Laman

Rabu, 30 Maret 2011

VARIASI YANG TERJADI PADA PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK SECARA BUDIDAYA JARINGAN

VARIASI YANG TERJADI PADA PERBANYAKAN TANAMAN ANGGREK SECARA BUDIDAYA JARINGAN

OLEH ; SOETJIPTO DIRDJOPRANOTO
PAI CABANG YOGYAKARTA


Telah diketahui bahwa perbanyakan tanaman dapat dilakukan secara generatif (sexual) yaitu melalui biji dan secara vegetatif (asexual), yaitu perbanyakan denggan memisahkan bagian tanaman dari tanaman induknya, misalkan melalui stek, cangkok, layerage, dan budiadaya jaringan. Keturunan dari perbanyakan generatif bervariasi tergantung dari sifat-sifat genetik dari tanaman induknya, sedangkan perbanyakan vegetatif diharapkan mempunyai sifat genetik yang identik denagan tanaman asal. Namun dalam kenyataannya tidak selalu demikian, beberapa variasi dapat timbul dalam suatu klon yang disebabkan oleh perubahan-perubahan lingkungan selama perkembangan tanaman dan biasanya akan hilang dalam pertumbuhan selanjutnya. Kecuali perubahan-perubahan yang sifatnya sementara ini, dapat pula terjadi perubahan-perubahan yang tetap. Jadi dalam perbanyakan aseksual dimungkinkan terjadinya perubahan-perubahan yang tetap dan dapat diwarisi oleh klon-klon baru, dan perubahan ini dapat ke arah positif dan negatif. Misalnya pada Vanda Tan Chay Yan dan Vanda Nelly Morley yang diperbanyak secara budidaya jaringan diperoleh tanaman-tanaman yang tidak seragam. Diperkirakan bahwa dalam jaringan kedua Vanda tersebut di atas, sejak semula sel-selnya sudah tidak homogen.
Beberapa variasi yang dapat timbul pada tanaman anggrek antara lain karena abrasi kromoson, khimer, variasi warna, bentuk, serta ukuran sepal dan petal.
Abarasi kromoson adalah perubahan-perubahan jumlah kromosom dalam individu suatu klon yang akan mempengaruhi perkembangan phenotypenya. Misalnya hasil persilangan antara Dendrobium X Lady Hamilton dengan Dendrobium X May Neal timbul lima tanaman hexaploid yang menunjukkan perubahan bentuk daunnya, yaitu sangat tebal, keriting, dan permukaan kasar.
Khimer adalah perubahan secara spontan dari bagian tumbuhan. Perubahan ini biasanya berupa perubahan warna, baik pada daun, batang, maupun bunganya. Misalnya pada meriklon yang berasal dari jaringan pucuk Cymbidium X Burgundian “Flambean” terjadi perubahan warna bunganya. Juga pada Calanthe X Neitchii menghasilkan dua tangkai bunga yang masing-masing membawa bunga-bunga yang berwarna merah muda dan yang lain membawa bunga-bunga berwarna seperti daging pucat.
Meriklon pada Dendrobium X Pompadour dasar sepalanya cenderung menjadi putih dan suatu pengamatan pada petal dan labella dari 20 meriklon Dendrobium X Pompadour menunjukkan adanya variasi ukuran petal dan labellanya.
Jadi seperti telah diterangkan di muka kebanyakan tanaman dengan budiadaya jaringan dimungkinkan terjadinya tanaman-tanaman baru yang menyimpang dari tanaman asalnya. Adapun penyimpangan-penyimpangan ini antara lain bisa disebabkan juga oleh :
1. Komposisi atau susunan media budiadaya jaringan. Misalnya jaringan tanaman kapri yang ditumbuhkan paada media yang ditambah ekstrak ragi akan menghasilkan tanaman-tanaman yang sel-selnya terdiri dari sel diploid, tetraploid, dan octaploid, sedangkan dari media tanpa ekstrak ragi hanya menghasilkan tanaman-tanaman dengan sel diploid saja.
2. Penggunaan zat pengatur tumbuh secara berlebihan. Misalnya menggunakan 2,4 D dalam jumlah banyak akan memacu tanaman membentuk sel-sel yang polyploidy sehingga pertumbuhan tanaman dimungkinkan akan menjadi tidak normal.
3. Karena pengaruh-pengaruh fisik. Misalnya intensitas sinar dan pergantian periode gelap dan terang. Juga media cair akan memacu pertumbuhan sel-sel menjadi polyploid, sedangkan media padat tidak demikian.
Dengan dimungkinkan terjadinya perubahan-perubahan sifat-sifat genetis pada meriklon berarti dengan budidaya jaringan dimungkinkan pula terjadinya galur-galur baru. Jadi apabila sel-sel atau jaringan–jaringan diinduksi dengan suatu perlakuan agar terjadi mutasi maka tanaman yang dihasilkan akan mempunyai sifat-sifat yang baru.
Beberapa perlakuan kimia dan fisika dapat menjadi salah satu sebab terjadinya mutasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa zat kimia diketahui dapat mengakibatkan timbulnya mutasi gen . Ethyl methane sulfonate (EMS) diketahui sangat efektif untuk dapat menimbulkan mutasi, sebab dapat menghasilkan persentase mutasi yang tinggi tanpa merusak kromosomnya.
Colchicine juga merupakan zat kimia yang telah lama digunakan untuk menginduksi beberapa tanaman. Larutan colchicine pertama-tama diperlakukan pada anggrek Cymbidium dan hasilnya 40 % bibit muda adalah tetraploid.
Faktor-faktor fisik yang diketahui dapat meningkatkan mutasi gen adalah panas, sinar ultra violet dan radiasi ion. Radiasi ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan genotype maupun phenotype. Sebagai contoh, penyinaran tanaman a nggrek Dendrobium X Pompadour akan menghasilkan tanaman-tanaman yang bunganya mengalami perubahan bentuk dan warna.

Pustaka :
Marel, G.M. 1964. A New Means of Clonal Propagation of Orchid. American Orchid Society Bulletin . p. 473 - 478 .
Noerhadi, E. 1977. Kultur Jaringan Sebagai Salah Satu Alat Pemuliaan Dalam Bidang Pertanian Pertama. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. 1977.
Najrabhaya, J. 1977. Variation In Clonal Propagation. J. Arditti, Orchid Biology, Cornel University Press, Ithaca and London , P. 179 - 201.

Daftar Istilah :
Diploid (2n) : jumlah kromosom dalam suatu individu normal. n = jumlah kromosom di adalam inti sperma atau sel telur.

Generatif (perbanyakan) : perbanyakan dengan jalan perkawinan (sexual).

Genotype : sifat dalam susunan gen-gen dari suatu tanaman.

Hexaploid : jumlah kromosom dalam suatu individu yang banyaknya 6 x n.

Klon : kumpulan tanaman yang genetis identik (serupa) satu sama lain berasal dari induk yang diperbanyak secera vegetatif.

Meriklon : klon yang diperoleh dari meristem lewat budidaya jaringan.

Meristem : jaringan yang masih aktif memperbanyak diri, misalnya jaringan dipucuk-pucuk tanaman.

Oacataploid : jumalah kromosom dalam suatu individu yang banyaknya 8 x n.

Phenotype : sifat dari suatu individu yang tampak dari luar.

Polyploid : jumlah kromosom dalam suatu individu yang banyaknya x x n.

Tetraploid : jumlah kromosom dalam suatu individu yang banyaknya 4 x n.

Vegetatif (perbanyakan) ; perbanyakan tak kawin aatau aseksual (stek, cangkok, budiadaya jaringan.


