Jumat, 05 Maret 2010

PENYAKIT BUSUK DAUN PADA ANGGREK BULAN ( Phalaenopsis sp ).

Phalaenopsis lindenii

Oleh : Dyah Widiastoety

Puslitbang Holtikultura Badan Litbang Pertanian.

Foto : Sulistyono

Tanaman anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias yang selain mempunyai nilai estetika tinggi, juga secara ekonomis cukup menguntungkan. Saat ini banyak orang memilihnya sebagai lapangan usaha.

Salah satu konsekwensinya dalam pengelolaan tanaman anggrek adalah timbulnya masalah penyakit yang secara langsung dapat merugikan. Penyakit yang banyak menyerang tanaman anggrek bulan ( Phalaenopsis sp. ) adalah busuk daun. Gejala penyakit busuk daun ini ditandai dengan timbulnya bercak yang berwarna lebih gelap dibandingkan dengan daun yang sehat. Selanjutnya daun menjadi lunak dan berair, turgornya hilang, dan mengeluarkan bau yang khas. Penyakit ini akan menjalar ke bagian pucuk tanaman ( titik tumbuh ) sehingga dalam waktu singkat tanaman akan mati. Pemberantasan yang dilakukan pada umumnya adalah memotong daun yang terserang penyakit atau membuang tanaman tersebut.

Pada umumnya infeksi bakteri pada anggrek bulan terjadi bila pada permukaan tanaman terdapat genangan air dan kurangnya sirkulasi udara. Bakteri masuk ke dalam tanaman melalui mulut daun ( stomata ) atau karena adanya luka. Infeksi yang ditimbulkan disebabkan oleh Erwinia carotovora yang lebih dikenal sebagai penyakit busuk ”Soft rot”.

Menurut McCorcle et al. ( 1969 ) penyakit busuk daun pada anggrek bulan disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa. Burnett ( 1974 ) melaporkan bahwa pemberantasan untuk bercak kecil yang terdapat pada permukaan daun bagian atas dapat dilakukan dengan menggunakan larutan sublimat 0,1 %. Bagian yang terinfeksi tersebut diolesi dengan larutan sublimat 0,1 %. Burnett ( 1974 ) melaporkan bahwa consan-20 yang mengandung senyawa khlor sangat efektif dalam pemberantasan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri.

Dalam usaha pemberantasan bakteri selain digunakan senyawa-senyawa antibakteria, digunakan pula antibiotika. Antibiotika yang digunakan dalam bidang pertanian terdiri dari formula Streptomycin atau streptomycin dengan terramycin. Menurut Agrios ( 1970 ) beberapa antibiotika seperti streptomycin telah berhasil mengurangi infeksi ”soft rot” pada tanaman bila disemprotkan pada tanaman di lapang atau dalam penyimpanan. Akan tetapi, penggunaan ini tidak dapat digunakan secara besar-besaran mengingat residu yang ditinggalkan tidak dikehendaki pada hasil produk pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar