Vanda tricolor yang saat ini sedang gencar dikembalikan ke alam. Vanda dalam bahasa Sansekerta berarti indah. William Roxburgh yang menyematkan nama Vanda pada tahun 1795. (Anonim, 2007). Dalam situs Perhimpunan Pecinta Anggrek menyebutkan beberapa ciri fisik anggrek vanda tricolor, diantaranya:
1. Batang pipih beruas-ruas tertutup daun pada bagian
atas, bagian bawah yang tidak tertutup daun banyak tumbuh akar yang besar.
2.
Daun
berbentuk V, agak tebal dan agak kaku, panjang 30 - 60 cm atau lebih (tergantung
tempat tumbuh).
3. Tandan bunga muncul dari batang yang berdaun di sela-sela
ruas antar daun dengan panjang bisa mencapai 30 cm lebih. Dari tandan bunga
dapat muncul 5 - 12 bunga. Bunganya mempunyai banyak ragam warna, dengan warna
dasar putih atau kuning, varian totol coraknya beragam, begitu juga warna lidahnya
beranekaragam, tergantung asal habitatnya (Anonim, 2008 c).
Umumnya, Vanda tricolor
digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong serta banyak dimanfaatkan
sebagai induk persilangan, khususnya untuk menghasilkan spot-spot ungu, warna
ungu kemerahan pada labellum, tandan bunga yang panjang, kuntum yang banyak pada
hibrid dan keturunannya serta menghasilkan aroma harum. Hal itulah yang
menyebabkan angrek ini banyak diburu dan diambil dari habitatnya di hutan
sehingga keberadaanya semakin langka.
Anggrek Vanda tricolor
khas Merapi nyaris punah sehingga berbagai upaya untuk melestarikan perlu
dilakukan. Beberapa kali terkena terjangan awan panas Gunung Merapi mengancam
keberadaan tumbuhan anggrek khas lereng Gunung Merapi, Vanda tricolor. Kerusakan
kawasan hutan lereng selatan gunung Merapi menyebabkan lambatnya pertumbuhan
serta perkembangbiakan. Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu
kemerahan ini tumbuh liar menempel pada batang pohon di lereng selatan Merapi
wilayah Sleman “Kawasan hutan lindung
dan cagar alam Plawangan Turgo pernah dilanda kebakaran pada Oktober 2002, dan
juga akibat dari erupsi pada 2006 serta 2010,” kata Titi, seorang pemilik kebun
anggrek di Jalan Boyong, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Terjangan awan
panas erupsi Merapi pada 1994 sempat menghanguskan habitat asli anggrek
tersebut. Untuk mempertahankan dan membudidayakan anggrek khas lereng Merapi
yang tidak ada di tempat lain ini, Titi sedang mengupayakan beberapa langkah,
termasuk pemberian bibit anggrek kepada siapa saja yang berniat
membudidayakannya.
Balai Konservasi Sumber
Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta telah berupaya alternatif perbaikan untuk
melestarikan V. tricolor, melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang
disebut kelompok tani konservasi. Meski demikian, budidaya yang dilakukan oleh
para kelompok tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan
bahkanpemeliharaan dan metode perbanyakan konvensional yang dilakukan oleh kelompok
tani belum dapat meningkatkan jumlah populasi anggrek tersebut bahkan
sebaliknya persentase kematian tanaman masih cukup tinggi. Sebagai contoh, sebanyak 80 tanaman anggrek yang diberikan,
tersisa 36 tanaman setelah 1 tahun (Metusala, 2006). Berdasarkan aksi yang dilakukan oleh
BKSD memang belum sepenuhnya berhasil karena adanya beberapa keterbatasan,
selain itu tumbuhan anggrek itu merupakan tumbuhan yang memang spesifik dan
tidak bisa hidup disembarang tempat.
Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan
teknologi untuk memperbanyak
dan meregenerasikan kembali anggrek Vanda tricolor. Oleh karena itu, maka aksi konservasi
yang dilakukan untuk mencegah agar spesies ini tetap ada, tidak punah dan
nantinya dikenal oleh genearasi berikutnya salah satunya adalah :
Keberadaan anggrek Vanda tricolor
yang semakin berkurang tersebut mendorong adanya upaya untuk pelestarian anggrek
Vanda tricolor ke habitat aslinya terutama
di lereng Gunung Merapi, sehingga kebutuhan bibit anggrek Vanda tricolor tergolong
tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jumlah bibit anggrek Vanda tricolor baik secara
vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif pada anggek yang tumbuh secara epifit
seperti anggrek Vanda tricolor ini dilakukan dengan cara stek menggunakan batang
pangkal (yang sudah tumbuh akar) atau dengan
menggunakan tunas atau anakan, sedangkan perbanyakan generatif pada anggrek
umumnya menggunakan biji. Keunggulan perbanyakan generatif menggunakan biji ialah jumlah bibit yang akan
dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif,
namun dikarenakan biji anggrek tidak mempunyai end
osperm,
perbanyakan menggunakan biji dilakukan secara kultur in vitro.
Perbanyakan anggrek
melalui kultur embrio secara in-vitro memberi peluang untuk dipertahankannya
variabilitas genetik tanaman (Avila-Diaz et al., 2009), namun protokol untuk
kultur in-vitro biji anggrek sangat spesifik untuk masing-masing spesies dan
salah satunya tergantung pada media pertumbuhan (Arditti, 1992; Stewart dan Kane2006). Sejauh ini riset untuk perkecambahan embrio anggrek Vanda tricolor
Lindl. var. suavis masih sangat sedikit dilaporkan.
Media untuk budidaya in
vitro Vanda tricolor Medium tanam
yang umumnya digunakan untuk tanaman anggrek adalah medium VW (Vacint and Went)
(Arifin dan Sulistyantara, 1993 dalam Handoko, 2013) namun, karena medium VW (Vacint
and Went) mengandung senyawa hara murni yang membutuhkan biaya cukup tinggi, sehingga perlu diupayakan untuk
mendapatkan
Medium alternatif
yang murah dan dapat menggantikan medium VW (Vacint and Went) untuk budidaya
anggrek Vanda tricolor.
Untuk penggunaan medium MS
dan VW, ditambah dengan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin (2,0 - 3,0
mg/l) NAA dan sitokinin (0,5 - 1,5 mg/l) TDZ, dan 20 g/l sukrosa.
Perbanyakan
anggrek secara in vitro dengan menggunakan bagian vegetatif sebagai eksplan seperti
daun atau pucuk dapat menghasilkan protocorm like bodies (PLB) atau plantlet
yang bersifat sama dengan induknya. Tokuhara dan Mii (1993) telah menghasilkan
lebih dari 10.000 PLB anggrek Phalaeonopsis dan Doritaenopsis selama 1 tahun dengan
mengkulturkan eksplan potongan pucuk pada media New Dogashima Media (NDM) yang mengandung
1 mg/l BAP dan 0,1 mg/l NAA. Media NDM
mengandung beberapa vitamin dan
bahan
organik yang mendorong pembentukan PLB pada
eksplan anggrek. Metode yang dilakukan oleh Tokuhara dan Mii (1993) akan
diadopsi untuk meregenerasikan anggrek Vanda tricolor secara in vitro.
Penggunaan
pupuk organik sebagai pengganti sumber hara atau nutrisi yang ada pada Medium VW (Vacint and Went) dapat menjadi
salah satu alternatif substitusi unsurhara dengan harga yang relatifmurah.
Selain unsur hara dan nutrisi, dalam pupuk organik juga terkandung asam amino
yang berfungsi sebagai sumber nitrogen organik dan dapat dimanfaatkan langsung
oleh jaringan tanaman, dan mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dapat
merangsang pertumbuhan pada jaringan tanaman, seperti pada penelitian Indriyanti
(2006) dalam Muawanah (2005) yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik dengan
konsentrasi 10 ml/liter ke dalam medium mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah
daun seedling anggrek Dendrobium spectabile.
Selain nutrisi,
sukrosa juga sangat dibutuhkan untuk medium untuk budidaya in vitro biji
anggrek karena dapat menjadi sumber energi pada eksplan. Kebutuhan sukrosa untuk
memberikan energi di dalam medium tanam dapat digantikan dengan ekstrak buah-buahan
yang banyak mengandung sukrosa, salah satunya ialah ekstrak buah kersen yang
dapat digunakan sebagai substitusi sukrosa / energi pada medium tanam untuk budidaya
in vitro biji anggrek Vanda tricolor.
Hal ini
dikarenakan buah kersen di Indonesia masih jarang dimanfaatkan dan mudah
didapat. Setiap 100 g buah kersen mengandung
77,8 g air,
0,384 g air,
1,56 g
lemak,
17,9 g
karbohidrat,
4,6 g serat,
1,14 g abu,
124,6 mg kalsium,
84 mg
fosfor,
1,18 mg
besi,
0,019 g
karoten,
0,065 g
tianin,
0,037 g riboflavin,
0,554 g
niacin,
80,5 mg vitamin
C,
dan memiliki
kandungan energi 380 kJ/100g (Handoko, 2013) sehingga diharapkan dapat
digunakan sebagai pengganti sukrosa pada medium budidaya in vitro biji anggrek.
Penggunaaan
ekstrak kersen sebagai substitusi alternatif untuk energi pada medium budidaya
in vitro biji anggrek juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handoko
(2013) yang menyebutkan bahwa pemberian pupuk daun Hyponex Hijau 1,5 g + Air kelapa
75 ml + agar 3,5 g + sukrosa 15 g + ekstrak kersen 50 g memberikan hasil yang
baik pada pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. khususnya pada pertumbuhan tunas,
tinggi tunas dan pertumbuhan daun. Oleh karena itu, maka diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengunaan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sebagai substitusi
medium
pada budidaya
in vitro biji anggrek anggrek Vanda tricolor.
Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat menggantikan medium kultur in vitro yang
membutuhkan biaya yang tinggi dengan menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah
kersen sehingga dapat menghemat biaya yang digunakan.
Permasalahan yang
spesifik dimiliki dengan riset V. tricolor di laboratorium yaitu seringkali
terjadi pencoklatan (browning) dengan intensitas yang tinggi pada medium
pertumbuhan. Kandungan fenolik yang
relatif tinggi pada jaringan tanaman diduga memicu terjadinya pencoklatan
tersebut, dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasinya.
Untuk mengatasi pencoklatan pada kultur embrio V. tricolor,
karena ekstrak buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) mengandung vitamin C,
antioksidan, gula dan senyawa lainnya sehingga dapat meningkatkan perkecambahan
dan pertumbuhan protokorm anggrek (Arditti and Ernst, 1993), selain itu karena
pertumbuhan embrio anggrek secara umum membutuhkan ekstrak bahan organik (Dodds,
1993; Dodds dan Roberts, 1995).
Buah anggrek Vanda tricolor yang setelah dicuci bersih dan siap untuk dicelupkan di alkohol dan dibakar yang diulang sebanyak 3 kali
Buah dicelupkan dalam spritus dan dibakar (hingga 3 kali) dan kemudian dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan formalin, untuk ditabur embrionya pada media yang sudah disiapkan. Embrio ditabur pada media dasar New Phalaenopsis/NP (Islam et al., 1998)
Buah anggrek Vanda tricolor setelah dibakar lalu dimasukkan ke dalam LAFC untuk nantinya bijinya ditabur di media tanam
Penanaman diawali dengan mendekatkan mulut botol kultur dengan lampu bunsen. Selama penanaman mulut botol kultur harus berada dekat dengan lampu bunsen guna mencegah kontaminasi. Eksplan berupa biji anggrek Vanda tricolor dengan menggunakan pinset panjang yang telah direndam dalam spirtus dan dibakar diatas lampu bunsen, eksplan siap ditanam dalam botol yang berisi media New Phalaenopsis dan kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil. Botol-botol selai yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan dan tanggal penanaman.
Anonim.
2007. Pesona Tanaman Hias Favorit. Penebar Swadaya. Depok. Hal:38
Arditi,
J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology.
John Wiley & Sons, Inc. New York.
Arditti,
J. and Ernst, R. 1993. Micropropagation of orchids. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Avila-Diaz,
I., Oyama, E.K., Gomez-Alonso, E.C. dan Salgado, R. 2009. “In vitro propagation
of thr endangered orchid Laelia speciosa”. Plant Cell Tiss. Organ Cult, 99.
335-343
Dodd, B.
1993. Plant tissue culture for horticulture. Queensland University of
Technology, Queensland.
Dodds, J.H.
and Roberts, L.W. 1995. Experiments in plant tissue culture, 3rd rev. ed. Cambridge
University Press, Cambridge.
Islam, MO.,
Ichihasi, S., Matsui, S. 1998. “Control of growth and development of protokorm
like body derived from callus by carbon sources in Phalaenopsis”. Plant
Biotechnol, 15. 183-187
Stewart,
S.L., dan Kane, M.E. 2006. “Asymbiotic seed germination and in vitro seedling
development of Habenaria macroceratitis (Orchidaceae), a rare Florida
terrestrial orchid”. Plant Cell Tissue Organ Cult., 86. 147–158
Tidak ada komentar:
Posting Komentar