untuk berkebun untuk mengurangi intessitas cahaya perlu diberi naungan berupa jarring dengan kerapatan 55 – 65 %. Untuk para hibiis dapat ditempelkan di pohon atau digantung di depan teras untuk mengurangi intensitas sinar matahari.
c. Kelembaban.
Kelembaban terbaik untuk dendrobium berkisar 60 – 85 %. Terlalu tingginya kelembaban  akan mengundang organisme pengganggu menyerang tanaman. Dan rendahnya kelembaban misalnya di bawah 50 % membuat udara kering, dampaknya daun dan bulb kekurangan air.
d. Suhu.
Suhu yang dikehendaki dendrobium rata-rata 25 – 27 %. Suhu  siang hari  sekitar 27 – 32 % dan suhu malam hari 21 – 24 %.  Suhu yang tinggi memacu metabolism dan suhu yang rendah akan menghambat metabolisme tanaman. Menurunkan suhu dan kelembaban dapat dilakukan dengan pengkabutan dan penyiraman.
Dalam perawatan, anggrek Dendrobium cenderung tidak rewel. Bahkan anggrek ini mampu beradaptasi pada lingkungan yang terkena sinar matahari langsung di tempat terbuka. Perawatan keseharian hanya perlu pemupukan dan penyiraman rutin. Salah satu alternatif murah-meriah yang bisa diterapkan dalam pemupukan dapat menggunakan air bekas cucian beras (Jawa: Leri). Penyiraman dengan air bekas cucian beras dapat dilakukan seminggu 1 kali atau 2 kali. Untuk penggunaan pupuk kimia dapat menggunakan pupuk NPK dengan kandungan seimbang.