Senin, 14 Maret 2011

TEKNIK HIBRIDISASI ANGGREK

TEKNIK HIBRIDISASI ANGGREK


Pendahuluan.
Menyilangkan bunga anggrek yang dimaksud disini adalah mengawinkan bunga anggrek yang dengan sengaja kita lakukan untuk tujuan tertentu. Bunga anggrek sangat mudah di silangkan, baik secara alami maupun bantuan manusia.  Sampai saat ini telah banyak  silangan yang telah dihasilkan oleh manusia di muka bumi ini. Anggrek hasil silangan tersebut dikenal sebagai anggrek hibrida. Menyilangkan bunga anggrek dapat kita lakukan antar jenis ataupun antar marga atau genus. Tujuan menyilangkan anggrek pada umumnya untuk mendapatkan mutu bunga anggrek yang lebih bagus. Keindahan suatu kuntum bunga anggrek bersifat relative menurut kepuasan dari si penyilang. Hanya saja untuk keperluan lomba diberlakukan criteria-kriteria tertentu. Untuk Indonesia telah dibakukan dalam”Pedoman baku Penilaian Anggrek Indonesia” Perhimpunan Anggrek Indonesia. Kecenderungan penyilang di Indonesia mengacu kepada kesempurnaan bentuk, warna, dan susunan seperti yang tercantum pada pedoman di atas.
Mendapatkan bunga anggrek yang indah dari hasil silangan kita sendiri yang sesuai dengan harapan saat melakukan silangan adalah suatu kepuasan tersendiri sebagai seorang breeder. Kepuasan ini akan bertambah menjadi kebanggaan tersendiri jika anggrek hasil silangan tersendiri tersebut mampu meraih suatu juara saat dilombakan. Anggrek-anggrek yang juara tentunya akan memiliki nilai jual yang sangat tinggi apabila koleksi yang persis seperti anggrek juara tersebut hanya satu atau dua tanaman saja. Bagi mereka yang telah berorientasi bisnis dan memiliki sedikit kemampuan teknik memperbanyak melalui kultur jaringan tumbuhan, ini akan menjadi komoditi yang tidak kecil jumlahnya. Melakukan cloning diharapkan akan menadapatkan jumlah bibit anggrek dalam jumlah banyak secara singkat tanpa kehilangan sifat dan cirri dari tanaman anggrek yang dikulturkan. Jalan ini sering dipakai para breeder yang sekaligus juga menekuni bidang bisnis anggrek potong.
Namun demikian gambaran diatas sering tidak seindah seperti yang kita lihat. Anggrek yang kita silangkan ternyata tidak seperti yang kita inginkan. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu bagaimana sifat dan ciri bunga anggrek.itu diturunkan. Sebagai sumber sifat dan ciri yang diturunkan dalam menghasilkan anggrek silangan yang unggul, selama ini digunakan anggrek-anggrek alam yang telah mengalami pemuliaan berulang-ulang. Pemuliaan dilakukan antar jenis bahkan antar marga sehingga dikenal dengan istilah silangan bigeneric, trigeneric, dan tetrageneric.
Ada dua macam persilangan yang dikenal di dunia peranggrekan yaitu selfing ( perkawinan sendiri ) dan crossing ( perkawinan silang). Selfing dari anggrek spesies akan menghasilkan anak tanaman yang homozigot, yaitu yang mempunyai pasangan genome yang sama dan sifat genetis sama dengan induknya.  Dan selfing dari tanaman hibrida akan menghasilkan keturunan tanaman yang beragam dengan sifat genetis yang bervariasi diantara kedua sifat induknya. Perkawinan crossing akan menghasilkan keturunan tanaman yang bersifat heterozygote yaitu yang mempunyai sifat genetis gabungan atau campuran antara kedua sifat induknya.

Persilangan selfing dan crossing dapat dibagi ke dalam beberapa macam persilangan sebagaimana di bawah ini :
a.      Selfing.
Selfing dapat dibagi menjadi tiga macam persilangan , yaitu :
11)   True selfing, yaitu  persilangan dengan meletakkan polen pada stigma yang berasal dari satu tanaman. Misalnya anggrek Phalaenopsis amabilis self  hasil dari silangan Phalaenopsis amabilis bunga nomor 3 x Phalaenopsis amabilis bunga nomor 5 pada tanaman yang sama.
22)   Sibling, yaitu silangan dengan meletakkan polen pada stigma dari dua tanaman yang berbeda tetapi masih bersaudara kandung dan dari jenis yang sama. Misalnya   silangan Phalaenopsis amabilis tanaman  A x Phalaenopsis amabilis tanaman B  dari  tanaman yang berbeda.
33)   Intravaritas, yaitu silangan dengan meletakkan polen pada stigma dari dua tanaman yang sama tetapi berbeda varitas atau strain. Misalnya anggrek Phalaenopsis amabilis var. alba ( strain 1 ) x  Phalaenopsis amabilis var. alba ( strain 2 ). Atau Phalaenopsis violacea var. alba x Phalaenopsis violacea var. bowringiana.
Persilangan ini disebut spesies hybrid yang  menginginkan keturunan yang masih sesuai aslinya  dari  alam.
b.      Crossing.
Crossing / persilangan dapat dibagi menjadi beberapa macam persilangan , yaitu :
11)    Interspesific hybrid, yaitu silangan antara dua macam spesies dalam satu genus dan seksi yang sama. Misalnya Phalaenopsis rothschildiana merupakan silangan dari Phalaenopsis schilleriana  x Phalaenopsis amabilis.  Atau Dendrobium gouldii ( seksi Spathulata ) x Dendrobium varatrifolium (seksi Spathulata ).
22)    Interseksional hybrid, yaitu silangan antara dua spesies yang berbeda dalam satu genus alam seksi yang berlainan. Misalnya Dendrobium schulleri ( seksi Spathulata ) x Dendrobium phalaenopsis  (seksi Phalaenathe)
33)    Intergeneric hybrid, yaitu silangan antar genus yang berbeda tetapi masih dalam kerabat dekat. Pada persilangan intergenerik ini dapat dibedakan menjadi dua macam silangan yaitu :
a3.1.) Bigeneric hybrid , yaitu persilangan antara dua spesies dari dua marga anggrek yang berbeda. Misalnya Aranda adalah persilangan antara anggrek genus Arachnis dan genus Vanda  dan Vandaenopsis adalah silangan antara genus Phalaenopsis dan genus  Vanda. Di Indonesia cukup banyak hibrida bigenerik misalnya Arachnopsis atau Arnps silangan dari Arachnis dan Phalaenopsis. Ascocenda  merupakan silangan dari Ascocnetrum dan Vanda.
b3.2.)   Multigeneric hybrid, yaitu persilangan antara tiga atau lebih genus anggrek yang berbeda. Anggrek hasil silangan multigenerik ini dapat dibagi menjadi dua marga yaitu :
(3.2.1.) Trigeneric hybrid, yaitu persilangan antara   spesies dari tiga marga / genus anggrek yang berbeda. Misalnya Mokara adalah persilangan antara  Ascocenda (  Ascocentrum x Vanda ) dengan Aranda (Arachnis x Vanda ).  Sehingga Mokara adalah persilangan antara Arachnis x Ascocentrum x Vanda
(3.2.2.) Tetrageneric hybrid, yaitu persilangan antara   dari empat  marga / genus atau lebih anggrek yang berbeda. Contohnya adalah sebagai  berikut :
Ä  Potinara  = Brassavola x Laelia x Cattleya x Sophronitis ( quadrigenerik ).
Ä  Lewisara =  Arachnis x Aerides x Ascocentrum x Vanda (quadrigenerik ).
Ä  Sutingara = Arachnis x Ascocentrum x Phalaenopsis x Vanda x Vandopsis ( quadrigenerik ).
Ä  Paulara = Ascocentrum x Doritis x Phalaenopsis x Renanthera x Vanda ( quadrigenerik ).
Hasil persilangan empat genus atau lebih dari subtribe Epidendrinae selalu menggunakan akhiran “ ara “ di belakang penyilangnya.


Untuk mengatasi kejadian menyimpangnya hasil silangan dari harapan maka kita perlu diketahui sifat-sifat dominan yang menguntungkan dan sifat-sifat resesif yang merugikan dari buga anggrek yang akan kita silangkan. Sebagai contoh beberapa anggrek alam yang dapat digunakan sebagai sumber genetis dapat dilihat dalam table berikut :
 Jika kita menyilangkan anggrek A dengan anggrek B maka jumlah dan lebar kuntum bunga hasil silangan kita engikuti rumus :A = jumlah atau lebar kuntum bunga A

B = jumlah atau lebar kuntum bunga B

Sifat-Sifat Yang Diturunkan Pada Tanaman Anggrek Sebetulnya pengetahuan tentang ilmu keturunan pada tanaman anggrek masih sedikit. Hal ini disebabkan oleh karena factor-afaktor keturunan pada tanaman anggrek yang sangat komplek adan kurangnya penyelidikan dalam hal ini. Meskipun demikian masalah-masalah yang timbul pada hibridisasi tanaman anggrek ini sedikit banyak dapat dipecahkan.
Pada hibridisasi anggrek yang diutamakan ialah mendapatkan sifat-sifat seperti warana, ukuran, kemampauan, dan waktu berbunganya yang memenuhi selera konsumen. Kejadian-kejadian pada persilangan tanaman anggrek yang menarik dapat dikemukakan seperti di bawah ini :
• Apabila Cattleya kuning dikawinkan dengan Cattleya berwarna ungu, keturunannya akan berwarna lila/ungu. Akan tetapi sailangan antara Laelia kuning dengan Cattleya ungu akan menghasilkan keturunan yang berwarna kuning. Kejadian-kejadian ini dapat diterangkan sebagai berikut :
Sifat kuning dari Cattleya adalah resesip sedangkan sifat ungu adalah dominant. Aakan tetapi sifat kuning pada Laelia adalah dominant terhadap sifat ungu dari Cattleya.
• Lebih sulit lagi yaitu mengenai diturunkannya warna putih dari Cattleya. Masalah ini telah diselidiki oleh Charles Chamberlain Hurst yang memberi dasar bagi Orchid breeders, bertujuan mendapatkan hibrida-hibrida Cattleya berwarana putih. Banyak kejadian beberapa spesies Cattleya berwarna putih menurunkan warna putihnya, akan tetapi ada yang keturunannya tidak putih.
Dalam hal ini Hurst menerangkan adanya 2 faktor yang berpengaruh pada albinisme ini :
Pertama : disebabkan oleh karena faktor yang menyebabkan terjadinya warna yaitu suatu enzyme yang dapat sebagai gen resesip maupun dominan.
Kedua : disebabkan oleh karena faktor pembentuk warna yang disebut Khromogen yang dapat sebagai resesip maupun dominan.
Apabila tiap faktor ada dalam bentuk yang dominan, maka warana akan timbul. Warana putih akan tampak apabila saalah satu atau kedua factor tersebut bersifat resesip.
Hal lain lagi yaitu diturunkannya ukuran dan banyaknya bunga. Pada umumnya dikatakan bahwa keturunan dari tanaman anggrek bunganya akan berukuran rata-rata dari tanaman tetuanya. Misalanya saaja apabila tanaman induknya memiliki diameter 12 cm dan atanaman ayah diameternya 3 cm, keturunannya berukuran 7,5 cm.
Menurut Robert J. Gillespie di Ameriaca Orchid Society Buletin Vol. 28 No. 6 June 1959 , diameter bunga dari keturunannya adalah 3 x 12 = 36 = 6 cm.
Perhitungan ini juga berlaku bagi banyaknya bunga. Tanaman yang biasanya hanya berbunga paling banyak 8 kuntum apabila disilangkan dengan tanaman yang maksimal berbunga 2 kuntum, keturunannya akan berbunga sebanyak 8 x 2 = 16 = 4 kuntum.
Dengan adanya tanaman-tanaman yang polyploid maka timbullah banyak masalah dalam pemuliaan silangan-silangan antara triploid dan diploid menghasilkan keturunan yang diploid, akan tetapi kadang-kadang keluar yang triploid dan tetraploid. Silangan a ntara diploid dan tetraploid menghasilkan keturunan yang triploid , kadang-kadang tetraploid. Antara tetraploid dengan tetraploid menghasilkan keturunan tetraploid pula. Keturunan tetraploid ini kerap kali menghasilkan banyak biji yang baik kalau disemaikan.
Sebaliknya dengan tanaman triploid sebagai tanaman induk menghasilkan biji yang sangat sedikit, semainya lemah, jumlah khromosomnya sangat variable dan kerap kali timbul aneuploidi. Keturunan dari silangan ini bermacam-macam sifat pertumbuhannya, ada yang kecil, lemah pertumbuhannya lambat, akarnya sedikit tetapi kadang-kadang besar kuat dan sehat.
Meskipun triploid dan tetraploid sering timbul dalam semua silangan, tetapi biasanya dihasilkan dari silangan diploid dan tetraploid dan antara tetraploid dan tetraploid.1. Pewarisan Warna Pada Tanaman Anggrek
Sejak J Dominy mulai menyilangkan bunga anggrek pada tahun 1853, maka warna pada anggrek merupakan salah satu afaktor yang menjadi obyek penyelidiakan para penyilang. Tahun 18a62 Henri Lecoq menyatakan bahwa untuk mendapatkan warna coklat perlu adanya tiaga warna , yaitu biru, merah dan kuning yang dikombinasikan dari kedua tetuanya. Lecoq juga menyelidiki persilangan antara anggrek berbunga putih dengan varietas yang berwarna lain , dan disimpulka bahwa keturunannya akan berwarna campuran dan apabila dilakukan back cross dengan salah satu tetuanya akan mendapatakan warna yang cerah lagi. Maula-mula penemuan Lecoq hanya merupakan spekulasi saja, akan tetapi dengan diketermukannya Hukum Mendel pada tahun 1900 maka hal penurunan warna tersebut mendapatkan dasar yang ilmiah. Maka sejak tahun 1900 penurunan warna merupakan faktor genetis yang giat diselidiki oleh para peneliti.
Di bawah ini akan sedikit diuraikan mengenai penurunan warna dari bunga anggrek yang merupakan rangsangan terhadap penelitian-penelitian yang lebih mendalam dilapangan.
a. Dasar Kimiawi Dari Warna
Warna pada tanaman anggrek disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen warna. Warna-warna ini ada tiga golongan yaitu warna putih, warana kuning dan warna biru.
Zat yang membentuk warna-warni ini adalah Anthocyanin, anthoxanthin, dan plastida-plastida yang berpigmen. Anthocyanin merupakan ikatan kimia organik yang berpengaruh untuk warna-warna merah, merah tua, dan biru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut antara lain :
a. Faktor luar, yang paling penting artinya ialah pH adari cairan sel yang melarutkan anthocyanin. Kalau persentase asamnya tinggi atau pHnya kecil, maka tampak warna merah, kalau pHnaya naik (basa) maka warna bunga akan menjadi biru.
b. Kopigmentasi
Secara kimiawi anthoxanthin mempunyai hubungan yang dekat dengan anthocyanin, tetapi kedua zat tersebut memberikan warna yang berbeda. Anthoxanthin memberikan warna kuning pucat sampai kuning tua. Anthicyanin dan anthoxanthin kedua-duanya larut dalam cairan sel, sehingga kedua warna ini dapat bercampur seperti cat warna saja.
Tetapi ada peristiwa yang alain yang belum begitu diketahui yaitu peristiwa kopigmentasi. Anthoxanthin tertentu yang biasanya memberikan warna kuning gading, apabila bersama-sama dalam larutan ayang sama deangan anthocyantin menghasilkan warna yang berbesa dengan harapan orang.
Kerapkali menghasilkan warna yang lebih biru daripada yang diharapkan. Menurut Crane dan Lawerence awarana biru, merah kebiruan, dan magenta kebiruan disebabkan oleh karena Ko pigmentasi sebagian.b. Pigmen Dalam Plastida
Pada Orchidaceae juga dijumpai pigmen-pigmen didalam plastid terutama pada Spesies Cypripedinae, akan tetapi dalam familia ini tidak begitu penting apabila dibandingakan dengan pigmen-pigmen yang larut dalam cairan sel, karena pigmen plastiada ini berbentuk butir-butir, karena tidak dapat bercampur dengan pigmen-pigmen yang larut seperti pada anthocyanin dan anthoxanthin. Kalau anthocyanin dan anthoxanthin tidak ada maka warna yang nampak dari pigmen plastida, tetapi kalau kedua warna tersebut ada pigmen plastida hanya sebagai latar belakang. Pigmen plastiada ini tidak terpengaruh pH dan terjadinya sangat berbeda dengan pigmen-pigmen yang larut.c. Pewarisan Pada Cattleya
Dimuaka telah disinggung tentang albinisme pada Cattleya yang dicanangkan oleh Hurst, peristiwa tersebut secara ilmu keturunan dapat diterangkan sebagai berikut :
Kalau adanya chromogen diberi tanda C dan adanya enzyme diberi tanda R maka adapat ditulis :

Seperti telah dikatakan dimuka, seperti makluk hidup yang terjadi kareana perkawinan adalah diploid (2n), jadi mengandung dua set faktor-faktor keturunan atau gen-gen, satu set berasal dari tanaman induk dan satu set yang lain berasal dari ayah. Demikian pula dengan faktor R (ada enzym). Individu yang berasal dari tetua yang keduanya mempunyai faktor R ditanadai dengan symbol RR.
Tetapi apabila salah satu tetua tidak mempunyai faktor-faktor tersebut simbolnya ialah Cc, kalau kedua tetua tidak mempunyai factor chromogen maka ditandai dengan cc. Demikian pula dengan faktor R, kemungkinannya dapat Rr dan rr, apabila tidak mempunyai faktor enzym dari kedua tetuanya.
Menurut Hurst agar bunga itu berwarna maka kedua faktor C dan R harus ada di dalam tanaman. Jadi tanaman diploid yang mempunyai kedua faktor tersebut simbolnya adalah CCRR aatau CcRr . Tanaman yang bersimbol demikian bunganya berwarna. Warna putih timbul apabila salah satu aatau kedua faktor tersebut di atas tidak ada. Jadi simbolnya seperti : RRcc atau rrCC atau rrcc. Kedua simbol pertama memberikan warna putih yang heterozygot dan yang terakhir putih homozygot. Tetapi penyerbukan sendiri dari RRcc atau rrCC selalu akan menghasilakan bunga yang putih, tetapi silangan antara RRcc dengan rrCC yang putih akan menghasilkan bunga yang berwarna karena keturunannya akan mempunyai simbol RrCc.
Jadi kedua factor R dan C ada bersama-sama di dalam satu tanaman.
Contoh : Cattleya putih adalah Cattleya mossiaovar, wageneri (RR cc) dan Cattleya Warscewiczii ‘Firmin Lameau’ (rr CC) dan apabila keduanya disilangkan akan menghasilkan C X E nid (Cc Rr).
Dan apabila C X E nid ini diserbukan sendiri hasilnya akan sebagai berikut :
Cattleya X E nid ayang bersimbol Cc Rr ini akan menghasilkan pollen yang bersimbol CR, Cr, cR, dan cr , semikaian pula dengan sel telurnya.
Untuk melihat silangan-silangan yang terjadi dapat dibuat skema seperti di bawah ini :

 Hasilnya adalah 9 berwarna dan 7 putih artinya 56 % berwarna ungu dan 44 % berwarna putih. Kalau ditinjau yang berwarna putih mereka mempunyai symbol yang bermacam-macam, yaitu :
CC rr, Cc rr, cc RR, cc Rr, cr Cr, cc rR, dan cc rr. Dipandang dari sudut ilmu pemuliaan yang paling pasti untuk menghasilkan keturunan berbunga putih ialah cc rr. Tanaman ini adalah resesif ganda yang akan menghasilkan keturunan berbunga putih kalau disilangakan dengan C. mossiau var. wageneri (RR cc) atau Cattleya warscewiczii ‘Firmini lambeau’ (rr CC).d. Pewarisan Warna Putih Berbibir Merah
Bagaimana pewarnaan pada Cattleya putih yang berbibir merah. Khas pada Cattleya bahwa warna bibirnya diwariskan terpisah dari warna bagian yang lain dan diatur oleh suatu gen-gen yang tersendiri. Cattleya putih dengan bibir merah apabila disilangkan dengan warna putih murni keturunannya adalah putih dengan bibir merah. Dalam kenyataannya warna dari bibir ini tidak mempengaruhi warna putih dari sepal dan petal.
e. Pewarisan Dari Anthocyanin
Kalau faktor dominan C (chromogen) dan faktor dominan R (adanya enzym) terdapat bersama-sama dalam tanaman, maka anthocyanin akan berwarna merah atau biru. Anthocyanin tersebut kemungkinan akan membentuk warna-warna dengan konstitusi sebagai berikut : CC RR; CC Rr; Cc RR; dan Cc Rr. Dalam hal ini CC RR Cattleya Schroaederae (CC RR) dengan Cattleya intermedia yang juga mempunyai konstitusi CC RR menghasilkan Cattleya thayerianan (CC RR) yang warna sama dengan keturunan dari silangan Cattleya Schroaederae var. alba (cc RR) dengan Cattleya intermedia var. alba (CC rr). Persilangan ini juga menghasilkan Cattleya thayeriana, tetapi konstitusi gennya Cc Rr.f. Pewarisan Warna Anthoxanthin
Anthoxanthin dapat menyebabkan bermacam-macam warna, yaitu dari kuning pucat sampai kuning tua. Kebanyakan jenis anggrek Cattleya yang akan diturunkan kuningnya dari Cattleya dowiana terutama var, aurea. Persilangan dengan yang berwarna dan putih warna kuning dari dowiana ini resesip, warna kuning tidak Nampak pada F1 . Dalam F2 nya keluarlah warna kuning, cream, dan putih.
Storey berpendapat bahwa bahwa penurunan warna kuning kemungkinan tidak disebabkan oleh gen tunggal, akan tetapi oleh gen rangkap yang ditandai dengan simbol y1y1 dan y2y2. Faktor dominan Y1 dan Y2 tidak berwarna (kuning). Faktor-faktor kuning ini ternyata tidak dipengaruhi oleh C dan R, yang dalam Cattleya dowiana merupakan gen yang resesip, sehingga konstitusi gen Cattleya dowiana adalah : y1y1 y2y2 cc rr.
Apabila Cattleya dowiana disilangkan dengan Cattleya trianaei”Alba”, di sini ditandai Y1Y1 Y2Y2 cc RR, maka akan menghasilkan C x Maggic Raphael “Alba” yang konstitusi gennya Y1Y1 Y2y2 cc Rr. Tanaman ini bunganya putih oleh karena tidak mengandung faktor C1 dan Y1 dan Y2 mendominasi y1 dan y2. Aapabila Cattleya magic Raphael ‘Alba’ disilangkan kembali (back cross) dengan Cattleya dowiana aakan menghasilkan perbandingan : 1 berwarna kuning, 2 cream, dan 1 putih.
Persilangan antara Cattleya berwarna kuning dan berwarna ungu adalah rumit. Cattleya dowiana X Cattleya warscewiezii menghasilkan Cattleya C. X Hardyana yang berwarna ungu yang konstitusinya Y1y1 Y2y2 Cc Rr. Penyerbukan sendiri Cattleya dowiana X Cattleya mendelii terjadilah regenerasi, menghasilkan warna putih, cream, kuning muda, lavender, rose, dan rose magenta.g. Pewarisan Warna Kuning Dan Jingga Dalam Persilangan Antar Genus
Laelia disilangkan dengan Cattleya akarena warnanya yang tidak biasa keluar pada keturunannya Cattleya cinnabarina yang berwarana merah jingga yang cerah dapat menghasilkan Laeliocattleya yang warnanya sama denagan induknya Laelia tenegrosa yang coklat/merah/kekuningan dengan bibir yang berwarna lebih tua apabila disilangkan dengan Cattleya menghasilkan bunga berwarna brons dengan bibir yang ungu tua. Warna brons bervariasi dari brons kekuningan dan brons keunguan. Laelia purpurata paling banyak dipakai dalam persilangan denagan Cattleya, sebagian oleh karena ukuran bunganya besar dan hibridanya yang dihasilkkan sudah cukup besar. Hibrida yang menggunakan Laelia bunga kecil harus disilangkan kembali dengan Cattleya untuk membesarkan bunganya.
Dalam persilangan antara kuning/ungu, Laelia kuning dominan terhadap ungu dari Cattleya. Sialangan ini mempunyai nilai yang besar ialah adanya kemungkinan menghasilkan “tanaman induk” kuning homozygot dengan gen dominan ganda. Tanaman induk demikian ini juga homozygot ganda dalam ukuran besarnya, artinya tanaman ini adalah Laelia Cattleya kuning dengan ukuran yang besar.
Diumpamakan dipilih Laelia flava yang berwarna kuning seluruhnya disilangkan denagan Cattleya. Disini bersangkutan dengan dua sifat, yaitu ukuran dan warna.
Skema di bawah ini ditunjukkan silangan pertama antara keduanya yang menghasilkan F1 LS Yp.

 Tanaman ini ukurannya tengahan antara kedua tetuanya dan semua berwarna kuning meskipun kuningnya tidak begitu cerah dan murni seperti apabila dalam keadaan dosis ganda.
Tanaman yang diinginkan adalah yang homozygot baik untuk ukuran besar maupun warna kuningnya. Jadi LL YY. Cara untuk mendapatkan ini ialah dengan penyerbukan antara F1 tersebut.

 Untuk mudahnya kita buat bagan sebagai berikut :


Keterangan : Keturunan F2 dalam apabila F1 diserbuk sendiri

Dari persilangan ini timbullah LL YY yang homozygot baik besarnya maupun warna kuningnya yang sangat berharga sekali bagi pemuliaan. Tanaman ini apabila diserbuk sendiri akan menghasilkan semua keturunan yang besar dengan w arna kuning yang dominan dan bunga-bunga yang juga banyak yang cukup baik.
h. Pewarisan Pada Dendrobium
Diturunkan warana bunga pada genus Dendrobium masih agak kabur karena masih sedikit penelitian dilakukan dan kebanyakan varietas adalah polyploid yang akan lebih menyulitkan dalam penelitian ini. Hurst menyatakan bahwa warna ungu dan putih berkelakuan menurut hokum Mendel, tetapi bukti-bukti belum cukup banyak untuk mengukuhkan hipotesis ini. Dalam Orchid Review dinyatakan bahwa Dendrobium nobile ‘Virginale’ yang putih murni apabila diserbuk sendiri keturunannya putih semua. Perkawinan antara Dendrobium nobile ‘Virginale’ dengan Dendrobium findleyanum ‘Album’ juga albino, menghasilkan keturunan albino semua. Tetapi dipihak lain, albino dari Dendrobium wardianum var. album apabila disilangkan dengan Dendrobium nobile ‘Album’ keturunannya adalah berwarna. Pada beberapa hibrida semua warna kuning kelihatannya dominan terhadap warna ungu seperti pada silangan Dendrobium nobile (ungu) X Dendrobium signatum (kuning muda) yang menghasilkan Dendrobium X Wiganiae, yang berwarna kuning kotor; Dendrobium Aureum (kuning) X Dendrobium nobile (ungu) menghasilkan D X Ainsworthii yang biasanya bunganya kuning dan kadang-kadang putih.
Ayuab Permana menyatakan bahwa jika Dendrobium putih bila disilangkan dengan yang berwarna hijau atau kuning 99 % akan berwarana putih. Pengalaman dari PAI Yogyakarta dalam membungakan silangan Dendrobium phalaenopsis putih dengan silangan (Dendrobium Morgenster X Dendrobium Aliec Sapalding) yang berwarna kuning, keturunannya kebanyakan merah muda.i. Pewarisan Pada Phalaenopsis
Dalam menyilangkan Phalaenopsis Ayub S. P. menyatakan bahwa Phalaenopsis berwarna kuning apabila disilang dengan yang berwarna ungu dapat menghasilkan warna kuning tua sekali dan sebagian akan keluar yang berwarna jingga dan ungu muda.
Bunga yang mempunyai pola bergaris dapat dihasilkan dari Phalaenopsis equestris , lindenii, javanica, dan funbriata. Warna kuning akan dihasilkan dengan menggunakan Phalaenopsis fasciata, fuscata mannii, amboinensis “Sulawesi” , javanica “kuning”, boxalii, lueddemanniana “apallens” dan sumatrana “kuning”. Kemungkinan besar Phalaenopsis hurstleri, plisantha, cornucervi, dan variedes juga akan menghasilkan warna kuning.2. Persilangan Antar Genusa. Silangan antar genus Brassavola dan Cattleya
Brassavola Digbiyana disilangkan dengan Cattleya karena bibirnya yang “suwar-suwir”. Dalam silangan pertama dengan Cattleya keturunannya semua adalah tengahan antara kedua tetuanya. Petal dan sepal agak kurang kalau dibandingkan dengan ukuran Cattleya yang ideal karena pengaruh Brassavola Digbiyana dengan sepal dan petalnya sempit, akan tetapi bibirnya mempunyai kekhususan dari Brassavola digleyana baik ukuran maupun tepinya yang berumbai “suwar-suwir”. Warna dari silangan yang pertama ini agak kehijauan menambah kecantikannya. Keturunan yang bagus ialah hybrid yang kedua dari Brasso ini. Disini terjadi segregasi dari gen-gen yang mengakibatkan munculnya sifat-sifat bibirnya, ada Brasso Cattleya dengan bibir Cattleya dan ada juga yang berbibir Brassavola. Ukuran dari sepal dan petalnya lebih baik dari pada silangan pertamanya.b. Silangan Trigeneris
Brasso-Cattleya disilangkan dengan Laelio-Cattleya menghasilkan hibrida lain yang mengagumkan Brassolaeliocattleya yang trigeneris. Laelio Cattleya yang sudah cukup bagus dengan bibir yang tambah lebar dengan tepi yang “suwar-suwir”. Untuk membuat Brassolaelio-cattleya sebaiknya dimulai dari spesies yaitu Brassavola dibiyana X Cattleya adan Laelia X Cattleya. F1 dari masing-masing hybrid ini kemudian disilangkan, hasilnya akan sangat bervariasi. Separo akan berbibir Brasso dan kira-kira dari yang separo ini ¾ nya bunganya besar atau tengahan dan sisanya berbunga kecil. Separo yang lain bibirnya datar dan ¾ dari padanya berukuran besar adan tengahan.c. Pewarisan Warna Bunga Dalam Silangan Sophronitis
Sophronitis grandiflora adalah sangat penting dalam sumbangannya aakan warana merah dari banyak hibrida-hibrida baru antara lain : Sophro-cattleya, Sophrolaelia, Sophrolaelio-cattleya. Silangan pertama antara Sophronitis grandiflora dengan Cattleya menghasilkan bunga yang sangat kecil, bahkan lebih kecil dan lebih jelek bentuknya daripada Laelia. Aakan tetapi bila disilangkan lagi dengan Cattleya atau Laelio-cattleya, maka terjadilah bunga yang besar dengan bermacam-macam warna antara merah jambu tua dan merah ungu. Gen warna merah dalam Sophonitis adalah dominan, dan apabila gen-gen dominan dari tanaman tetua berkumpul, akan menghasilkan warna merah yang bagus sekali. Apabila bersama-sama dengan gen ungu maka warna merah akan bercampur dengan ungu. Apabila warna merah campuran ini disilangkan dengan warna cerah dari Laelio-cattleya, maka warna merah yang dihasilkan akan lebih intensif. Hal ini mungkin yang menyebabkan mengapa Sophrolaelio-cattleya lebih disukai daripada Sophro cattleya. Warna-warna yang bercampur dari tiap silangannya menghasilkan macam-macam warna yang indah.
Karena kebanyakan Cattleya berwarana ungu, tambahan sedikit warna merah aakan menambah variasi. Warna merah murni dapat diperoleh dengan beberapa cara. Yang paling mudah yaitu dengan penyerbukan sendiri dari Sophro cattleya generasi pertama.
Kemungkinan keluarnya bunga yang besar dan berwarna merah homozygot adalah 1 : 16. Jadi hanya 6 % pada F2. Pottinara adalah nama yang diberikan pada silangan quadric-generic, yaitu Brasso Sophrolaelio-cattleya.
Kombinasi dari sifat-sifat ayang terpilih dari 4 genus ini diharapkan akan menghasilkan bunga yang sangat istimewa. Tetapi keturunan yang menerima semua sifat-sifat yang baik hanya sebagian kecil saja dan prosentase yang homozygot untuk semua sifat yang baik ini kemungkinannya lebih kecil lagi. Suatu program pemualiaan diperlukan untuk mencapai hal ini.

Tata Cara Penyilangan


Pollen (serbuk sari) dan putik bunga anggrek terdapat didalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah monoandrae (kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat) sehingga anggrek termasuk tanaman yang mudah mengalami penyerbukan. Penyerbukan dapat terjadi secara tidak sengaja oleh alam, misalnya serangga. Jatuhnya serbuk sari ke kepala putik akan menyebabkan terjadinya penyerbukan. Proses ini lebih mudah terjadi pada tipe bunga anggrek yang memiliki zat perekat pada putiknya (discus viscidis). Namun demikian, agar penyerbukan dapat terjadi sesuai yang kita inginkan maka penyerbukan dapat kita bantu menggunakan cara yang sederhana.
Cara menyilangkan angrek pada prinsipnya adalah memasukkan pollen anggrek yang satu (disebut sebagai indukan anggrek jantan) ke lubang stigma bunga anggrek yang lain (sebagai indukan anggrek betina).

Mula-mula kita perlu menyediakan peralatan. Alat yang digunakan adalah:

pinset kecil dan
tusuk gigi, jarum atau batang korek api.

Setelah itu kita perlu melakukan pemilihan dan persiapan tanaman induk. Dasar dilakukannya persilangan-persilangan adalah untuk:
1. memperoleh warna bunga dan bentuk bunga yang unik,
2. ketebalan mahkota bunga (ketahanan bunga dalam vas/vas life),
3. keteraturan susunan bunga dan
4. wangi bunga.
Dalam memilih bunga yang akan disilangkan harus diperhatikan:
(i) dari satu tangkai bunga maksimal 3 bunga yang disilangkan agar energi hanya terfokus pada ketiga bunga tersebut,
(ii) kuntum bunga terbaik adalah kuntum kedua sampai keempat.
Syarat pemilihan induk betina yang akan disilangakan antara lain : tanaman sehat dan berperawakan kekar, tandan bunga dipilih yang paling panjang, umur kuntum bunga antara 5-10 hari setelah mekar, dipilih bunga yang terletak di tengah-tengah tandan, saat akan disilangkan bunga tidak disiram, saat penyilangan agar lebih berhasil saat bunga memunculkan bau paling menyolok. Sedangkan syarat pemilihan induk jantan yang akan disilangkan antara lain : pollen berasal dari kuntum yang paling sehat dan bagus, pollen diambil dari bunga yang telah berumur 4 hari mekar sehingga bunga tersebut rontok (asal pollen masih di dalam operculum).
Cara menyilangkan pada kebanyakan anggrek adalah sebagai berikut :
1. Dengan ujung tusuk gigi atau jarum yang bersih, kita buka operculum yang menutupi ujung dari gynostemium.
2. Diambil pollen yang terdapat di bagian bawah operculum dengan ujung jarum.
3. Masukkan pollen ke dalam lubang stigma hingga pollen benar-benar melekat pada dinding sebelah dalam lubang stigma.
4. Bunga yang sudah dikawinkan diberi label yang berisi nama jenis anggrek induk betina dan nama jenis anggrek induk jantan yang ditulis secara berurutan dan kapan anggrek itu dikawinkan.
5. Tutup bunga yang suadah dikawinkan dengan plastic bening untuk menghindari terjadinya penyerbukan alami oleh hewan-hewan penyerbuk.
6. Tiga hingga tujuh hari setelah bunga dikawinkan akan menunjukkan kelayuan pada daun-daun mahkotanya tetapi tangkai kuntum bunga masih hijau segar. Dan dua minggu kemudian bakal buah akan Nampak menggelembung berwarna hijau segar, ini adalah tanda-tanda penyilangan berhasil.
7. Ada beberapa penyilang yang memotong semua haun mahkota yang layu dari anggrek yang disilangkan untuk menghindari adanya infeksi jamur dan bakteri.
8. Dalam satu tandan bunga diharapakan hanya disilangkan 2 atau 3 kuntum saja untuk memperoleh hasil buah yang sehat dan besar.
Seperti kita ketahui bersama bahwa anggrek itu ada jenis anggrek yang berpollinia dan jenis anggrek yang berpollinaria dengan lempeng rekat, maka dalam menyilangkan juga berbeda. Perbedaan pokok terletak pada bagaimana mengambil pollinia dari ujung gynostemium dan memasukkannya ke lubang stigma. Anggrek yang berpollinia, pollen diambil dengan mengolesi dulu ujung jarum (tusuk gigi) dengan cairan yang terdapat pada lubang stigma kemudian ujung jarum ditempelkan pada pollen hingga pollen benar-benar melekat erat. Sedangkan pada jenis anggrek yang berpollinaria, pollen diambil dengan menempelkan ujung jarum kebagian lempeng rekat yang terdapat pada bagian atas lubang stigma (lihat gambar) :


Cara mengambil pollen pada jenis anggrek berpollinia tanpa lempeng rekat (A) dan menagambil pollen pada anggrek berpolliniaria (B).

Contoh pollen anggrek dari jenis anggrek berpollinia (diambil dari Cattleya sp)

Contoh pollen anggrek dari jenis anggrek berpollinaria (diambil dari Phalaenopsis sp)

Setelah dilakukan persilangan, perlu diadakan pengamatan penunjang antara lain terhadap:
1. bentuk buah pada minggu ke-12 setelah persilangan dan
2. warna buah pada minggu ke-12 setelah persilangan. 
Adapula pengamatan utama, pengamatan utama yang akan dilakukan antara lain: 
1. Persentase keberhasilan persilangan antar genus/jenis dan dalam genus/jenis itu sendiri (%), 
2. diameter buah pada minggu keempat setelah persilangan (cm), 
3. diameter buah pada minggu ke-12 setelah persilangan (cm), 
4. panjang buah pada minggu keempat setelah persilangan (cm), 
5. panjang buah pada minggu ke-12 setelah persilangan (cm). 

Pengamatan dilanjutkan sampai 2 bulan untuk mengetahui perkem-bangan buah. Dari bunga-bunga yang berhasil diserbuki dihitung jumlah buah yang berkembang sempurna dan jumlah buah yang gugur.
Pengamatan hasil persilangan anggrek dilakukan sampai buah siap panen. Ciri-ciri  buah siap panen  adalah warna  kulit  buah  lebih  cerah  agak kekuningan dan khususnya pada Dendrobium garis pada buah menjadi lebih lebar.
Dalam persilangan anggrek, pemilihan  tetua  merupakan  salah  satu  faktor  penting  yang mempengaruhi keberhasilan  suatu  persilangan,  namun  hal  yang  harus  sering deperhatikan selain faktor  pemilihan  tetua dan  sering  menjadi  kendala  dalam  proses  hibridisasi  adalah perbedaan waktu  dalam  pematangan bunga, kepekaan  atau  kerusakan  bagian  bunga terhadap  pengaruh mekanis, serta adanya inkompatibilitas dan  sterilitas (Chaudhari 1971 dalam Damayanti 2006). Diduga faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat keberhasilan persilangan yang dilakukan dalam percobaan  adalah perbedaan waktu dalam pematangan bunga dan  letak  lokasi penyimpanan  tanaman  induk persilangan yang berbeda dan berjarak cukup  jauh,  sehingga  ditemui  kesulitan  pada  saat memantau  kondisi  tanaman  induk dan menentukan bunga yang siap diserbuki atau menyerbuki.
Mengenai masalah bunga yang diserbuki dan menyerbuki, dalam persilangan anggrek Spathoglottis sp. yang dilakukan Qodriyah (2005), persilangan dilakukan secara searah maupun dua arah (resiprok) antara bunga dengan jumlah kuntum banyak dan tangkai bunga sedang-panjang dengan tanaman bertangkai bunga pendek. Sebelum persilangan dilakukan pemilihan atau seleksi tetua jantan maupun betina, baik untuk tanaman pot, taman atau bunga potong. Tetua yang digunakan berasal dari koleksi plasma nutfah anggrek Spathoglottis. Penyerbukan dilakukan pada pagi hari pada bunga yang telah mekar 1-2 hari. Ada penyilang anggrek yang beranggapan bahwa kuntum bunga nomor ganjil (dihitung dari pangkal tangkai) paling baik untuk dijadikan induk betina, karena buahnya berbiji banyak dan fertil. Induk jantan dapat diambil dari kuntum sembarang.
Menurut Widiastoety et al. (2010) dalam pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut, termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar penyilangan berhasil, sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan bakal buah yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan mudah mencapai kantong embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal buah. Pencatatan nama kedua induk yang disilangkan sangat penting agar tidak merusak tata namanya. Polen dari bunga yang berukuran kecil, jika diserbukkan pada kepala putik bunga yang berukuran besar biasanya akan mengalami kegagalan karena tabung polen tidak dapat mencapai kantong embrio. Akibatnya pembuahan tidak terjadi dan biji tidak terbentuk. Penyilangan perlu dilakukan secara resiprokal atau bolak-balik untuk mengetahui daya kompatibilitas silangan dan daya fertilisasinya.
Upaya lain untuk memperkaya keanekaragaman anggrek misalnya pada Phalaenopsis sp. dapat dilakukan dengan persilangan intergenerik dengan jenis lain. Anggrek jenis lain yang dapat disilangkan dengan anggrek bulan adalah anggrek jenis Vanda sp. Dalam persilangan intergenerik ini, Utami dan Sri (2012) melakukan penelitian dalam tiga tahun. Tahun pertama penelitian tentang pembuktian bahwa Anggrek Phalaenopsis sp. kompatibel untuk dipersilangkan dengan Vanda tricolor. Tahun kedua penelitian telah diperoleh planlet anggrek hasil persilangan  Phalaenopsis sp  dengan Vanda tricolor yang ditumbuhkan pada berbagai media organik secara in vitro. Penelitian Tahun ketiga dilakukan untuk mengetahui metode aklimatisasi yang terbaik untuk pertumbuhan planlet anggrek hasil persilangan dan untuk mengetahui perbedaan kromosom hasil persilangan yang telah dilakukan dengan kromosom induknya.
Jumlah kromosom pada anggrek yaitu n = 19-20. Dari hasil penelitian yang dilakukan Utami dan Sri (2012) dapat diketahui bahwa jumlah kromosom baik pada anggrek Phalaenopsis joankileup  june,  P. pinlong cinderela, S1 (♀ Vanda tricolor dengan ♂ Phalaenopsis joankileup june.), maupun  S2 (♀ Vanda tricolor dengan  ♂ Phalaenopsis pinlong cinderela), memiliki jumlah kromosom sama 2n = 40. Walaupun jumlah kromosomnya sama, namun ukuran kromosomnya berbeda. Ukuran kromosom Vanda tricolor berkisar antara (1,94 ± 0,16) µm sampai (4,72 ± 0,19) µm. Phalaenopsis Joane Killep June antara (0,84 ± 0,02) µm hingga (2,97 ± 0,13) µm, Phalaenopsis Pinlong cinderela  antara (2,02 ± 0,15) µm hingga (5,91 ± 0,78) µm, S1(♀ Vanda tricolor x  ♂ Phalaenopsis joankileup june.) antara (1,77 ± 0,20) hingga (1,69 ± 0,24) µm, S2  (♀ Vanda tricolor x  ♂  Phalaenopsis pinlong cinderela) antara (1,86 ± 0,03) µm sampai (6,74 ± 0,59) µm.
Penelitian lain dari klier et al. (1991) pada Cypripedium candidum dan C. pubescens menunjukkan bahwa adanya dua aliran gen dari dua spesies yang sympatric. Populasi hibrida sebagian besar terdiri individu yang di-backcross selanjutnya atau rekombinan. Beberapa individu yang tampaknya satu morfologi spesies mengandung alel penanda dari spesies lain. Di Iowa, data allozyme dan morfologi dan pertimbangan ekologi menunjukkan dengan ekotipe prairie C. pubescens mungkin timbul sebagai akibat langsung dari perolehan informasi genetik dari C. candidum.
Hasil penelitian yang ditulis Pinheiro et al. (2010) pada persilangan Epidendrum fulgens dan E. puniceoluteum menunjukkan bahwa keragaman genetik lebih tinggi pada E. fulgens daripada E. puniceoluteum meliputi semua populasi dan parameter yang digunakan. Hal ini mungkin mencerminkan perbedaan dalam ukuran populasi yang ditemukan (lebih tinggi dalam E. fulgens). Epidendrum fulgens dan E. puniceoluteum dari Imbituba memiliki perbedaan yang signifikan dari hasil uji dengan metode HWE (Hardy–Weinberg equilibrium) karena defisit heterozigot. Tiga zona hibrida menyimpang dari HWE, menunjukkan penyimpangan dari perkawinan acak akibat persilangan yang dilakukan.

Penanaman Biji Anggrek Dengan Teknik Kultur Jaringan Sederhana
Setelah itu buah yang telah masak dapat ditumbuhkan melalui teknik kultur jaringan sederhana untuk memperoleh tanaman anggrek yang kita inginkan. Dalam teknik perbanyakan tanaman Anggrek dengan cara kultur jaringan dibutuhkan suatu keahlian khusus, ketelitian dan kecermatan untuk mengurangi kegagalan.
Untuk penanaman buah secara aseptik diperlukan



1. laminar,
2. botol kultur,
3. cawan petri,
4. lampu bunsen,
5. pinset,
6. kertas,
7. air,
8. scalpel,
9. korek api,
10. spidol untuk pelabelan, dan
11. lampu neon 40 W untuk penerangan.
Perbanyakan anggrek secara kultur jaringan melliputi 7 tahap :
1. Persiapan botol,
2. Pembuatan media,
3. Sterilisasi ( Alat,bahan, media),
4. Pemilihan eksplan,
5. Penanaman eksplan,
6. Pengakaran, dan
7. Aklimatasasi.



Teknik kultur jaringan Anggrek melalui biji (seksual) dilakukan dengan alasan biji tidak mempunyai endosperm (cadangan makanan) atau biji berukuran sangat kecil, Selain itu pada teknik kultur jaringan ini bertujuan untuk keseragaman bibit dalam jumlah besra dalam waktu yang relatif singkat. Ketika sudah diperbanyak maka yang harus diperhatikan adalah kualitasnya, tentu untuk meningkatkan kualitas bunga Anggrek ini harus diberikan atau ditambah sejumlah zat-zat sebagai penunjang pertumbuhan serta kualitasnya, zat tambahan tersebut berupa Kolkhisin, BAP ( Benzyl Amino Purine) dan NAA ( Naftalen Asam Asetat). Penambahan Kolkhisin Pada Penambahan atau pemberian Kolkhisin teknik yang dilakukan adalah perendaman.

Kolkhisin merupakan reagen untuk mutasi yang menyebabkan poliploidisasi pada tanaman. Ploiploidisasi menyebabkan tanaman menjadi poliploid sehingga tanaman memiliki tiga atau lebih kromosom di dalam sel-sel nya. akibatnya, tanaman akan menjadi lebih kekar, lebih besar, dan sifat yang kurang baik akan menjad baik tanpa merubah potensi hasil tanaman tersebut. Zat kimia ini paling banyak digunakan dan efektif karena mudah larut dalam air (Suryo, 1995). Hayer dan Gardner (1955) cit. Jauhariana (1995) menyatakan bahwa konsentrasi kolkhisin yang digunakan bervariasi dari 0,0006% sampai 1,0% dengan lama perendaman 1-6 hari, tergantung jenis benihnya. Benih yang lambat berkecambah umumnya memerlukan waktu yang lama. Adrian et al. (1965) cit. Jauhariana (1995) menyatakan pada umumnya kolkhisin efektif pada kadar 0,01%-1,0%. Oleh karena itu, pada percobaan-percobaan poliploidisasi digunakan kadar-kadar larutan kolkhisin tertentu, dari kadar terendah sampai tertinggi, sehingga diperoleh kadar optimum untuk mendapatkan tanaman poliploid dengan produksi tertinggi. Pada tanaman anggrek, pemberian kolkhisin merupakan teknik membuat bunga anggrek raksasa atau berukuran lebih besar dari keadaan normalnya (Sandra, 2003). Hasil penelitian Soedjono dan Suskandari (1996) tentang pengaruh waktu perendaman dan konsentrasi kolkhisin terhadap pertumbuhan protokorm anggrek Dendrobium jayakarta menunjukkan bahwa waktu perendaman yang lebih lama dengan konsentrasi kolkhisin yang lebih tinggi memberikan nilai ketegaran protokorm yang lebih tinggi pula.
Perendaman dilakukan dengan waktu yang paling efektif adalah 6 jam. Kolkhosin dapat mengubah jumlah kromosom dalam sel, Kromoson ini akan melipatgandakan kromosom sehingga pada perlakuan penambahan Kolkhosin tampak bahwa bunga semakin besar dan tebal dari keadaan normalnya, selain itu warna bunga lebih indah dan lebih halus.
Penambahan BAP dan NAA Pemberian BAP sangat berpengaruh terhadap jumlah tunas yang terbentuk, Semakin tinggi jumlah konsentrasi BAP yang diberikan maka tinggi tanaman semakin meningkat tetapi pertambahan jumlah tunas dan akar semakin kecil.Pada Pemberian NAA sangat berpengaruh terhadap jumlah tunas yang terbentuk, dan jumlah akar. Semakin konsentrasi NAA maka jumlah akar dan tunas semakin meningkat, tetapi pertambahan tinggi tanaman semakin kecil.
Penggunaan kolkhisin selain diberikan pada perlakuan biji anggrek juga bisa diaplikasikan pada tanaman anggrek muda, dan yang pernah dilakukan seperti pada perlakuan biji anggrek yaitu di jenis tanaman Dendrobium. 

Pemberian kolkhisin dengan berbagai konsentrasi dan lama perendaman membuat perubahan pada tampilan tanaman anggrek Dendrobium. Beberapa perubahan diantaranya pada perubahan warna bunga, tingkat kehalusan permukaan bunga, serta bulu-bulu dan tepi labellum.
Dendrobium yang direndam selama 9 jam dengan kolkhisin berkonsentrasi 0,02% menghasilkan bunga yang unik. Anggrek yang dihasilkan memiliki bunga yang terbalik dengan posisi labellum yang berada di atas. Perendaman 9 jam dengan konsentrasi kolkhisin 0,01% menghasilkan bunga yang hanya terdiri atas sepal dan labellum serta memiliki posisi yang terbalik (labellum berada di atas). Perendaman selama 6 jam dengan kolkhisin 0,02% dapat meningkatkan kualitas bunga anggrek hibrida. Parameter meningkatnya kualitas bunga dapat dilihat dari warna bunga yang lebih pekat dan mengkilat, permukaan bunga yang lebih halus, serta memiliki bulu-bulu labellum yang lebih panjang, keras, dan tebal.
Perendaman dengan menggunakan kolkhisin pada tanaman anggrek Dendrobium yang masih muda dapat meningkatkan kualitas bunga anggrek Dendrobium. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh kolkhisin pada jenis anggrek yang lainnya (Sulistyaningsih, et. al., 2004).
Sebaiknya , setiap varitas baru yang dihasilkan didaftarkan pada The Registrar of Orchid Hybrids, Royal Horticultural Society , Vincent Square,  London, SW1P2PE.  Caranya dengan mengisi formulir pendaftaran anggrek hibrida, melampirkan foto-foto berwarna dari tanaman dan bunganya serta melengkapi beberapa persyaratan lain untuk mendapatkan pengesahan nama anggrek hidridanya.  Karena dengan adanya regristrasi ini maka anggrek yang kita hasilkan tidak akan dapat di regristasikan / dipatenkan oleh  orang lain dari negara lain. Dan hal ini juga akan menambah khasanah anggrek dan memajukan peranggrekan di Indonesia.

Suatu Pemikiran Meningkatkan Efisiensi Penyilangan
Perlu diketahui bersama bahwa proses pembuahan tanaman bunga anggrek dapat terjadi bila sel telur pada satu bakal biji dibuahi oleh satu sperma yang berasal dari satu sel pollen. Mengacu pada teori tersebut dan melihat bahwa dalam satu buah anggrek terdapat jutaan biji maka di dalam satu buah anggrek juga terjadi proses pembuahan berjuta-juta kali. Dari pemahaman tersebut dapat dipikirkan suatu cara meningkatkan efisiensi penyilangan yaitu menyerbuki satu bunga dengan beberapa pollen dari banyak jenis intuk jantan. Sehingga dalam satu buah akan terbentuk biji-biji anggrek silangan dari beberapa pasangan induk silangan, dengan demikian sekali kita menabur biji anggrek akan didapatkan beberapa silangan baru dalam satu botol.
Sayarat penyerbukan yang harus diperhitungkan antara lain komposisi pollen yang diserbukkan dari banyak indukkan jantan diharapkan seimbang. Seleksi sifat dan ciri indukkan-indukkan jantan harus benar-benar menunjukkan perbedaan sifat dan cirri hasil silangan yang nyata serta mudah dikontrol hasil silangannya.
Perlu pula dipahami adanya incompatibilitas dari indukan jantan dan betina yang akan diserbukkan. Satu pasang silangan bersifat incompatible akan menyebabkan kegagalan pembentukan buah. Incompatibel dapat terjadi jika ada perbedaan tipe pollen dari anggrek yang disilangkan. Anggrek berpollinia bersifat incompatible dari anggrek berpollinaria. Jadi anggrek berpollinia harus disilangkan dengan yang berpollinia pula demikian juga sebaliknya anggrek berpollinaria harus disilangkan dengan yang berpollinaria.
Selain itu juga incompatibilitas dapat juga disebabkan oleh karena faktor enzyme dan hormone tumbuhan setelah mengalami penyerbukkan juga berbeda-beda antar pasangan induk silangan. Sifat dan ciri yang terlalu jauh antara dua induk yang akan disilangkan juga sering menyebabkan gagalnya pembuahan. Seperti anggrek simpodial dengan anggrek monopodial atau anggrek epifit dengan anggrek terrestrik hingga saat ini belum memungkinkan untuk disilangkan.

Demikianlah bagaimana cara melakukan persilangan anggrek.

Sumber :

Chaudari  HK 1971. Elementary  Principles  of  Plant  Breeding. Second  Edition. New Delhi, India: Oxford and IBH Publishing Co.
Damayanti Farida 2006. Laporan Akhir Program Hibah Kompetisi (PHK) A3: Pembentukan Beberapa Hibrida Anggrek serta Pengaruh Beberapa Media Perkecambahan dan Media Perbanyakan Cepat secara In Vitro pada Beberapa Anggrek Hibrida. Bandung: Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Padjajaran.
Ign. Y. Kristio Budiasmoro, 1996, Menyilangkan Bunga Anggrek, Materi Kursus Budiadaya Anggrek, Lembaga Penelitian Universitas dan Fakualatas Biologi Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Klier K, MJ Leoschke, and JF Wendel 1991. Hybridization and Introgression in White and Yellow Ladyslipper Orchids (Cypripedium candidum and C. pubescens). The Journal of Heredity 82(4): 305-318.
Pinheiro Fa´Bio, Fa´Bio De Barros, Clarisse Palma-Silva, Diogo Meyer, Michael F. Fay, Roge´ Rio M. Suzuki, Christian Lexer and Salvatore Cozzolino 2010. Hybridization and introgression across different ploidy  levels in the Neotropical orchids Epidendrum fulgens and E. puniceoluteum (Orchidaceae). Molecular Ecology  19(18): 3981–3994
Qodriyah Laily 2005. Teknik Hibridisasi Anggrek Tanah Songkok (Spathoglottis plicata). Buletin Teknik Pertanian 10(2): 76-82.
Sulistyaningsih, R., Z.A. Suyanto, dan A.E. Noer. 2004. Peningkatan kulitas anggrek Dendrobium hibrida dengan pemberian kolkhisin. Jurnal Ilmu Pertanian 11(1):13-21.
Sutjipto Dirjopranoto, 1994, Buku Kenang-Kenangan Pameran Anggrek 1994, Perhimpunan Anggrek Indonesia Cabang Yogyakarta dan Perkumpulan Pecinta Tanaman, Yogyakarta.
Utami Dwi Susilo dan Sri Hartati 2012. Perbaikan Genetik Anggrek melalui Persilangan Intergenerik dan Perbanyakan Secara In Vitro dalam Mendukung Perkembangan Anggrek di Indonesia. Agrineça 12(2): 104-116.
Widiastoety Dyah, Nina Solvia, dan Muchdar Soedarjo 2010. Potensi Anggrek Dendrobium dalam Meningkatkan Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian 29(3): 101-106.