Senin, 20 Desember 2010

BAHAN PELINDUNG TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

BAHAN PELINDUNG TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Untuk membasmi hama dan penyakit oleh karena serangga, siput, jamur, bakteri, dan virus maka penggunaan obat-obatan tidak boleh hanya terbatas manakala hama dan penyakit mulai menyerbu saja. Cara seperti itu tidak efektif dalam memberantas hama dan penyakit. Untuk itu sebaiknya secara teratur dan berkala menyemprotkan bahan-bahan pelindung untuk memberantas hama dan penyakit. Paling tidak tindakan penyemprotan dilakukan secara sebulan sekali. Denagan catatan bila cuaca tidak sering hujan. Sedangkan kalau musin penghujan maka penyemprotan bisa dilakukan lebih sering lagi misalkan saja 10 – 14 hari sekali. Dan apabila ini secara rutin dilakukan apada tanaman anggrek maka pastinya tidak akan ada hama penyakit yang mengganggu tanaman kita.
Kemudian satu hal lagi yang harus diketahui adalah bahwa jarang kita sadari bahwa pemakaian pestisida yang akibatnya baru diketahui setelah sekian lama adalah penggunaan satu merk pestisida secara terus menerus selama bertahun-tahun. Penggunaan satu macam merk bahan pestisida yang digunakan secara terus-menerus akan menyebabkan serangga, siput penyebab hama pengganggu dan jamur, bakteri dan virus penyebab penyakit akan menjadi kebal terhadap racun yang terkandung di dalam pestisida daan akibatnya pestisida tersebut tidak mempan lagi.
Kemudian banyak yang beranggapan bahwa semakin tinggi konsentrasi dikira semakin ampuh dalam membasmi hama dan penyakit. Padahal itu semuanya sama sekali tidak benar. Oleh karena itu jangan coba-coba melebihi aturan pakai yang biasanya terdapat di kemasan pestisida.
Lalu pestisida yang biasa digunakan untuk pencegahan merupakan pestisida yang bekerja secara sistemik yaitu pestisida yang diserap dahulu oleh jaringan tanaman sehingga racun beredar dimana-mana di seluruh bagian tubuh tanaman. Agar proses penyerapan racun itu berjalan lancar sebaiknya kita mengikuti aturan alam. Sebaiknya kita melakukan penyemprotan pada pagi hari ketika sel-sel tanaman yang giat-giatnya mengolah abahan makanan selama melakukan fotosintesis. Pada pagi hari pori-pori daun-daun tanaman (stomata) terbuka lebar sehingga mudah menyerap pestisida yang disemprotkan.
Adapun macam-macam pestisida adalah sebagai berikut :

MOLUSKISIDA
Penggunaan moluskisida konsentrasi yang dianjurkan sebesar 6 – 8 gram / 10 liter.
SIPUTOX 5 G
Berkhasiat untuk menghalau dan membasmi siput. Berbentuk butiran dan penggunaannya dengan cara dilarutkan di dalam air lalu disemprotkan ke tempat-tempat yang dicurigai sebagai sarang bersembunyinya siput misalkan saja tempat lembab dan dekat tumpukan sampah. Bisa juga disemprotkan di bagian daun dan media tanam.

INSEKTISIDA DAN NEMATISIDA
Penggunaan insektisida dan nematisida konsentrasi yang dianjurkan sebesar 1 – 3 gram / liter.
FURADAN
Memiliki 2 khasiat yaitu sebagai insektisida dan nematisida. Furadan ini berbentuk butiran warna merah jambu dan digunakan ke dalam tanah atau media tanam. Cara penggunaannya dengan cara ditaburkan atau dilarurkan ke dalam air lalu disemprotkan. Banyak sekali digunakan untuk memberantas hama uret atau larva kumbang.
SEVIN
Berbentuk serbuk berwarna putih dan berkhasiat untuk membasmi hama serangga. Digunakan dengan cara dilarutkan ke adalam air kemudian disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang sering menjadi incaran serangga misalkan saja daun muda atau bagian tubuh tumbuhan yang banyak mengandung air. Lalu bisa juga disemprotkan pada daerah kerumunan hama, atau lokasi yang sering menjadi tempat persembunyian hama misalkan saja tempat yang teduh.
MALATION
Berbentuk cair dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Konsentrasi untuk bahan ini adalah 3 gram / liter air. Selain bisa digunakan untuk membasmi hama bahan ini bisa juga digunakan untuk membasmi kecoa di dalam rumah. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan.
DAZOMET
Memiliki 3 khasiat sekaligus yaitu sebagai nematisida (anti cacing), fungisida (anti jamur), dan insektisida (anti serangga).
Penggunaannya dilarutkan dalam air sebelum digunakan dan disemprotkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.

FUNGISIDA
Untuk fungisida biasanya konsentrasi yang dianjurkan adalah sebesar 1 – 2 gram per liter.
DEROSAL
Berbentuk serbuk berwarna putih gading. Berguna untuk mengobati dan mencegah karat daun dan busuk akar yang disebabkan oleh karena jamur. Digunakan dengan cara GREENVILLE
Bahan ini berbentuk serbuk. Cara menggunakannya dengan cara dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Bahan ini berkhasiat untuk mengobati karat daun dan busuk akar yang disebabkan oleh jamur. Disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang terkena atau bagian yang rawan terjangkit misalkan saja daun dan akar.
VEMILEK
Bahan ini berbentuk serbuk dan penggunaannya dengan cara dilarutkan ke dalam air sebelum digunakan. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke bagian daun atau media tanam. Berfungsi untuk mencegah penyakit karat daun.
DITHANE M-45
Bahan ini berbentuk serbuk putih dan berguna untuk mencegah dan mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur. Sebelum digunakan harus dilarutkan dulu ke dalam air terlebih dahulu. Konsentarasi ayang diaanjurkan adalah 1 – 2 gram / liter air. Cara penggunaannya dengan cara disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang terserang jamur, atau disiramkan ke media tanam. Untuk pencegahan terhadap jamur pada tumbuhan yang akan di tanam bagian akarnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan yang mengandung Dithane M 45 ini.
AGREPT 20 WP
Bahan ini berbentuk serbuk berwarna putih dan cara penggunaannya dengan melarutkan ke dalam air terlebih dahulu lalu disemprotkan ke bagian tubuh tumbuhan yang sakit. Untuk mengatasi jamur di bagian akar bisa pula penggunaannya dengan cara ditaburkan ke media tanam lalu setelah ditaburkan ke media tanam di siram dengan air.
DUPONT DELSENE MX 80 WP
Bahan ini berbentuk serbuk dan cara penggunaannya dengan cara dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air sebelum digunakan. Agar lebih efektif dalam pengggunaannya bisa dicampur dengan perekat. Bahan perekat ini bisa dibeli secara terpisah. Fungisida ini berfungsi untuk mengobati dan menangkis penyakit yang disebabkan oleh karena jamur.

Dalam hubungannya dengan penyakit yan disebabkan oleh jamur serta cara untuk menatasi jamur ini, maka kita juga perlu mengetahui cara kerja anti jamur, macam jamur dan bahan apa yan menyusun tubuh jamur, dan itu isa kita lihat dari uraian di bawah ini.
Mekanisme anti jamur:
Amfoterisin: merusak membran sitoplasma.
Nistatin: membentuk kompleks dengan sterol.
5-fluorsitosin: menghambat sintesis protein. Ketiga obat ini (amfoterisin, nistatin, 5-fluorsitosin mempunyai spektrum kerja yang luas).
Klotrimazol
Mikonazol
Itrakonazol. Ketiga obat ini (klotrimazol, mikonazol, itrakonazol mempunyai spektrum kerja yang luas untuk semua jamur).
Griseofulvin: spektrum kerja sempit , yaitu hanya untuk microsporum dan epidermophyton dengan mekanisme kerja adalah menghambat sintesis RNA dan menghambat sintesis khitin.
Sikloheksimid
Asam fusidat
Sparsomisin
Blastisidin. Keempat obat di atas (sikloheksimid, asam fusidat, sparsomisin, dan blastisidin) bekerja dengan menghambat sintesis ribosom eukariota dan bakteri dengan menghambat sintesis protein inisiasi rantai peptida dan efek terhadap sintesis DNA.
Paktamisin: dengan inhibitor selektif pada inisiasi rantai globin dan inhibitor elongasi rantai polipeptida pada 40S ribosom.

Jamur yang mengandung khitin (β 1-4-polimer N-asetilglukosamin):
Blastocadiella emersonii mengandung khitin glikosa
Coprinus cinereus mengandung khitin glukosa
Neurospora crassa mengandung khitin glukan
Mucor rouxii mengandung khitin khitosan
Untuk menghambat sintesis khitin dapat digunakan obat Polioksin D dan Griseofulvin.

Jamur oportunistik adalah jamur yang dapat menginfeksi apabila pertahanan tubuh lemah.

Tunikamisin: misalnya Saccharomyces cereviceae dapat menghambat jamur yang mengandung Manan.

Komponen membran jamur:
Lipid
Sterol: mengandung ergosterol, misalnya (Candida, Saccaromyces, dan Aspergillus). Antijamur terhadap sterol: 1. Poliena (membentuk kompleks), 2. Azol (hambatan sintesis), 3. Serulenin (hambatan sintesis lipid, asam lemak, dan sterol).

Sumber :
B. Joko Prasetyo, Merawat Anggrek, Trubus Edisi Oktober 1986, hal : 14 – 15.
Teguh, Obat dan Zat Pelindung Tanaman, Majalah Garden, edisi 22/II/Januari 2009, hal : 12-13.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar