Kamis, 09 Agustus 2018

Membangun Laboratorium Kultur Jaringan Sederhana

Membangun Laboratorium Kultur Jaringan Sederhana

Bangunan laboratorium kultur jaringan tumbuhan bisa dibuat dengan bangunan semi permanen dari bahan kayu sertacalsiboard bukan dibangun dari bangunan permanen yang menggunakan bahan material batu bata dan semen. Memang untuk lantainya untuk mendapatkan standart kebersihan tetap menggunakan material keramik yang direkatkan dengan semen.
Untuk luas bangunannya memanfaatkan ruang yang berukuran 3 x 16 meter yang dibagi menjadi 4 area yaitu :
1.  Bagian Ruang Tamu
2.  Bagian Ruang Preparasi Media
3.  Bagian Ruang Tabur
4.  Bagian Ruang Inkubasi
Untuk ruang tamu yang penting bersih dan di ruang tamu ini tidak mensyaratkan ruangan harus steril, akan tetapi tetap harus bersih.
Untuk ruang preparasi media juga sama dengan ruang tamu yang penting bersih dan tidak mensyaratkan harus steril.
Sedangkan ruang tabur di bagian plafonnya diberi lampu UV bactericidal yang saklar untuk menyalakannya berada di bagian luar ruang tabur, dalam hal ini ada di ruang preparasi media. Pada saat ruang tabur akan digunakan 12 jam sebelum digunakan di ruang tabur harus disterilisasi dengan menggunakan lampu UV. Dan di ruang tabur ini di bawah meja lemari enkast ada rak untuk menyimpan botol yang berisi media yang belum ditanami eksplan. Dan di ruang tabur ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan atau AC.
Untuk ruang inkubasi berisi rak-rak untuk menyimpan botol yang berisi media agar yang telah ditanami eksplan.  Dan di ruang inkubasi ini juga dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan atau AC, termometer dan higrometer.

 Bagian Ruang Tamu

 Bagian Ruang Preparasi Media


Bagian Ruang Tabur

Bagian Ruang Inkubasi

Melihat laboratorium ini orang pasti tidak akan pernah menyangka bahwa laboratorium kultur jaringan tumbuhan dibangun dari bahan yang lebih murah demikian juga dengan alat dan bahan kimianya. Meskipun demikian laboratorium ini tetap bisa digunakan dengan baik dan hasil penanamannya juga dalam kondisi baik.

 
  
 Kerja di dalam laboratorium kultur jaringan 

Hasil penanaman yang disimpan di ruang inkubasi

Untuk informasi lebih lanjut bisa menghubungi penulis untuk konsultasi tentang desain pembangunan laboratorium kultur jaringan tumbuhan. 

Penulis :
Agung Surono
HP     : +628562927655
email : agungsurono@yahoo.com

Kamis, 08 Februari 2018

Upaya Pelestarian dan Budidaya Vanda tricolor



Upaya Pelestarian dan Budidaya Vanda tricolor

Vanda tricolor yang saat ini sedang gencar dikembalikan ke alam. Vanda dalam bahasa Sansekerta berarti indah. William Roxburgh yang  menyematkan nama Vanda pada tahun 1795. (Anonim, 2007). Dalam situs Perhimpunan Pecinta Anggrek menyebutkan beberapa ciri fisik anggrek vanda tricolor, diantaranya:
1.    Batang pipih beruas-ruas tertutup daun pada bagian atas, bagian bawah yang tidak tertutup daun banyak tumbuh akar yang besar.
2.    Daun berbentuk V, agak tebal dan agak kaku, panjang 30 - 60 cm atau lebih (tergantung tempat tumbuh).
3.    Tandan bunga muncul dari batang yang berdaun di sela-sela ruas antar daun dengan panjang bisa mencapai 30 cm lebih. Dari tandan bunga dapat muncul 5 - 12 bunga. Bunganya mempunyai banyak ragam warna, dengan warna dasar putih atau kuning, varian totol coraknya beragam, begitu juga warna lidahnya beranekaragam, tergantung asal habitatnya (Anonim, 2008 c).
Umumnya, Vanda tricolor digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong serta banyak dimanfaatkan sebagai induk persilangan, khususnya untuk menghasilkan spot-spot ungu, warna ungu kemerahan pada labellum, tandan bunga yang panjang, kuntum yang banyak pada hibrid dan keturunannya serta menghasilkan aroma harum. Hal itulah yang menyebabkan angrek ini banyak diburu dan diambil dari habitatnya di hutan sehingga keberadaanya semakin langka.
Anggrek Vanda tricolor khas Merapi nyaris punah sehingga berbagai upaya untuk melestarikan perlu dilakukan. Beberapa kali terkena terjangan awan panas Gunung Merapi mengancam keberadaan tumbuhan anggrek khas lereng Gunung Merapi, Vanda tricolor. Kerusakan kawasan hutan lereng selatan gunung Merapi menyebabkan lambatnya pertumbuhan serta perkembangbiakan. Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu kemerahan ini tumbuh liar menempel pada batang pohon di lereng selatan Merapi wilayah Sleman  “Kawasan hutan lindung dan cagar alam Plawangan Turgo pernah dilanda kebakaran pada Oktober 2002, dan juga akibat dari erupsi pada 2006 serta 2010,” kata Titi, seorang pemilik kebun anggrek di Jalan Boyong, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Terjangan awan panas erupsi Merapi pada 1994 sempat menghanguskan habitat asli anggrek tersebut. Untuk mempertahankan dan membudidayakan anggrek khas lereng Merapi yang tidak ada di tempat lain ini, Titi sedang mengupayakan beberapa langkah, termasuk pemberian bibit anggrek kepada siapa saja yang berniat membudidayakannya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta telah berupaya alternatif perbaikan untuk melestarikan V. tricolor, melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang disebut kelompok tani konservasi. Meski demikian, budidaya yang dilakukan oleh para kelompok tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan bahkanpemeliharaan dan metode perbanyakan konvensional yang dilakukan oleh kelompok tani belum dapat meningkatkan jumlah populasi anggrek tersebut bahkan sebaliknya persentase kematian tanaman masih cukup tinggi. Sebagai contoh, sebanyak 80 tanaman anggrek yang diberikan, tersisa 36 tanaman setelah 1 tahun (Metusala, 2006). Berdasarkan aksi yang dilakukan oleh BKSD memang belum sepenuhnya berhasil karena adanya beberapa keterbatasan, selain itu tumbuhan anggrek itu merupakan tumbuhan yang memang spesifik dan tidak bisa hidup disembarang tempat.
Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan teknologi untuk  memperbanyak dan meregenerasikan kembali anggrek Vanda tricolor. Oleh karena itu, maka aksi konservasi yang dilakukan untuk mencegah agar spesies ini tetap ada, tidak punah dan nantinya dikenal oleh genearasi berikutnya salah satunya adalah :
Keberadaan anggrek Vanda tricolor yang semakin berkurang tersebut mendorong adanya upaya untuk pelestarian anggrek  Vanda tricolor ke habitat aslinya terutama di lereng Gunung Merapi, sehingga kebutuhan bibit anggrek Vanda tricolor tergolong tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jumlah  bibit anggrek Vanda tricolor baik secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif pada anggek yang tumbuh secara epifit seperti anggrek  Vanda tricolor ini  dilakukan dengan cara stek menggunakan batang pangkal (yang sudah tumbuh akar)  atau dengan menggunakan tunas atau anakan, sedangkan perbanyakan generatif pada anggrek umumnya menggunakan biji. Keunggulan perbanyakan generatif  menggunakan biji ialah jumlah bibit yang akan dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif, namun dikarenakan biji anggrek tidak mempunyai end
osperm, perbanyakan menggunakan biji dilakukan secara kultur in vitro.
Perbanyakan anggrek melalui kultur embrio secara in-vitro memberi peluang untuk dipertahankannya variabilitas genetik tanaman (Avila-Diaz et al., 2009), namun protokol untuk kultur in-vitro biji anggrek sangat spesifik untuk masing-masing spesies dan salah satunya tergantung pada media pertumbuhan (Arditti, 1992;  Stewart dan Kane2006).  Sejauh ini riset  untuk perkecambahan embrio anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis masih sangat sedikit dilaporkan.
Media untuk budidaya in vitro Vanda tricolor Medium tanam yang umumnya digunakan untuk tanaman anggrek adalah medium VW (Vacint and Went) (Arifin dan Sulistyantara, 1993 dalam Handoko, 2013) namun, karena medium VW (Vacint and Went) mengandung senyawa hara murni yang membutuhkan biaya cukup  tinggi, sehingga perlu diupayakan untuk mendapatkan
Medium alternatif yang murah dan dapat menggantikan medium VW (Vacint and Went) untuk budidaya anggrek Vanda tricolor.
Untuk penggunaan medium MS dan VW, ditambah dengan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin (2,0 - 3,0 mg/l) NAA dan sitokinin (0,5 - 1,5 mg/l) TDZ, dan 20 g/l sukrosa.
Perbanyakan anggrek secara in vitro dengan menggunakan bagian vegetatif sebagai eksplan seperti daun atau pucuk dapat menghasilkan protocorm like bodies (PLB) atau plantlet yang bersifat sama dengan induknya. Tokuhara dan Mii (1993) telah menghasilkan lebih dari 10.000 PLB anggrek Phalaeonopsis dan Doritaenopsis selama 1 tahun dengan mengkulturkan eksplan potongan pucuk pada  media New Dogashima Media (NDM) yang mengandung 1 mg/l BAP dan 0,1 mg/l NAA.  Media NDM mengandung beberapa vitamin dan
bahan organik  yang mendorong pembentukan PLB pada eksplan anggrek. Metode yang dilakukan oleh Tokuhara dan Mii (1993) akan diadopsi untuk meregenerasikan anggrek Vanda tricolor secara in vitro.
Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti sumber hara atau nutrisi yang ada pada  Medium VW (Vacint and Went) dapat menjadi salah satu alternatif substitusi unsurhara dengan harga yang relatifmurah. Selain unsur hara dan nutrisi, dalam pupuk organik juga terkandung asam amino yang berfungsi sebagai sumber nitrogen organik dan dapat dimanfaatkan langsung oleh jaringan tanaman, dan mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dapat merangsang pertumbuhan pada jaringan tanaman, seperti pada penelitian Indriyanti (2006) dalam Muawanah (2005) yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik dengan konsentrasi 10 ml/liter ke dalam medium mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seedling anggrek Dendrobium spectabile.
Selain nutrisi, sukrosa juga sangat dibutuhkan untuk medium untuk budidaya in vitro biji anggrek karena dapat menjadi sumber energi pada eksplan. Kebutuhan sukrosa untuk memberikan energi di dalam medium tanam dapat digantikan dengan ekstrak buah-buahan yang banyak mengandung sukrosa, salah satunya ialah ekstrak buah kersen yang dapat digunakan sebagai substitusi sukrosa / energi pada medium tanam untuk budidaya in vitro biji anggrek Vanda tricolor.
Hal ini dikarenakan buah kersen di Indonesia masih jarang dimanfaatkan dan mudah didapat. Setiap 100 g buah kersen mengandung
77,8 g air,
0,384 g air,
1,56 g lemak,
17,9 g karbohidrat,
4,6 g serat,
1,14 g abu,
124,6 mg kalsium,
84 mg fosfor,
1,18 mg besi,
0,019 g karoten,
0,065 g tianin,
0,037 g riboflavin,
0,554 g niacin,
80,5 mg vitamin C,
dan memiliki kandungan energi 380 kJ/100g (Handoko, 2013) sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa pada medium budidaya in vitro biji anggrek.
Penggunaaan ekstrak kersen sebagai substitusi alternatif untuk energi pada medium budidaya in vitro biji anggrek juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2013) yang menyebutkan bahwa pemberian pupuk daun Hyponex Hijau 1,5 g + Air kelapa 75 ml + agar 3,5 g + sukrosa 15 g + ekstrak kersen 50 g memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. khususnya pada pertumbuhan tunas, tinggi tunas dan pertumbuhan daun. Oleh karena itu, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengunaan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sebagai substitusi medium
pada budidaya in vitro biji anggrek anggrek Vanda tricolor.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menggantikan medium kultur in vitro yang membutuhkan biaya yang tinggi dengan menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sehingga dapat menghemat biaya yang digunakan.
Permasalahan yang spesifik dimiliki dengan riset V. tricolor di laboratorium yaitu seringkali terjadi pencoklatan (browning) dengan intensitas yang tinggi pada medium pertumbuhan.   Kandungan fenolik yang relatif tinggi pada jaringan tanaman diduga memicu terjadinya pencoklatan tersebut, dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasinya.
Untuk mengatasi pencoklatan pada kultur embrio V. tricolor, karena ekstrak buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) mengandung vitamin C, antioksidan, gula dan senyawa lainnya sehingga dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan protokorm anggrek (Arditti and Ernst, 1993), selain itu karena pertumbuhan embrio anggrek secara umum membutuhkan ekstrak bahan organik (Dodds, 1993; Dodds dan Roberts, 1995).
Buah anggrek V.tricolor Lindl. dipanen, dicuci bersih. 

Buah Vanda tricolor dicuci bersih

 Buah anggrek Vanda tricolor yang setelah dicuci bersih dan siap untuk dicelupkan di alkohol dan dibakar yang diulang sebanyak 3 kali

Buah dicelupkan dalam spritus dan dibakar (hingga 3 kali) dan kemudian dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan formalin, untuk ditabur embrionya pada media yang sudah disiapkan. Embrio ditabur pada media dasar New Phalaenopsis/NP (Islam et al., 1998)

 
Buah anggrek Vanda tricolor setelah dibakar lalu dimasukkan ke dalam LAFC untuk nantinya bijinya ditabur di media tanam

Penanaman diawali dengan mendekatkan mulut botol kultur dengan lampu bunsen. Selama  penanaman mulut botol kultur harus berada dekat dengan lampu bunsen guna mencegah kontaminasi. Eksplan berupa biji anggrek Vanda tricolor dengan menggunakan pinset panjang yang telah direndam dalam spirtus dan dibakar diatas lampu bunsen, eksplan siap ditanam dalam botol yang berisi media New Phalaenopsis dan kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil. Botol-botol selai yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan dan tanggal penanaman.

 Setelah 3 minggu setelah ditabur mulai ada biji Vanda tricolor yang mulai berkecambah dan nampak berwarna hijau

 PLB dari biji Vanda tricolor yang ditabur setelah 7 bulan dari penaburan

Anonim. 2007. Pesona Tanaman Hias Favorit. Penebar Swadaya. Depok. Hal:38
Arditi, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Arditti, J. and Ernst, R. 1993. Micropropagation of orchids. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Avila-Diaz, I., Oyama, E.K., Gomez-Alonso, E.C. dan Salgado, R. 2009. “In vitro propagation of thr endangered orchid Laelia speciosa”. Plant Cell Tiss. Organ Cult, 99. 335-343
Dodd, B. 1993. Plant tissue culture for horticulture. Queensland University of Technology, Queensland.
Dodds, J.H. and Roberts, L.W. 1995. Experiments in plant tissue culture, 3rd rev. ed. Cambridge University Press, Cambridge.
Islam, MO., Ichihasi, S., Matsui, S. 1998. “Control of growth and development of protokorm like body derived from callus by carbon sources in Phalaenopsis”. Plant Biotechnol, 15. 183-187
Stewart, S.L., dan Kane, M.E. 2006. “Asymbiotic seed germination and in vitro seedling development of Habenaria macroceratitis (Orchidaceae), a rare Florida terrestrial orchid”. Plant Cell Tissue Organ Cult., 86. 147–158



Senin, 08 Januari 2018

Berbagai Cara Sterilisasi Eksplan Tumbuhan Dalam Kultur Jaringan Tumbuhan

Berbagai Cara Sterilisasi Eksplan Tumbuhan Dalam Kultur Jaringan Tumbuhan


Eksplan Meristem Apikal Tebu
- Ambil meristem apical tebu 20 - 30 cm, helaian daun dipotong dekat sarung daun.
- Material dimasukkan ke dalam spiritus/alkohol 96% lalu dibakar. Kemudian 1 - 2 helai seludang daun dibuang.
- Bagian ujung material tebu di bakar lagi, diikuti penglepasan seludang terluar. Perlakuan ini diulang sampai beberapa kali.
- Setelah batang beserta seludangnya yang putih terlihat, bahan siap untuk dijadikan eksplan.
- Eksplan dipotong-potong melintang setebal 2 - 4 mm, kemudian ditanam pada media kultur.
Sumber : Hendaryono dan Wijayani, 1994.
Namun prosedur ini tidak mampu menekan tingkat kontaminasi.
Tunas muda batang tebu dengan diameter 0,8-1 cm dipotong-potong sepanjang 5-10 cm,lalu direndam dalam air sabun selama 15 menit dan dibilas dengan air mengalir sampai bersih.kemudian disterilisasi dengan cara sebagai berikut:
a. Dicelup dalam alkohol 96% selama satu menit dan dibakar sampai alkoholnya habis.
b. Direndam dalam larutan agrimisin 0,2% selama 1,5 jam, lalu direndam dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1,5 jam, yang masing-masing telah ditambah 2 tetes Tween 80. Lalu dibilas akuades steril sebanyak 3-4 kali.
c. Sama dengan b, tetapi setelah itu dicelup ke dalam alkohol 96% selama satu menit dan dibakar sampai alkoholnya habis.
d. Direndam dalam larutan agrimisin 0,5% selama 1,5 jam, lalu dalam larutan Dithane M-45 0,5% selama 1,5 jam, yang masing-masing telah ditambah 2 tetes Tween 80, lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak 3-4 kali.
e. Direndam dalam larutan agrimisin 0,5% selama satu jam, lalu dalam larutan Dithane M-45 0,5% selama satu jam, yang masing-masing telah ditambahi 2 tetes Tween 80, lalu dibilas  dengan akuades steril sebanyak 3-4 kali. Setelah itu dicelup ke dalam alkohol 96% selama satu menit dan dibakar sampai alkohol habis.
Sterilisasi dilakukan dalam kotak transfer yang telah disterilisasi dengan sinar UV selama 2 jam. Eksplan yang ujungnya mengalami klorosis akibat pengaruh larutan pensteril dipotong dan dibuang karena diperkirakan jaringan eksplan tersebut telah mati. Eksplan yang masih segar dipotong-potong sepanjang 0,5-1 cm dengan pisau diseksi steril.
Penanaman Eksplan. Eksplan ditanam dalam medium dengan posisi tegak dan diletakkan dalam ruang kultur pada temperatur 25-27 oC, dengan intensitas penyinaran 800-1000 lux selama 16 jam per hari. 

Eksplan Meristem Akar Wortel
Bahan yang digunakan ialah umbi akamya, tetapi lebih baik lagi jika menggunakan jaringan kambium dan sekitarnya.
Langkah kerja:
- Umbi wortel dicuci dengan deterjen, kemudian disterilisasi fisik denganpembakaran.
- Sterilisasi dengan 0,1% sublimat, (pencucian).
- Kulit  luar  dikupas dalam laminar air flow (secara steril).
- Material dipotong setebal 2 cm, dimasukkan ke dalam sublimat  +/- 3 menit,kemudian dicuci dengan air steril 3 - 4 kali.
- Dipotong-potong 2 mm x 2 mm x 2 mm untuk ditanam pada media kultur.
Sumber : Hendaryono dan Wijayani, 1994

Mekanisme sterilisasi eksplan secara kimiawi

Tunas Apikal Krisan (Chrysanthemum morifolium Ram.)
Proses sterilisasi yang dilakukan di  luar  laminar  air  flow adalah    eksplan    direndam    dengan 5,25%  NaOCl  20%  selama  7  menit, dibilas  air  steril  selama  5  menit,  lalu 5,25   %   NaOCl      10%   selama   10 menit,  kemudian  eksplan  direndam aquadest  selama  5  menit, kemudian sterilisasi  dilakukan didalam laminar   air   flow yaitu eksplan direndam dalam larutan Betadine 0,25%   direndam   selama   5   menit. Setelah itu eksplan   dibilas      dalam   aquadest selama  5  menit.  

Tunas Pohon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Bahan  tanam  yang  digunakan  sebagai  eksplan adalah batang karet muda pada tahap pertumbuhan dua  payung   daun   yang   berasal   dari   biji   yang   telah terseleksi   dan dipelihara   di   rumah   kaca.   Sehari  sebelum  diambil,  batang  karet  diolesi  dengan  dithane 0,5%  yang  berfungsi  sebagai  fungisida.  Pengambilan  eksplan   dilakukan   dengan   memotong   batang   muda  sekitar  10 – 15  cm  dari  pertautan  okulasi,  kemudian  dibawa ke laboratorium untuk proses sterilisasi.
Batang   karet   yang   akan   digunakan   sebagai eksplan   dicuci   dengan   air   mengalir   hingga   bersih, kemudian dicuci dengan larutan Desogerme 0,5% (v/v) yang merupakan larutan bakterisida dan   fungisida dengan   bahan   aktif quaternary   alkyl   chloride dan garam polyiminobiguanidide.    Selanjutnya    eksplan direndam   selama lebih   kurang satu menit dalam larutan  etanol  70%  (v/v),  lalu  direndam  dalam  larutan H2O2 (hidrogen  peroksida) 17,6%  (v/v)  selama  20 menit.   Setelah   itu   eksplan   dibilas   menggunakan aquades   steril   hingga   seluruh   eksplan   bersih   dari larutan sterilan.

Tunas Acacia mangium
Dengan perlakuan sterilisasi bahan NaOCl dengan konsentrasi 0,5 % dan HgCl2 dengan konsentrasi 0,15 mg/l dengan lama perendaman eksplan selama 10 menit.

Metode sterilisasi eksplan nodia durian berurutan :
detergen (10 menit),
clorox 20% (5 menit),
clorox 10% (5 menit),
alkohol 70% (2 menit),
setiap berganti larutan dibilas dengan aquades steril.
Untuk metode sterilisasi eksplan daun durian berurutan :
detergen (10 menit),
clorox10%  (3 menit),
clorox 5% (3 menit)
dan alkohol 70% (2 menit)
dan dibilas dengan akuades steril seperti pada nodia.
Setelah tahap sterilisasi, eksplan nodia dan daun ditanam  pada media MS + ZPT yang sudah disiapkan.

Eksptan Mata Tunas Anggrek
Mata tunas dari :
a. tangkai Bunga Phalaenopsis,
b. keiki atau tunas yang muncul dari batang anggrek yang sudah tua,
c. batang anggrek Cattleya.

Tangkai bunga Phalaenopsis
Langkah kerja:
Tangkai bunga anggrek.tangkai bunga dipotong 3 cm dari mata tunas ke atas dan ke bawah.
Disterilkan dalam chlorox 10% +1 tetes tween 20 selama 10 menit.
Seludang yang menutupi mata tunas dibuang.
Disterilkan dalam Chlorox 5% + I tetes tween 20 selama 5 menit.
Dicuci dengan air steril 3 - 5 kali.
Tangkai bagian atas dan bawah dipotong sedikit, kemudian ditanam dalam media kultur.
Sumber : Hendaryono dan Wijayani, 1994.

Keiki Dendrobium
Tunas baru atau keiki yang panjangnya 10 cm atau kurang dapat daijadikan sebagai bahan tanam atau biasa disebut dengan istilah eksplan. Tunas atau keiki dipotong dengan menggunakan pisau tajam. Setelah keiki dipotonmg kemudian dicuci dengan menggunakan deterjen sambil digosok-gosok untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran yang menempel di permukaan tunas. Penggunaan deterjen dan perlakuan penggosokan ini berfungsi agar permukaan tunas atau keiki lebih peka terhadap perlakuan bahan-bahan  sterilan .
Setelah itu biarkan tunas berada di bawah siraman air selama 10 menit agar debu-debu dan kotoran yang menempel di permukaan tunas larut dan selain itu juga siraman air ini bisa memecahkan koloni bakteri ataupun jamur yang ada di permukaan tunas atau keiki.

Daun-daun yang melekat pada tunas semuanya dipotong dengan menggunakan pisau atau gunting dan setelah dilakukan pemotongan pekerjaan selanjutnya dilakukan di dalam transfer box yang bisa berupa enkast ataupun laminar air flow.

Setelah berada di transfer bos tunas / keiki yang telah dihilangkan daunnya tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan alkohol 70 % selama beberapa menit dan selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas piala steril yang berisi larutan clorox 20 % (satu bagian clorox dilarutkan ke dalam 4 bagian aquadest steril) dan seluruh bagian eksplan harus terendam di dalam larutan sterilisasi selama 5 – 7 menit. Setelah itu dibilas menggunakan larutan aquadest steril.

Apabila sebelum 5 – 7 menit jaringan tunas / keiki telah memucat atau menjadi putih itu berarti jaringannya telah mengalami bleach out dan perendaman harus segera dihentikan.

Setelah dibilas menggunakan aquadest steril langkah selanjutnya eksplan tunas / keiki dimasukkan ke dalam gelas piala yang berisi clorox 10 % dan direndam selama 5 menit.

Setelah direndam dalam larutan clorox 10 % lalu eksplan dikeluarkan dan dilanjutkan dengan pembilasan dengan aquadest steril sambil digojog sebanyak 3 kali masing-masing selama 5 menit.

Setiap pengambilan eksplan tunas/keiki di salam larutan pencuci dengan menggunakan pinset steril dan setiap kali menggunakan pinset, pinsetnya dicelupkan di dalam larutan alkohol dan dibakar dengan menggunakan lampu sepritus atau lampu bunsen.
Setelah dibilas sebanyak 3 kali eksplan tunas / keiki selanjutnya diletakkan ke dalam cawan petri berdiameter 12 cm yang ada alas kertas saring steril. Eksplan selanjutnya diiris-iris diantara 2 buku dengan menggunakan skalpel steril. Mata tunas aksiler terdapat pada buku dengan posisi berselang seling. Kadang-kadang mata tunas ini sangat kecil dan berwarna pucat sehingga sukar dilihat. Setiap tunas / keiki yang panjangnya 10 cm dapat daibagi menjadi 4 – 5 bagian. Bagian pucuknya disebut dengan istilah pucuk apikal.
Setiap bagian potongan ini kemudian diambil dengan menggunakan pinset steril dan dimasukkan secara hati-hati ke dalam media. Ingat jangan menyentuh eksplan, mulut botol, dan bagian dalam cawan petri dengan menggunakan tangan. Ambil semua keperluan dengan menggunakan pinset steril.
Setelah ditutup bagian luar botol di dekat mulut botol disemprot dengan menggunakan alkohol 70 %.
Jangan lupa menempelkan label yang berisi nama jenis anggrek yang kita tanam, jenis media dan banyaknya hormon yang kita tambahkan ke media serta tanggal penanaman.
Kultur yang berhasil menunjukkan tanda-tanda keberhasilan setelah 8 – 10 minggu. Eksplan nampak hijau dan mata tunas nampak membesar. Arah pertumbuhan eksplan dapat langsung membentuk tunas-tunas kecil atau membentuk bulatan-bulatan yang disebut plb (protocorm like bodie). Tunas plb ini kemudian memperbanyak diri dan memenuhi permukaan media.
Setiap 3 bulan sekali dilakukan subkultur dengan cara memindahkan tunas-tunas abaru yang terbentuk ke dalam botol yang berisi media yang baru yang lebih segar. Tujuan dari subkultur ini selain agar tunas baru yang terbentuk mendapatkan asupan media yang baru yang lebih segar juga untuk proses penjarangan agar pertumbuhan tunas barunya menjadi lebih optimal.

Ada juga dengan menggunakan cara lainnya untuk keiki Dendrobium ini.
Mata tunas keiki mula-mula disterilisasi secara kimiawi dengan menggunakan larutan Clorox 10 % dan satu tetes Tween 20 (tepol) selama 10 menit. Kemudian disterilkan lagi dengan menggunakan larutan Clorox 5 % dan ditambah satu tetes Tween 20 selama 5 menit. Setelah disterilisasi kemudian dibilas menggunakan aquadest steril sebanyak 3 kali masing- masing selama 2 – 3 menit. Semua seludangnya kemudian dibuang lalu disayat pada setiap ruas keiki dengan satu mata tunas.
Eksplan dengan satu mata tunas kemudian ditanam pada media padat. Dalam waktu 7 – 10 hari akan tumbuh plantlet pada mata tunas yang terdapat pada eksplan tersebut.
Eksaplan dengan mata tunas dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml yang berisi 25 ml larutan media  cair VW . Selanjutnya erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan selanjutnya digojog dengan menggunakan shaker pada kecepatan 120 rpm.
Perkembangan tunas dari keiki ini akan menghasilkan bibit yang sifatnya sama persis dengan induknya. Ruas keiki yang berupa jaringan epidermis dapat juga menjadi plb. Sehingga dari satu mata tunas yang terdapat pada keiki dalam waktu satu bulan dapat tumbuh menjadi sebanyak 50 buah plb, dan dalam kurun waktu sub kultur selama satu tahun dapat menghasilkan 10 juta buah plb dari setiap mata tunas.  Agar plb dapat berkembang menjadi plantlet, maka harus dipindahkan ke dalam media padat.
Untuk keiki yang bagian ujung (yang masih sangat muda, berwarna hijau muda) dapat juga dikulturkan pada media padat. Namun karena tidak memiliki mata tunas, maka jaringan akan tumbuh membentuk kalus. Selanjutnya kalus akan tumbuh menjadi plantlet. Apabila kalus dipindahkan ke dalam media cair maka kalus akan tumbuh menjadi plb. Dan plb ini akan tumbuh menjadi plantlet apabila dipindahkan ke dalam media padat. 

Eksplan Daun Tembakau Seedling
Seedling berasal dari biji tembakau yang telah diseleksi.
Biji yangtenggelam dalam air dipilih dan ditanam.
Brji yang telah tumbuh diambildaunnya untuk bahan eksplan.
Langkah kerja:
- Diarnbil daun tembakau yang rnasih muda, dicuci dengan deterjen hinggabersih.
- Disterilkan dengan l0% Chlorox + I tetes tween 20 selama 5 menit.
Sterilisasi dengan sublimat.
- Dicuci dengan air steril 3 - 5 kali. Sterilisasi dilakukan dalam kondisi aseptis.
- Daun dipotong dengan ukuran 3 mm x 3 mm kemudian ditanam pada media kultur.
Untuk eksplan yang berasal dari daun yang diambil langsung dari lapang (alam), sterilisasi sebaiknya dilakukan dua kali.
- Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama l0 menit.
- Dengan Chlorox 10% + 1 tetes tween 20 selama 5 menit.
- Dicuci dengan air steril 3 - 5 kali.
Sumber : Hendaryono dan Wijayani, 1994

Daun Pule Pandak [Rauvolfia serpentina (L.) Bentham ex Kurz.]
Etanol 60 % (0,5 menit)
Aquadest (3 menit)
Clorox 30 % (5 menit)
Aquadest 3 kali masing-masing selama 3 menit.

Ibu tulang daun, paling banyak mengandung berkas pengangkut baik untuk eksplan.
Bagran urat daun hanya berupa sel mesofil yang bertotipoteasi lebih kecil, tidak baik untuk eksplan.