Laman

Kamis, 08 Februari 2018

Upaya Pelestarian dan Budidaya Vanda tricolor



Upaya Pelestarian dan Budidaya Vanda tricolor

Vanda tricolor yang saat ini sedang gencar dikembalikan ke alam. Vanda dalam bahasa Sansekerta berarti indah. William Roxburgh yang  menyematkan nama Vanda pada tahun 1795. (Anonim, 2007). Dalam situs Perhimpunan Pecinta Anggrek menyebutkan beberapa ciri fisik anggrek vanda tricolor, diantaranya:
1.    Batang pipih beruas-ruas tertutup daun pada bagian atas, bagian bawah yang tidak tertutup daun banyak tumbuh akar yang besar.
2.    Daun berbentuk V, agak tebal dan agak kaku, panjang 30 - 60 cm atau lebih (tergantung tempat tumbuh).
3.    Tandan bunga muncul dari batang yang berdaun di sela-sela ruas antar daun dengan panjang bisa mencapai 30 cm lebih. Dari tandan bunga dapat muncul 5 - 12 bunga. Bunganya mempunyai banyak ragam warna, dengan warna dasar putih atau kuning, varian totol coraknya beragam, begitu juga warna lidahnya beranekaragam, tergantung asal habitatnya (Anonim, 2008 c).
Umumnya, Vanda tricolor digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong serta banyak dimanfaatkan sebagai induk persilangan, khususnya untuk menghasilkan spot-spot ungu, warna ungu kemerahan pada labellum, tandan bunga yang panjang, kuntum yang banyak pada hibrid dan keturunannya serta menghasilkan aroma harum. Hal itulah yang menyebabkan angrek ini banyak diburu dan diambil dari habitatnya di hutan sehingga keberadaanya semakin langka.
Anggrek Vanda tricolor khas Merapi nyaris punah sehingga berbagai upaya untuk melestarikan perlu dilakukan. Beberapa kali terkena terjangan awan panas Gunung Merapi mengancam keberadaan tumbuhan anggrek khas lereng Gunung Merapi, Vanda tricolor. Kerusakan kawasan hutan lereng selatan gunung Merapi menyebabkan lambatnya pertumbuhan serta perkembangbiakan. Anggrek berbunga putih dengan bercak totol ungu kemerahan ini tumbuh liar menempel pada batang pohon di lereng selatan Merapi wilayah Sleman  “Kawasan hutan lindung dan cagar alam Plawangan Turgo pernah dilanda kebakaran pada Oktober 2002, dan juga akibat dari erupsi pada 2006 serta 2010,” kata Titi, seorang pemilik kebun anggrek di Jalan Boyong, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Terjangan awan panas erupsi Merapi pada 1994 sempat menghanguskan habitat asli anggrek tersebut. Untuk mempertahankan dan membudidayakan anggrek khas lereng Merapi yang tidak ada di tempat lain ini, Titi sedang mengupayakan beberapa langkah, termasuk pemberian bibit anggrek kepada siapa saja yang berniat membudidayakannya.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta telah berupaya alternatif perbaikan untuk melestarikan V. tricolor, melalui pembentukan unit pelaksana budidaya yang disebut kelompok tani konservasi. Meski demikian, budidaya yang dilakukan oleh para kelompok tani konservasi selama 3,5 tahun kurang menunjukkan perkembangan bahkanpemeliharaan dan metode perbanyakan konvensional yang dilakukan oleh kelompok tani belum dapat meningkatkan jumlah populasi anggrek tersebut bahkan sebaliknya persentase kematian tanaman masih cukup tinggi. Sebagai contoh, sebanyak 80 tanaman anggrek yang diberikan, tersisa 36 tanaman setelah 1 tahun (Metusala, 2006). Berdasarkan aksi yang dilakukan oleh BKSD memang belum sepenuhnya berhasil karena adanya beberapa keterbatasan, selain itu tumbuhan anggrek itu merupakan tumbuhan yang memang spesifik dan tidak bisa hidup disembarang tempat.
Oleh karena itu perlu diupayakan perbaikan teknologi untuk  memperbanyak dan meregenerasikan kembali anggrek Vanda tricolor. Oleh karena itu, maka aksi konservasi yang dilakukan untuk mencegah agar spesies ini tetap ada, tidak punah dan nantinya dikenal oleh genearasi berikutnya salah satunya adalah :
Keberadaan anggrek Vanda tricolor yang semakin berkurang tersebut mendorong adanya upaya untuk pelestarian anggrek  Vanda tricolor ke habitat aslinya terutama di lereng Gunung Merapi, sehingga kebutuhan bibit anggrek Vanda tricolor tergolong tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jumlah  bibit anggrek Vanda tricolor baik secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan vegetatif pada anggek yang tumbuh secara epifit seperti anggrek  Vanda tricolor ini  dilakukan dengan cara stek menggunakan batang pangkal (yang sudah tumbuh akar)  atau dengan menggunakan tunas atau anakan, sedangkan perbanyakan generatif pada anggrek umumnya menggunakan biji. Keunggulan perbanyakan generatif  menggunakan biji ialah jumlah bibit yang akan dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan perbanyakan secara vegetatif, namun dikarenakan biji anggrek tidak mempunyai end
osperm, perbanyakan menggunakan biji dilakukan secara kultur in vitro.
Perbanyakan anggrek melalui kultur embrio secara in-vitro memberi peluang untuk dipertahankannya variabilitas genetik tanaman (Avila-Diaz et al., 2009), namun protokol untuk kultur in-vitro biji anggrek sangat spesifik untuk masing-masing spesies dan salah satunya tergantung pada media pertumbuhan (Arditti, 1992;  Stewart dan Kane2006).  Sejauh ini riset  untuk perkecambahan embrio anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis masih sangat sedikit dilaporkan.
Media untuk budidaya in vitro Vanda tricolor Medium tanam yang umumnya digunakan untuk tanaman anggrek adalah medium VW (Vacint and Went) (Arifin dan Sulistyantara, 1993 dalam Handoko, 2013) namun, karena medium VW (Vacint and Went) mengandung senyawa hara murni yang membutuhkan biaya cukup  tinggi, sehingga perlu diupayakan untuk mendapatkan
Medium alternatif yang murah dan dapat menggantikan medium VW (Vacint and Went) untuk budidaya anggrek Vanda tricolor.
Untuk penggunaan medium MS dan VW, ditambah dengan perlakuan kombinasi zat pengatur tumbuh auksin (2,0 - 3,0 mg/l) NAA dan sitokinin (0,5 - 1,5 mg/l) TDZ, dan 20 g/l sukrosa.
Perbanyakan anggrek secara in vitro dengan menggunakan bagian vegetatif sebagai eksplan seperti daun atau pucuk dapat menghasilkan protocorm like bodies (PLB) atau plantlet yang bersifat sama dengan induknya. Tokuhara dan Mii (1993) telah menghasilkan lebih dari 10.000 PLB anggrek Phalaeonopsis dan Doritaenopsis selama 1 tahun dengan mengkulturkan eksplan potongan pucuk pada  media New Dogashima Media (NDM) yang mengandung 1 mg/l BAP dan 0,1 mg/l NAA.  Media NDM mengandung beberapa vitamin dan
bahan organik  yang mendorong pembentukan PLB pada eksplan anggrek. Metode yang dilakukan oleh Tokuhara dan Mii (1993) akan diadopsi untuk meregenerasikan anggrek Vanda tricolor secara in vitro.
Penggunaan pupuk organik sebagai pengganti sumber hara atau nutrisi yang ada pada  Medium VW (Vacint and Went) dapat menjadi salah satu alternatif substitusi unsurhara dengan harga yang relatifmurah. Selain unsur hara dan nutrisi, dalam pupuk organik juga terkandung asam amino yang berfungsi sebagai sumber nitrogen organik dan dapat dimanfaatkan langsung oleh jaringan tanaman, dan mengandung ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) yang dapat merangsang pertumbuhan pada jaringan tanaman, seperti pada penelitian Indriyanti (2006) dalam Muawanah (2005) yang menyebutkan bahwa penggunaan pupuk organik dengan konsentrasi 10 ml/liter ke dalam medium mampu meningkatkan pertumbuhan jumlah daun seedling anggrek Dendrobium spectabile.
Selain nutrisi, sukrosa juga sangat dibutuhkan untuk medium untuk budidaya in vitro biji anggrek karena dapat menjadi sumber energi pada eksplan. Kebutuhan sukrosa untuk memberikan energi di dalam medium tanam dapat digantikan dengan ekstrak buah-buahan yang banyak mengandung sukrosa, salah satunya ialah ekstrak buah kersen yang dapat digunakan sebagai substitusi sukrosa / energi pada medium tanam untuk budidaya in vitro biji anggrek Vanda tricolor.
Hal ini dikarenakan buah kersen di Indonesia masih jarang dimanfaatkan dan mudah didapat. Setiap 100 g buah kersen mengandung
77,8 g air,
0,384 g air,
1,56 g lemak,
17,9 g karbohidrat,
4,6 g serat,
1,14 g abu,
124,6 mg kalsium,
84 mg fosfor,
1,18 mg besi,
0,019 g karoten,
0,065 g tianin,
0,037 g riboflavin,
0,554 g niacin,
80,5 mg vitamin C,
dan memiliki kandungan energi 380 kJ/100g (Handoko, 2013) sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti sukrosa pada medium budidaya in vitro biji anggrek.
Penggunaaan ekstrak kersen sebagai substitusi alternatif untuk energi pada medium budidaya in vitro biji anggrek juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2013) yang menyebutkan bahwa pemberian pupuk daun Hyponex Hijau 1,5 g + Air kelapa 75 ml + agar 3,5 g + sukrosa 15 g + ekstrak kersen 50 g memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. khususnya pada pertumbuhan tunas, tinggi tunas dan pertumbuhan daun. Oleh karena itu, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengunaan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sebagai substitusi medium
pada budidaya in vitro biji anggrek anggrek Vanda tricolor.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menggantikan medium kultur in vitro yang membutuhkan biaya yang tinggi dengan menggunakan pupuk organik dan ekstrak buah kersen sehingga dapat menghemat biaya yang digunakan.
Permasalahan yang spesifik dimiliki dengan riset V. tricolor di laboratorium yaitu seringkali terjadi pencoklatan (browning) dengan intensitas yang tinggi pada medium pertumbuhan.   Kandungan fenolik yang relatif tinggi pada jaringan tanaman diduga memicu terjadinya pencoklatan tersebut, dengan demikian diperlukan upaya untuk mengatasinya.
Untuk mengatasi pencoklatan pada kultur embrio V. tricolor, karena ekstrak buah tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) mengandung vitamin C, antioksidan, gula dan senyawa lainnya sehingga dapat meningkatkan perkecambahan dan pertumbuhan protokorm anggrek (Arditti and Ernst, 1993), selain itu karena pertumbuhan embrio anggrek secara umum membutuhkan ekstrak bahan organik (Dodds, 1993; Dodds dan Roberts, 1995).
Buah anggrek V.tricolor Lindl. dipanen, dicuci bersih. 

Buah Vanda tricolor dicuci bersih

 Buah anggrek Vanda tricolor yang setelah dicuci bersih dan siap untuk dicelupkan di alkohol dan dibakar yang diulang sebanyak 3 kali

Buah dicelupkan dalam spritus dan dibakar (hingga 3 kali) dan kemudian dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yang telah disterilkan terlebih dahulu dengan formalin, untuk ditabur embrionya pada media yang sudah disiapkan. Embrio ditabur pada media dasar New Phalaenopsis/NP (Islam et al., 1998)

 
Buah anggrek Vanda tricolor setelah dibakar lalu dimasukkan ke dalam LAFC untuk nantinya bijinya ditabur di media tanam

Penanaman diawali dengan mendekatkan mulut botol kultur dengan lampu bunsen. Selama  penanaman mulut botol kultur harus berada dekat dengan lampu bunsen guna mencegah kontaminasi. Eksplan berupa biji anggrek Vanda tricolor dengan menggunakan pinset panjang yang telah direndam dalam spirtus dan dibakar diatas lampu bunsen, eksplan siap ditanam dalam botol yang berisi media New Phalaenopsis dan kemudian ditutup kembali dengan aluminium foil. Botol-botol selai yang telah diberi label sesuai dengan perlakuan dan tanggal penanaman.

 Setelah 3 minggu setelah ditabur mulai ada biji Vanda tricolor yang mulai berkecambah dan nampak berwarna hijau

 PLB dari biji Vanda tricolor yang ditabur setelah 7 bulan dari penaburan

Anonim. 2007. Pesona Tanaman Hias Favorit. Penebar Swadaya. Depok. Hal:38
Arditi, J. 1992. Fundamentals of Orchid Biology. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Arditti, J. and Ernst, R. 1993. Micropropagation of orchids. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Avila-Diaz, I., Oyama, E.K., Gomez-Alonso, E.C. dan Salgado, R. 2009. “In vitro propagation of thr endangered orchid Laelia speciosa”. Plant Cell Tiss. Organ Cult, 99. 335-343
Dodd, B. 1993. Plant tissue culture for horticulture. Queensland University of Technology, Queensland.
Dodds, J.H. and Roberts, L.W. 1995. Experiments in plant tissue culture, 3rd rev. ed. Cambridge University Press, Cambridge.
Islam, MO., Ichihasi, S., Matsui, S. 1998. “Control of growth and development of protokorm like body derived from callus by carbon sources in Phalaenopsis”. Plant Biotechnol, 15. 183-187
Stewart, S.L., dan Kane, M.E. 2006. “Asymbiotic seed germination and in vitro seedling development of Habenaria macroceratitis (Orchidaceae), a rare Florida terrestrial orchid”. Plant Cell Tissue Organ Cult., 86. 147–158



Tidak ada komentar:

Posting Komentar