Jumat, 12 Februari 2010

PENUMBUHAN BIJI ANGGREK TANPA STERILISASI MEDIA

Oleh : Dr. Indrayana N. S.

Majalah P. A. I. Cabang Surabaya

PENDAHULUAN

Tahap yang paling essensial untuk menumbuhkan biji anggrek ialah sterilisasi ( dekontaminasi ) dari media dan biji tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tidak semua penggemar anggrek dapat menyemaikan sendiri hasil dari silangan-silangannya.

Untuk dekontaminasi dari biji anggrek umumnya dipakai Calcium hypoclorite, yang mempunyai kerugian bahwa bahan ini setiap kali harus dibuat baru dan disaring.

Untuk sterilisasi dari media anggrek, sterilisasi umumnya dikerjakan dengan autoclave baik di Laboratorium maupun memakai  pressure cooker di rumah. Sterilisasi dengan memakai pressure cooker tidak praktis apabila diperlukan pembuatan media yang banyak. Karena itu orang berusaha mencari cara untuk membuat suatu media yang steril tanpa autoclave ( pemanasan tekanan tinggi ).

Kontaminasi dari kultur seedling tidak hanya menyebabkan kerugian materiel, tetapi juga kejengkelan maupun keputusasaan bagi peminat pembibitan anggrek.

Memang sudah sifat manusia sebagai makluk Tuhan, ingin mencari cara yang paling mudah, murah dan aman. Sudah sejak tahun 1947 Mc.Alpine mencoba membuat suatu media yang tidak memerlukan autoclave untuk sterilisasi dan dapat digunakan untuk menumbuhkan biji yang tidak disterilisasi. Sayangnya percobaan dari Mc.Alpine ini tidak dilanjutkan, mungkin disebabkan anggapan bahwa Hydrogen peroxide yang digunakannya itu merupakan suatu bahan yang tidak stabil.

Ternyata ketidakstabilannya itu disebabkan karena adanya sejumlah kecil bahan karena ketidak murniannya dan akibat terkena sinar atau panas.

Sekarang dengan metoda pembuatan dan pemberian bahan yang meniadakan aktivitas bahan kontaminasi dapat dibuat suatu larutan yang stabil, meskipun pada pengenceran sampai 3 %, bila terlindung dari pengaruh sinar dalam tempat yang bersih dapat tahan untuk waktu yang lama ( Turner, 1983 ).

Pada tahun 1990 Sharon, Katherin C. T., Jerry A. J., Robert G. Perera dan J. Arditti berhasil membuat media yang tidak memerlukan sterilisasi tetapi hanya cocok untuk seedling dan bakal tunas pada batang bunga Phalaenopsis. Cara yang digunakan ialah menambahkan anticontaminant seperti Benlate, Nystatin, Penicillin G, Gentamycin, Vancomycin HCl, Sodium Omadine, Amphotericin B. Cara ini tentu saja sangat rumit dan mahal sebab tidak mudah mendapatkan bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu dicari suatu desinfectan dengan daya kerja biodical umum yang murah, segera tersedia, stabil, tidak toksik untuk anggrek, bahan penguraiannya tidak merusak, dan aman bagi manusia. Bahan yang mempunyai sifat-sifat tersebut di atas adalah Hydrogen peroxide ( H2O2 ) yang mudah didapat dipasaran dengan konsentrasi 3 %.

Pada makalah ini Penulis mencoba melakukan penelitian menggunakan cara yang dilakukan oleh Richard Snow ( 1985 ) karena ternyata bahan-bahan yang dipakai mudah dan murah.

TUJUAN PENELITIAN

Dorongan untuk pengembanagan metode ini ialah menyederhanakan metode penebaran benih anggrek yang konvensional, tidak semua orang dapat mengerjakan sehingga :

[1]    Menggiatkan mereka yang berniat untuk menebarkan sendiri bibit anggrek dirumah.

[2]    Berguna untuk pembudi dayaan anggrek secara komersial.

[3]    Pada akhirnya menguntungkan dalam pelestarian anggrek species.

RASIONALISME :

Di dalam media anggrek, Hydrogen peroxide mungkin akan dipecah menjadi Oxygen dan air. Hampir semua sel hidup mempunyai enzyme catalase atau peroxydase, yang memecah hydrogen peroxide. Enzym ini mungkin adalah mekanisme pertahanan untuk membantu selsel menangkis efek yang merusak dari adanya Hydrogen peroxide yang mungkin diproduksi oleh metabolismenya sendiri atau yang ditemuinya dalam lingkungannya.

Jadi jelaslah bahwa sampai konsentrasi tertentu adanya Hydrogen peroxide di dalam media tidaklah merusak benih anggrek. Berapa kadar yang paling optimum, ini yang harus kita selidiki.

Di dalam media Hydrogen peroxide tidaklah dipecah apabila media tersebut disimpan dalam lemari es. Telah dicoba media berisi 0,1 % Hydrogen peroxide yang disimpan dalam lemari es selama 4 bulan, kemudian diinokulasi dengan sengaja dengan jamur, ternyata tidak terjadi pertumbuhan dari jamur tersebut, sedangkan pada media berisi 0,05 % yang baru dibuat, terjadi pertumbuhan dari jamur tersebut.

CARA KERJA :

Dekontaminasi biji :

Ke dalam botol ( bekas obat suntik ) dari 15 cc dimasukkan sejumlah serbuk biji kira-kira sebesar 3 – 4 butir beras, kemudian ditambahkan 2 cc larutan gula 2 % ( 1 sendok teh dalam 1 cangkir air ). Sekali kali kocok dan biarkan biji itu direndam selama 24 jam. Setelah larutan gula kita buang dengan cara dihisap memakai syringe ( injectie spuit ), kita isi dengan 2 cc larutan Hydrogen peroxide 3 %, kocok setiap 5 menit selama 30 menit, kemudian Hydrogen peroxide itu kita keluarkan dengan menghisap memakai syringe. Biji telah siap untuk ditabur.

Pembuatan media

Membuat media dapat dikerjakan ditempat biasa di dapur tanpa perlindungan khusus, tetapi sebaiknya ruangan yang bersih tak banyak debu. Semua peralatan yang akan kita pakai untuk pembuatan media dibilas dengan larutan PHYSAN 20 dengan konsentrasi 0,03 % ( 3 cc per liter ) kemudian diletakkan terbalik di atas sehelai serbet bersih. Media dibuat seperti biasanya, tetapi sesudah semua agar larut, matikan api kemudian tambahkan 1,7 cc larutan Hydrogen peroxide dari 3 % per liter media. Ini akan menghasilkan konsentrasi dari H2O2 itu dalam media kira-kira 0,005 %. Selagi masih panas media dituang ke dalam botol-botol yang sudah dipersiapkan dan setelah tidak timbul gelembung-gelembung botol ditutup rapat dengan sumbatnya.

Penebaran biji tanpa sterilisasi

Richard Snow telah mencoba untuk menebarkan biji tanpa disterikisasi dahulu ( biji yang telah pecah ) baik dengan biji yang telah direndam dalam air gula selama 24 jam atau dengan biji kering. Biji ditebarkan di udara terbuka pada media dengan beberapa konsentrasi dari H2O2 sampai kadar 0,1 %. Hasilnya pada kadar 0,05 atau kurang ternyata terlalu rendah untuk mencegah pertumbuhan dari jamur, meskipun cukup untuk mencegah pertumbuhan dari bakteri.

HASIL PERCOBAAN

Botol A  - Media G.B. ORCHID I + H2O2 0,005 %.

Botol B  - Media G.B. ORCHID I + H2O2 0,01 %.

Botol C  - Media G.B. ORCHID I + H2O2 0,05 %.

Botol D  - Media G.B. ORCHID I + H2O2 0,1 %.

Masing-masing type botol dibuat 5 botol media. Setelah dibiarkan 3 x 24 jam, diletakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, ternyata tidak ada satupun dari botol tersebut yang timbul jamur.

                     Lemari entkast untuk menabur biji anggrek

Setelah 3 x 24 jam, biji dari Dendrobium Hybrid ditaburkan baik dalam lemari penabur maupun di udara biasa dan satu botol tanpa dekontaminasi biji.

HASIL


Catatan :

No. 1 – biji didekontaminasi ditebar dalam entkast.

No. 2 – biji sterik ( belum pecah ) ditebar dalam entkast.

No. 3 – biji didekontaminasi ditebar di udara biasa.

No. 4 – biji steril ditebar di udara biasa.

No. 5 – biji tanpa didekontaminasi ditebar dalam entkast.

+++   - hasil tumbuh baik tanpa kontaminasi jamur.

++     - hasil tumbuh cukup tak ada kontaminasi jamur

+       - hasil tumbuh sedikit tak ada kontaminasi jamur.

‘-       - terjadi kontaminasi jamur, biji tak ada yang tumbuh.

KESIMPULAN

Pemakaian Hydrogen peroxide ternyata cukup baik untuk pembuatan media tanpa sterilisasi memakai autoclave. Paling baik ialah apabila biji kita tebarkan sebelum pecah sehingga tidak perlu dilakukan dekontaminasi dari biji, sehingga menghindari kerusakkan biji. Penebaran biji meskipun dapat dilakukan diruangan biasa yang bersih akan tetapi sebaiknya dilakukan di dalam entkast. Dekontaminasi biji dengan 3 % Hydrogen peroxide didahului dengan merendam air gula selama 24 jam ternyata berhasil baik.

Pada media yang mengandung Hydrogen peroxide 0,1 % ternyata dapat dipakai untuk menebarkan biji tanpa dekontaminasi meskipun mungkin tumbuhnya kurang baik untuk beberapa jenis anggrek. Ini perlu penelitian lebih lanjut.

Perlu dikembangkan lebih lanjut menuju kearah pengembang biakan anggrek yang mudah, murah, dan sederhana.

PENUTUP 

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Asmino yang telah merangsang penulis untuk melakukan penelitian ini, Kepada Bapak Untung Kumoro yang telah meminjamkan buku-buku dan kepada anda yang telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini. Semoga semua ini bermanfaat bagi kita semua.

KEPUSTAKAAN

Richard Snow, AOS Bulletin vol 54, No. 2 Februari 1985.

Sharon, Katherin, Jerry, Robert Perera dan J. Arditti M. O. S, Bulletin 1980.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar