Laman

Selasa, 23 Mei 2017

Budidaya Tanaman Porang Dengan Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan

Budidaya Tanaman Porang Dengan Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan

Tanaman porang (amorphopallus oncophillus), di Kupang  biasa disebut  'maek' adalah tanaman yang hidup di hutan tropis. Namun bisa juga ditanam di dataran rendah dan mudah hidup di antara tegakan pohon hutan seperti misalnya jati dan pohon sono.
Batangnya tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun.
Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil/katak berwarna coklat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan tanaman porang. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah. Porang memiliki umbi yang akan dipungut hasilnya karena memiliki zat glucomanan.
Tanaman tersebut kini mempunyai prospek yang menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi yang bisa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan kesehatan.Umbi porang itu bermanfaat untuk bahan lem, agar-agar, mie, tahu, kosmetik dan roti, jelly, edible film, perekat tablet, pembungkus kapsul, penguat kertas dan lain lain.  
Syarat Tumbuh Porang
Tanaman Porang pada umumnya dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya. Beberapa syarat yang diperlukan tersebut antara lain:
1. Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.
2. Keadaan Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/ subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.
3. Kondisi Lingkungan
Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik.
Untuk masa panen, tanaman porang dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan). Dalam setiap pohon dapat memanen hasil sebanyak 2 Kg umbi, dan dalam setiap hektarnya dapat diperoleh 12 ton atau sekitar 1,5 ton kering.
Setelah dipanen umbi porang lalu dipotong-potong, selanjutnya potongan porang ini harus dikeringkan sebelum dikirim ke pengepul dan nantinya dijual ke luar negeri.
Untuk mengeringkan porang ini dibutuhkan waktu sekitar tiga hari hingga sepekan. Tergantung kondisi cuaca. Ketika cuaca sangat terang, proses pengeringan bisa cepat begitu juga sebaliknya.
Setelah dikeringkan, nantinya lempengan porang itu akan menyusut dan warnanya berubah menjadi hitam. Beratnya juga akan menyusut dan lempengan porang yang awalnya lebar berubah menjadi kecil.
“Penyusutannya cukup tinggi, biasanya untuk 1 kuintal porang kalau kering hanya menjadi 17 kg. Tapi itu tergantung kualitas porangnya juga. Ada porang yang kualitasnya bagus, menyusutnya juga tidak terlalu tinggi,” jelas dia kepada Madiunpos.com.
Dia menuturkan pada tahun lalu porang basah dihargai Rp3.000/kg dan porang kering Rp35.000/kg. Porang yang kering ini nantinya diserahkan ke pengepul dan dilanjutkan dijual ke luar negeri.
Setelah mengetahui potensi ekonom,inya yang perlu kita ketahui bagaimana perkembangbiakan tanaman porang ini.

Perkembangbiakan Porang
Perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman Porang dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu antara lain:
1. Perkembangbiakan dengan Katak
Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
2. Perkembangbiakan dengan Biji/Buah
Tanaman Porang pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji. Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit Porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
3. Perkembangbiakan dengan Umbi
  • Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
  • Dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah  sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Akan tetapi saat ini ada kabar gembira bawasannya tanaman porang tidak hanya bisa dibudidayakan seperti apa yang diuraikan di atas. Karena cara budidaya di atas akan mengalami kendala bila dibutuhkan bibit porang dalam jumlah besar. Dan untuk mengatasi perlunya penyediaan bibit tanaman porang dalam jumlah besar hanya bisa diatasi dengan cara budidaya secara kultur jaringan tumbuhan. Dan saat ini di Indonesia untuk budidaya porang secara kultur jaringan tumbuhan ada yang telah melakukan dan telah menunjukkan hasiul positif dan ini sangat prospektik di masa yang akan datang.
Berikut ini dokumentasi budidaya tanaman porang dengan teknik kultur jaringan tumbuhan.


Pembentukan kalus yang bersifat remah dan berair pada tanaman porang yang dibudidayakan secara kultur jaringan tumbuhan
Kumpulan kalus dari eksplan tanaman porang yang mulai membentuk tunas
Tunas porang yang tumbuh dari kalus nampak tumbuh 
Plantlet tanaman porang hasil kultur jaringan tumbuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar