Laman

Rabu, 31 Mei 2017

Keanekaragaman Anggrek Di Indonesia

Keanekaragaman Anggrek Di Indonesia

Di Indonesia merupakan negara ke dua di duna yang paling kaya plasma nutfah anggreknya setelah Brazil. ada sekitar 5000 spesies tanaman anggrek. Dari sekian banyak tanaman anggrek tersebut ada sekitar 70 % nya merupakan anggrek epifit atau tanaman anggrek yang hidup menempel atau menggantung di pohon.
Karena hampir 70 % tanaman anggrek yang ada di Indonesia merupakan anggrek epifit maka sangat besar kemungkinannya mengalami ancaman kepunahan, oleh karena jika saja tanamannnya mati maka selesai juga hidup tanaman anggrek epifit tersebut. Ancaman kepunahan anggrek di Indonesia semakin meningkat karena Indonesia merupakan negara tropis dimana di negara tropis inilah merupakan tempat mayoritas berkembangnya anggrek di dunia. Level endemis di Indonesia sangat banyak satu dari sepuluh keanekaragaman anggrek ada di Indonesa. 
Di luar ketergantungannya pada makhluk lain, anggrek sangat bergantung pada lingkungan sekitar. Jika lingkungannya sehat dan bagus, anggrek dipastikan akan bisa hidup dan bertahan lama.
Masalah lainnya adalah anggrek juga bisa saja tidak hidup di alam liar, tapi dibudidayakan dengan baik. Itu juga bisa, tetapi anggrek pasti tidak akan bisa bertahan ketika dikembalikan ke habitat aslinya. Ini juga jadi masalah.
Anggrek itu adalah tanaman hias yang banyak disukai oleh orang di seluruh dunia. Tapi, karena itu juga, akhirnya menjadi gampang punah. Indonesia diharapkan untuk bisa menyelamatkan anggrek dari kepunahan.
Berikut keanekaragaman anggrek yang ada di Indonesia

Paraphalaenopsis 
Tahukah anda anggrek yang benar-benar satu genera/marga yang “native” atau hidup hanya di Indonesia? Namanya Paraphalaenopsis atau nama lainnya Anggrek Bulan Bintang, anggrek asal Kalimantan, anggrek simpodial yang daunnya mirip anggrek bulan (Phalaenopsis) tapi kecil mirip vanda ini biasanya epifit pada pohon di dekat aliran sungai di dataran rendah dengan ketinggian 300 m dpl.
Genera Paraphalaenopsis hanya terdiri dari 4 species, antara lain:
Paraphalaenopsis denevei
Paraphalaenopsis laycocki,
Paraphalaenopsis labukensis
Paraphalaenopsis serpentilingua.


Paraphalaenopsis denevei

 Paraphalaenopsis laycocki

Paraphalaenopsis labukensis

Paraphalaenopsis serpentilingua

Sayangnya ketika banyak kolektor yang bosan, penyilangnya kebanyakan berasal dari Singapura, salah satu silangan atau hybrid alaminya adalah : 
Paraphalaenopsis denevei x Paraphalaenopsis serpentilingua -> Paraphalenopsis sunny          
Paraphalaenopsis laycockii x Paraphalaenopsis serpentilingua -> Paraphalenopsis kolopaking
Paraphalaenopsis denevei x Paraphalaenopsis laycockii -> Paraphalaenopsis budiarjo
Semoga semakin banyak penyilang lokal di Indonesia yang mengembangkan Paraphalaenopsis ini di masa yang akan datang kelak.


Phalaenopsis
Phalaenopsis amabilis (L.) Blume adalah salah satu dari sekitar 36 jenis Anggrek anggota marga Phalaenopsis. Jenis anggrek ini sering dikenal dengan nama Anggrek Bulan. Padahal jika diperhatikan morfologi bunganya, Anggrek ini lebih mirip dengan kupu-kupu, sesuai dengan asal kata Phalaenopsis yakni “Phalaina”  yang berarti kumbang, kupu-kupu dan “Opsis” yang berarti bentuk. Oleh karena itu di beberapa negara Anggrek ini juga dikenal dengan nama Moth Orchid (Anggrek Kumbang).
Pembentukan genus Phalaenopsis dilakukan oleh ilmuwan dunia bernama Carl Blume pada tahun 1825  berdasarkan penemuan Phalaenopsis amabilis di Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Sebelumnya Phalaenopsis amabilis pernah ditemukan terlebih dahulu oleh Rumphius pada 1750. Namun pada saat itu Rumphius mengidentifikasinya sebagai anggota marga Angraecum.
Phalaenopsis amabilis adalah anggrek epifit yang hidup menempel pada batang atau dahan tumbuhan berkayu. Batangnya sangat pendek dan tertutup oleh daun yang berbentuk jorong , tebal berdaging dan tersusun rapat. Daunnya berukuran panjang 20-30 cm, lebar 7-12 cm. Bunga tersusun dalam karangan berbentuk tandan dengan jumlah kuntum mencapai 25 per tandan. Diameter bunga saat mekar 6-12 cm.
Perhiasan bunga Phalaenopsis amabilis berjumlah 6, masing-masing 3 daun mahkota dan 3 daun kelopak. Daun kelopak berwarna putih, berbentuk jorong dengan ujung meruncing. Dua daun mahkota juga berwarna putih dengan bentuk lebih lebar dibanding daun kelopak, ujungnya tumpul sementara pangkalnya menyempit. Satu daun mahkota mengalami deferensiasi baik dalam hal bentuk, ukuran, corak dan warna. Hal ini juga dijumpai di hampir seluruh bunga Anggrek dan menjadi salah satu penciri yang khas antar jenis Anggrek. Perhiasan bunga  yang mengalami deferensiasi tersebut dinamakan Labellum atau Bibir.
Bibir Phalaenopsis amabilis didominasi warna putih dan kuning dengan tingkat kecerahan berbeda, bertaju 3, ujung bersulur, bagian  dalam dijumpai corak/bercak kemerahan. Saat mekar bunganya sanggup bertahan hingga 3 minggu,
Phalaenopsis amabilis adalah Anggrek asli Indonesia. Selain di Indonesia anggrek ini dilaporkan dijumpai di Pulau Palawan (Filipina), Taiwan, Australia dan Papua New Guinea. Meskipun demikian proses evolusi dan penyebaran Phalaenopsis amabilis masih menjadi pertanyaan. Sebuah hipotesis menduga Phalaenopsis amabilis berkembang dari jenis lain seperti Phalaenopsis aphrodite yang merupakan anggrek asli Palawan. Selama proses evolusi berlangsung anggrek tersebut tersebar ke Taiwan dan Sabah di pulau Kalimantan. Dari Sabah jenis ini kemudian tersebar ke Sulawesi dan Sumatera disertai perubahan pada beberapa karakternya, seperti warna daun yang menjadi lebih hijau. Jenis yang berada di Sumatera kemudian berkembang dan tersebar ke Jawa hingga mengarah ke timur seperti Maluku dan Papua.


Hingga saat ini di Indonesia Phalaenopsis amabilis dapat ditemukan di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon hingga Papua.  Phalaenopsis amabilis tumbuh baik di tempat yang teduh. Anggrek ini dijumpai di hutan-hutan basah pada ketinggian antara 50-600 dpl. Di masing-masing pulau Phalaenopsis amabilis memiliki kekhasan yang berbeda. Oleh karena itu di Indonesia dijumpai beberapa varietas dan subspesies dari anggrek ini, salah satu yang cukup dikenal adalah Phalaenopsis amabilis Pelaihari.

Phalaenopsis amabilis Pelaihari

Di Kalimantan Selatan terdapat anggrek bulan spesies yang bisa diunggulkan, yaitu anggrek bulan Pelaihari. Anggrek bulan Pelaihari ini paling bagus dijadikan sebagai inti silang, karena adanya berbagai kelebihan yang tidak terdapat pada anggrek jenis lainnya di daerah lain. Masa berbunga cukup lama antara tiga sampai enam bulan, sedangkan anggrek biasa tidak lebih dari satu bulan.
Selain itu, anggrek bulan Pleihari memiliki jumlah kuntum dalam satu tangkai bisa mencapai 25-50 buah, sedangkan anggrek biasa hanya 10-15 kuntum, dan banyak cabang dalam tangkai, sedangkan anggrek lainnya hanya satu cabang.
Anggrek Bulan Pleihari ini juga merupakan salah satu jenis anggrek yang memiliki bunga sangat indah berwarna putih bersih dan bernilai ekonomi yang tinggi.
Atas dasar keindahan dan kekhasan tersebut, Phalaenopsis amabilis ditetapkan sebagai satu dari tiga Bunga Nasional Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 tersebut, Phalaenopsis amabilis disebut sebagai Puspa Pesona Indonesia. Dua bunga nasional lainnya adalah Melati (Jasminum sambac) yang dikenal sebagai Puspa Bangsa dan Bunga Padma Raksasa (Raflessia arnoldi) sebagai Puspa Langka.
Phalaenopsis amabilis adalah jenis Anggrek yang sangat mendunia. Popularitasnya bahkan telah menjulang jauh sebelum ditetapkan sebagai Puspa Pesona Indonesia. Warna putihnya yang kuat, bentuk bunganya yang eksotis serta bentuk labellum yang khas membuat Phalaenopsis amabilis banyak dipilih sebagai induk silangan untuk menghasilkan hibrida-hibrida unggul.
Namun sayang popularitas Phalaenopsis amabilis sebagai Puspa Pesona dan bunga asli Indonesia justru terdesak di tanah air. Keberadaannya di alam semakin sukar dijumpai akibat perdagangan gelap maupun kerusakan hutan. Serbuan jenis-jenis anggrek serupa dari luar negeri yang beredar di pasar Anggrek nasional juga turut berkontrobusi. Hal itu diperparah dengan belum mampunya Indonesia mengembangkan potensi anggrek ini secara maksimal. Pengembangan hibrida-hibrida unggul dari induk Phalaenopsis amabilis di dalam negeri jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura dan Taiwan. Phalaenopsis amabilis, Bunga Nasional yang cantik penuh pesona inipun akhirnya merana di tanahnya sendiri. Lantas apa yang bisa kita perbuat ?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar