Mengenal Keanekaragaman Anggrek Di Lereng Selatan Gunung Merapi
Di Jawa secara keseluruhan terdapat 731 species
anggrek yang terdiri dari 130 genera. Jawa tidak memiliki genus / marga
anggrek yang endemik. Jenis endemik di Jawa yang sangat terkenal adalah
Vanda tricolor Lindl. Walaupun demikian kebanyakan orang tidak
menyadari bahwa populasinya di dunia ini hanya terbatas di Jawa dan Bali
saja (Whitten, et. al., 1996).
Di balik keganasannya, Gunung Merapi menyimpan kekayaan keaneka ragaman hayati utamanya anggrek yang cukup banyak. Daerah lereng Selatan Merapi merupakan daerah
berbukit dan pegunungan datar. Ada berbagai tipe vegetasi yang
melingkupi daerah tersebut, antara lain dataran rumput, semak belukar,
dan daerah dengan vegetasi pohon - pohon besar. Beberapa daerah dari
vegetasi tersebut masih terkondisikan alami. Struktur vegetasi yang
demikian ini merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan anggrek, baik
itu anggrek tanah maupun anggrek epifit.
Banyak yang belum diketahui tentang keanekaragaman jenis anggrek terutama jenis anggrek species yang ada di sekitar lereng Selatan Merapi. Backer (1968) dan Comber (1990) hanya memberikan sedikit informasi tentang keberadaan anggrek di Gunung Merapi.
Keberadaan anggrek di lereng Selatan Merapi harus diketahui dari segi jenis dan distribusinya. Sehingga usaha konservasi yang lebih mengutamakan pada sumber plasma nutfah anggrek akan lebih mudah.
Langkah pertama yang sangat penting adalah dengan koleksi dan identifikasi secara benar. Beberapa langkah awal telah dilakukan adalah eksplorasi dan identifikasi anggrek di lereng Selatan Merapi. Pada awalnya sekitar tahun 1993 seorang dosen dari Biologi Universitas Gadjah Mada yaitu Dr. Susiani Purbaningsih mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di lereng Gunung Merapi ada sekitar 40an jenis. Selanjutnya pada sekitar tahun 2009 Yayasan Kanopi Indonesia telah menemukan sekitar 57 jenis anggrek. Kebanyakan anggrek tersebut adalah anggrek epifit (hidup menempel pada pepohonan). Dan dari data yang terbaru di lereng selatan Gunung Merapi terdapat hampir sekitar 95 jenis tanaman anggrek, hanya saja oleh karena faktor alam dan faktor manusia jumlah spesies anggrek yang ada di lereng Gunung Merapi jumlahnya semakin menyusut.
Banyak yang belum diketahui tentang keanekaragaman jenis anggrek terutama jenis anggrek species yang ada di sekitar lereng Selatan Merapi. Backer (1968) dan Comber (1990) hanya memberikan sedikit informasi tentang keberadaan anggrek di Gunung Merapi.
Keberadaan anggrek di lereng Selatan Merapi harus diketahui dari segi jenis dan distribusinya. Sehingga usaha konservasi yang lebih mengutamakan pada sumber plasma nutfah anggrek akan lebih mudah.
Langkah pertama yang sangat penting adalah dengan koleksi dan identifikasi secara benar. Beberapa langkah awal telah dilakukan adalah eksplorasi dan identifikasi anggrek di lereng Selatan Merapi. Pada awalnya sekitar tahun 1993 seorang dosen dari Biologi Universitas Gadjah Mada yaitu Dr. Susiani Purbaningsih mengidentifikasi jenis anggrek yang ada di lereng Gunung Merapi ada sekitar 40an jenis. Selanjutnya pada sekitar tahun 2009 Yayasan Kanopi Indonesia telah menemukan sekitar 57 jenis anggrek. Kebanyakan anggrek tersebut adalah anggrek epifit (hidup menempel pada pepohonan). Dan dari data yang terbaru di lereng selatan Gunung Merapi terdapat hampir sekitar 95 jenis tanaman anggrek, hanya saja oleh karena faktor alam dan faktor manusia jumlah spesies anggrek yang ada di lereng Gunung Merapi jumlahnya semakin menyusut.
Dari faktor alam contohnya seperti kejadian Oktober 2002 dimana kawasan hutan lindung dan cagar alam Plawangan Turgo pernah dilanda kebakaran. Demikian juga aktifitas
Gunung Merapi sendiri yang tidak stabil dimana sering adanya kejadian erupsi Gunung Merapi pada tahun 2006 dan 2010 yang lalu. Bahkan terjangan erupsi Gunung Merapi pada tahun 1994 sempat menghanguskan habitat asli anggrek-anggrek asli yang ada di lereng selatan bagian barat Gunung Merapi.
Sedangkan dari faktor manusia yaitu adanya aktifitas
penduduk sekitar dan para pendatang sangat tinggi. Masyarakat banyak
yang mengkoleksi anggrek dan kemudian menjualnya, misalnya di Taman
Wisata Kaliurang. Atau kadang mendapat pesanan dari seseorang dari luar
kota. Keadaan ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Kadang-kadang mereka
mengambil tanpa memperhatikan populasinya.
Dari 95 jenis tanaman anggrek yang ada di lereng Gunung Merapi ini ada sebagian yang masuk anggrek yang langka, semisal anggrek Rhomboda velutina yang tercatat hanya pernah ditemukan di Gunung Ungaran, Jawa Tengah, pada 1921.
Tanaman anggrek Rhomboda velutina
Rangkaian bunga Rhomboda velutina
Kuntum bunga Rhomboda velutina
Seperti telah disinggung di atas bahwa di Pulau Jawa ada jenis tanaman anggrek yang endemik yaitu Vanda tricolor. Jenis anggrek ini juga dapat dijumpai di lereng Gunung Merapi. Vanda tricolor ini oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi biasa disebut dengan nama anggrek pandan. Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu kemerahan ini tumbuh liar menempel pada batang pohon di lereng selatan Merapi wilayah Sleman. Dulunya V. tricolor merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan an tumbuh liar di pohon dadap (Erythrina lithosperma), angsana dan pohon-pohon tahunan lainnya. Tetapi saat ini sangat sulit menjumpai anggrek tersebut di habitat aslinya. Karena anggrek anggrek tersebut telah diambil dari habitatnya untuk dikoleksi atau dijual. Beberapa kali habitat tanaman Vanda tricolor ini terkena terjangan awan panas Gunung Merapi yang mengancam keberadaan tumbuhan anggrek khas lereng Gunung Merapi, Vanda tricolor ini. Kerusakan kawasan hutan lereng selatan gunung Merapi juga menyebabkan lambatnya pertumbuhan serta perkembangbiakan tanaman anggrek Vanda tricolor ini.
Anggrek lain yang juga menarik adalah anggrek
kantong, Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl) Pfitz. Anggrek tanah
ini tumbuh di antara rumput - rumputan. Tetapi sayang anggrek ini juga
sangat sulit dijumpai di habitatnya saat ini.
Terdapat juga anggrek yang nilai komersialnya
kurang atau bahkan tidak ada. Biasanya anggrek tersebut adalah anggrek
yang bisa dikatakan tidak menarik, karena bunganya kecil, bentuk dan
warnanya juga tidak menarik. Anggrek yang demikian disebut sebagai
anggrek botanik, yaitu anggrek yang jika dilihat dari sudut ilmu
pengetahuan, khususnya taksonomi sangat penting, tetapi secara ekonomis
kurang. Beberapa jenis anggrek botanik yang unik yang ditemukan adalah
jenis jenis anggrek saprofit yaitu Didymoplexis pallens Griff.,
Epipogium roseum (D. Don) Lindl., dan Gastrodia crispa J.J.Smith.
Anggrek ini mempunyai habitat yang khusus yaitu teduh, lembab, dan kaya
akan humus. Ada juga jenis anggrek yang mempunyai siklus hidup sangat
unik yaitu Nervilia punctata (Bl.) Makino. Pada fase vegetatif hanya
berupa umbi dan daun saja. Kemudian disusul fase generatif dimulai
dengan gugurnya dan kemudian muncul bunga dari umbinya. Jadi pada
anggrek ini tidak pernah dapat dijumpai bunga dan daun muncul bersama
sama.
Idealnya, upaya untuk konservasi adalah dengan
membiarkan anggrek-anggrek tersebut tumbuh di habitatnya. Tetapi untuk
saat ini upaya tersebut sangatlah tidak mungkin. Sebab aktifitas
penduduk sekitar dan para pendatang sangat tinggi. Masyarakat banyak
yang mengkoleksi anggrek dan kemudian menjualnya, misalnya di Taman
Wisata Kaliurang. Atau kadang mendapat pesanan dari seseorang dari luar
kota. Keadaan ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Kadang-kadang mereka
mengambil tanpa memperhatikan populasinya.
Sejak 2002, Yayasan Kanopi Indonesia bekerja sama dengan Balai TNGM dan
Kelompok Tani Ngudi Makmur membangun tempat konservasi anggrek di Dusun
Turgo. Menurut Musimin warga Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, usai musibah erupsi melanda lereng Merapi tahun 1994, yang juga merusak sebagian besar endemik anggrek di Gunung Merapi.
Bapak Musimin mulai mengumpulkan anggrek sekitar tahun 2000. Berangkat dari keinginan menyelamatkan tanaman ini, terutama jenis khas Merapi, seperti Vanda tricolor yang kini sudah langka. Melalui program adopsi, Musimin bersama beberapa rekannya yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Makmur berupaya memulihkan habitat anggrek. Tanpa kenal lelah mereka memasuki hutan gunung itu demi mencari tanaman anggrek untuk kemudian dikembangbiakkan. Mulanya, pengetahuan mengenai budidaya anggrek dipelajari Musimin secara otodidak dengan berbekal naluri kecintaan terhadap flora tersebut. Melalui kerja sama dengan Yayasan Kanopi ini, lambat- laun Musimin mulai belajar cara merawat anggrek yang baik dan benar. Saat ini sudah ada lima rumah penangkaran dengan ribuan tanaman anggrek di dalamnya. Di kebun milik Musimin sendiri terdapat lebih dari 70 varietas anggrek, beberapa bahkan merupakan temuan baru. Di tempat itu, bibit-bibit anggrek asli Merapi dikembangbiakkan dan dipelihara hingga tumbuh dewasa. Jika jumlah bibit anggrek dinilai sudah cukup banyak, sebagian tanaman itu akan dikembalikan ke habitat aslinya di kawasan TNGM.
Sebagian tanaman endemik itu ada yang dilepasliarkan di kawasan hutan Merapi. Proses pelepasliaran dilakukan secara bertahap sejak Februari 2015. Minat masyarakat untuk mengadopsi anggrek khas lereng Merapi sejauh ini cukup baik.
Musimin memperlihatkan koleksi anggrek miliknya di rumah penangkaran di
Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman.
Bapak Musimin mulai mengumpulkan anggrek sekitar tahun 2000. Berangkat dari keinginan menyelamatkan tanaman ini, terutama jenis khas Merapi, seperti Vanda tricolor yang kini sudah langka. Melalui program adopsi, Musimin bersama beberapa rekannya yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Makmur berupaya memulihkan habitat anggrek. Tanpa kenal lelah mereka memasuki hutan gunung itu demi mencari tanaman anggrek untuk kemudian dikembangbiakkan. Mulanya, pengetahuan mengenai budidaya anggrek dipelajari Musimin secara otodidak dengan berbekal naluri kecintaan terhadap flora tersebut. Melalui kerja sama dengan Yayasan Kanopi ini, lambat- laun Musimin mulai belajar cara merawat anggrek yang baik dan benar. Saat ini sudah ada lima rumah penangkaran dengan ribuan tanaman anggrek di dalamnya. Di kebun milik Musimin sendiri terdapat lebih dari 70 varietas anggrek, beberapa bahkan merupakan temuan baru. Di tempat itu, bibit-bibit anggrek asli Merapi dikembangbiakkan dan dipelihara hingga tumbuh dewasa. Jika jumlah bibit anggrek dinilai sudah cukup banyak, sebagian tanaman itu akan dikembalikan ke habitat aslinya di kawasan TNGM.
Sebagian tanaman endemik itu ada yang dilepasliarkan di kawasan hutan Merapi. Proses pelepasliaran dilakukan secara bertahap sejak Februari 2015. Minat masyarakat untuk mengadopsi anggrek khas lereng Merapi sejauh ini cukup baik.
Sudah ada puluhan ”orang tua asuh” dan
tanaman yang telah mereka adopsi dirawat oleh pembudidaya. Setelah siap,
maka akan dilepasliarkan oleh pihak yang mengadopsi anggrek tersebut.
Karena kelak akan dilepas ke alam, anggrek-anggrek ini sudah
dikondisikan sejak pembudidayaan oleh petani.
Rata-rata hanya disirami air satu hari
atau dua hari sekali tergantung tipe. Selain itu tanpa penggunaan pupuk
karena saat berada di alam bebas nanti, anggrek itu tidak akan mendapat
pupuk. ”Butuh waktu lama bagi anggrek untuk bertahan hidup setelah
dilepasliarkan, bisa sampai dua tahun.
Karena itu kami minta semua pihak ikut berkomitmen menjaga dan melestarikan setelah tanaman itu dibebaskan ke alam liar.Saat ini telah dilakukan koleksi dan budidaya anggrek Vanda
tricolor Lindl. Usaha ini dilakukan oleh kelompok karang taruna di Dusun
Pelemsari, Desa Cangkringan. Pengembangan budidaya anggrek Vanda
tricolor Lindl. masih menggunakan cara yang sangat sederhana. Sehingga
pengembangannya kurang maksimal.
Adalagi Titi, seorang pemilik kebun anggrek Titi Orchid di Jalan Boyong, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY sedang mengupayakan beberapa langkah, termasuk pemberian bibit anggrek kepada siapa saja yang berniat membudidayakannya.
Selain itu juga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta telah berupaya alternatif perbaikan untuk melestarikan Vanda tricolor,
melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang disebut kelompok tani
konservasi. Meski demikian, budidaya yang dilakukan oleh para kelompok
tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan
memuaskan.
Selain itu juga masih ada lagi program adopsi anggrek untuk menghimpun dana sekaligus mengampanyekan penyelamatan anggrek di Merapi. Peluncuran
program itu diikuti dengan pengembalian sejumlah tanaman anggrek ke
habitat aslinya, yakni di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) di
Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman. Selain Balai
TNGM, sejumlah pihak, misalnya Yayasan Kanopi Indonesia dan Kelompok
Tani Ngudi Makmur, juga terlibat dalam kegiatan ini. Tanaman anggrek di lereng selatan Gunung Merapi perlu dilestarikan agar keanekaragaman hayati di kawasan itu bisa
terjaga. Caranya bisa bermacam-macam, termasuk melibatkan masyarakat
dalam program adopsi. Program Adopsi Anggrek Merapi dibuat untuk
memperkuat upaya pelestarian anggrek yang sudah berjalan.Dalam program tersebut, masyarakat diajak terlibat melestarikan anggrek dengan menyumbangkan dana. Dana yang terkumpul dipakai untuk perawatan anggrek selama dua tahun.
Pelepas liaran anggrek Vanda tricolor di lereng selatan Gunung Merapi oleh komponen masyarakat
Usaha ini perlu mendapat dukungan dari
berbagai pihak yang berminat terhadap usaha konservasi. Diperlukan
orang orang yang cukup mengerti terhadap dunia peranggrekan, yaitu para
pembudidaya dan ahli taksonomi anggrek. Akhirnya, siapa saja yang
mengerti dan benar benar tertarik pada anggrek haruslah berusaha agar
bagian dari hidupan liar ini tetap ada selamanya, untuk meyakinkan bahwa
generasi mendatang juga masih dapat menikmati keindahannya.
Daftar Jenis Anggrek di Lereng Selatan Merapi :
1. Acriopsis javanica Reinw. ex Bl.
2. Anoectochilus reinwardtii Bl.
3. Appendicula alba Bl.
4. Appendicula pauciflora Bl.
5. Arundina graminifolia (D.Don.) Hochr.
6. Agrostophyllum sp
7. Bulbophyllum absconditum J.J.Sm.
8. Bulbophyllum flavescence (Bl.) Lindl.
9. Bulbophyllum sp
10. Calanthe flava (Bl.) Morren
11. Ceratostylis backeri J.J.Sm.
12. Ceratostylis sp
13. Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl.
14. Coelogyne sp
15. Corymborchis veratrifolia (Reinw.) Bl.
16. Cymbidium lancifolium Hook
17. Cymbidium bicolor Lindl.
18. Dendrobium crumenatum Sw.
19. Dendrobium heterocarpum Wall ex Lindl.
20. Dendrobium mutabile (Bl.) Lindl.
21. Dendrobium saggitatum J.J.Sm.
22. Dendrochilum simile Bl.
23. Didymoplexis pallens Griff.
24. Epipogium roseum (D.Don.) Lindl.
25. Eria iridifolia Hook. f.
26. Eria oblitterata (Bl.) Rchb.f.
27. Eria retusa (Bl.) Rchb.f.
28. Eria veruculosa J.J.Sm.
29. Gastrochilus sororius Schltr.
30. Gastrodia crispa J.J.Sm.
31. Goodyera reticulata (Bl.) Bl.
32. Habenaria multipartita Bl. ex Kraenzl.
33. Habenaria loerzingii J.J.Sm.
34. Liparis pallida (Bl.) Lindl.
35. Liparis montana (Bl.) Lindl.
36. Liparis sp
37. Macodes petola (Bl.) Lindl.
38. Malaxis kobi (J.J.Sm.) J.B.Comber
39. Malaxis koodersii J.J.Sm.
40. Malaxis latifolia J.E.Smith
41. Nervillia punctata (Bl.) Makino
42. Oberonia similis (Bl.) Lindl.
43. Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl) Pfitz.
44. Pecteilis susannae (L) Raf.
45. Phaius tankervilliae (Banks ex l’Herit) Bl.
46. Pholidota globosa (Bl.) Lindl.
47. Pholidota ventricosa (Bl.) Rchb.f.
48. Pholidota carnea (Bl.) Lindl.
49. Phreatia plexauroides Rchb.f.
50. Pteroceras teysmanni (Miq.) Holtt.
51. Schoenorchis juncifolia Bl. ex Reinw.
52. Spathoglottis plicata Bl.
53. Spiranthes sinensis (Pers) Ames
54. Thrixspermum acutilobum J.J.Sm.
55. Trichotosia sp
56. Tropidia curculigoides Lindl.
57. Vanda tricolor Lindl.
Habenaria multipartita Bl. ex Kraenzl.
Habenaria loerzingii J.J.Sm.
Liparis pallida (Bl.) Lindl.
Liparis sp
Macodes petola (Bl.) Lindl.
Malaxis kobi (J.J.Sm.) J.B.Comber
Malaxis koodersii J.J.Sm.
Malaxis latifolia J.E.Smith
Nervillia punctata (Bl.) Makino
Oberonia sp
Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl) Pfitz.
1. Acriopsis javanica Reinw. ex Bl.
2. Anoectochilus reinwardtii Bl.
3. Appendicula alba Bl.
4. Appendicula pauciflora Bl.
5. Arundina graminifolia (D.Don.) Hochr.
6. Agrostophyllum sp
7. Bulbophyllum absconditum J.J.Sm.
8. Bulbophyllum flavescence (Bl.) Lindl.
9. Bulbophyllum sp
10. Calanthe flava (Bl.) Morren
11. Ceratostylis backeri J.J.Sm.
12. Ceratostylis sp
13. Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl.
14. Coelogyne sp
15. Corymborchis veratrifolia (Reinw.) Bl.
16. Cymbidium lancifolium Hook
17. Cymbidium bicolor Lindl.
18. Dendrobium crumenatum Sw.
19. Dendrobium heterocarpum Wall ex Lindl.
20. Dendrobium mutabile (Bl.) Lindl.
21. Dendrobium saggitatum J.J.Sm.
22. Dendrochilum simile Bl.
23. Didymoplexis pallens Griff.
24. Epipogium roseum (D.Don.) Lindl.
25. Eria iridifolia Hook. f.
26. Eria oblitterata (Bl.) Rchb.f.
27. Eria retusa (Bl.) Rchb.f.
28. Eria veruculosa J.J.Sm.
29. Gastrochilus sororius Schltr.
30. Gastrodia crispa J.J.Sm.
31. Goodyera reticulata (Bl.) Bl.
32. Habenaria multipartita Bl. ex Kraenzl.
33. Habenaria loerzingii J.J.Sm.
34. Liparis pallida (Bl.) Lindl.
35. Liparis montana (Bl.) Lindl.
36. Liparis sp
37. Macodes petola (Bl.) Lindl.
38. Malaxis kobi (J.J.Sm.) J.B.Comber
39. Malaxis koodersii J.J.Sm.
40. Malaxis latifolia J.E.Smith
41. Nervillia punctata (Bl.) Makino
42. Oberonia similis (Bl.) Lindl.
43. Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl) Pfitz.
44. Pecteilis susannae (L) Raf.
45. Phaius tankervilliae (Banks ex l’Herit) Bl.
46. Pholidota globosa (Bl.) Lindl.
47. Pholidota ventricosa (Bl.) Rchb.f.
48. Pholidota carnea (Bl.) Lindl.
49. Phreatia plexauroides Rchb.f.
50. Pteroceras teysmanni (Miq.) Holtt.
51. Schoenorchis juncifolia Bl. ex Reinw.
52. Spathoglottis plicata Bl.
53. Spiranthes sinensis (Pers) Ames
54. Thrixspermum acutilobum J.J.Sm.
55. Trichotosia sp
56. Tropidia curculigoides Lindl.
57. Vanda tricolor Lindl.
Acriopsis javanica Reinw. ex Bl.
Anggrek ini
penyebarannya sangat luas hampir ke seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.
Bunganya berukuran mini dan dapat berbunga sampai puluhan kuntum
banyaknya dalam sekali berbunga. Anggrek ini cukup menyukai sinar
matahari langsung.
Anoectochilus reinwardtii Bl.
Appendicula alba Bl.
Appendicula pauciflora Bl.
Arundina graminifolia (D.Don.) Hochr.
Agrostophyllum sp
Ceratostylis backeri J.J.Sm.
Ceratostylis sp
Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl.
Coelogyne sp
Corymborchis veratrifolia (Reinw.) Bl.
Cymbidium lancifolium Hook
Cymbidium bicolor Lindl.
Dendrobium crumenatum Sw.
Dendrobium heterocarpum Wall ex Lindl.
Dendrobium mutabile (Bl.) Lindl.
Dendrobium saggitatum J.J.Sm.
Dendrochilum simile Bl.
Didymoplexis pallens Griff.
Bulbophyllum absconditum J.J.Sm.
Bulbophyllum flavescence (Bl.) Lindl.
Bulbophyllum sp
Calanthe flava (Bl.) Morren
Ceratostylis sp
Coelogyne speciosa (Bl.) Lindl.
Coelogyne sp
Corymborchis veratrifolia (Reinw.) Bl.
Cymbidium lancifolium Hook
Cymbidium bicolor Lindl.
Dendrobium crumenatum Sw.
Dendrobium heterocarpum Wall ex Lindl.
Dendrobium mutabile (Bl.) Lindl.
Dendrobium saggitatum J.J.Sm.
Dendrochilum simile Bl.
Didymoplexis pallens Griff.
Epipogium roseum (D.Don.) Lindl.
Eria iridifolia Hook. f.
Eria oblitterata (Bl.) Rchb.f.
Eria retusa (Bl.) Rchb.f.
Eria veruculosa J.J.Sm.
Gastrochilus sororius Schltr.
Eria iridifolia Hook. f.
Eria oblitterata (Bl.) Rchb.f.
Eria retusa (Bl.) Rchb.f.
Eria veruculosa J.J.Sm.
Gastrochilus sororius Schltr.
Gastrodia crispa J.J.Sm.
Habenaria multipartita Bl. ex Kraenzl.
Habenaria loerzingii J.J.Sm.
Liparis pallida (Bl.) Lindl.
Liparis sp
Macodes petola (Bl.) Lindl.
Malaxis kobi (J.J.Sm.) J.B.Comber
Malaxis koodersii J.J.Sm.
Malaxis latifolia J.E.Smith
Nervillia punctata (Bl.) Makino
Oberonia sp
Paphiopedilum javanicum (Reinw. ex Lindl) Pfitz.
Phaius tankervilliae (Banks ex l’Herit) Bl.
Pholidota globosa (Bl.) Lindl.
Pholidota ventricosa (Bl.) Rchb.f.
Schoenorchis juncifolia Bl. ex Reinw.
Spathoglottis plicata Bl.
Spiranthes sinensis (Pers) Ames
Thrixspermum acutilobum J.J.Sm.
Trichotosia sp
Spathoglottis plicata Bl.
Spiranthes sinensis (Pers) Ames
Thrixspermum acutilobum J.J.Sm.
Trichotosia sp
Referensi :
Amelia Hapsari, 2017, "Selamatkan 70 Varietas, Tangkar Ribuan Anggrek. Musimin, Pelestari Anggrek Khas Merapi", http://suaramerdeka.com
Amelia Hapsari, 2017, "Selamatkan 70 Varietas, Tangkar Ribuan Anggrek. Musimin, Pelestari Anggrek Khas Merapi", http://suaramerdeka.com
Anonim, 2015, "95 Jenis Anggrek Tumbuh di Kawasan Merapi", http://nationalgeographic.co.id.
Gloria Samantha, 2011, "Populasi Anggrek Merapi Nyaris Punah", http://nationalgeographic.co.id.
Sulistiono, 2009, "Anggrek Lereng Selatan Merapi', Kanopi Indonesia.
Foto dari berbagai sumber
Foto dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar