Laman

Rabu, 28 April 2010

KUNJUNGAN KE ESHA NURSERY BOGOR

KUNJUNGAN KE ESHA NURSERY BOGOR

Oleh :
Agung Surono, S.Si

Pada tanggal 16 Agustus 2009 saya berkesempatan menghadiri acara yang diadakan oleh Bapak Ir Edhi Sandra, MSi yang melakukan pertemuan rutin bagi para alumni kursus kultur jaringan yang diadakan oleh Esha Flora. Hanya sayang saya tidak bisa mengikuti acara pertemuan tersebut sampai selesai. Bapak Ir Edhi Sandra, MSi ini merupakan staff pengajar di Departement KSHE Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan beliau tinggal di Taman Cimanggu Bogor Jl Kemuning 6 M6 No 9 Bogor. Nah berikut ini adalah hasil kunjungan saya ke Esha Flora Bogor :

Medium siap pakai merk Phyto technology laboratories kemasan 50 liter.

Media agar yang sudah ada di dalam botol kultur

Lemari enkast

Laminar Air Flow

Di dalam rumah Bapak Edhi selain berfungsi sebagai rumah tinggal juga berfungsi sebagai laboratorium kultur jaringan tumbuhan meskipun tidak semodern atau secanggih laboratorium kultur jaringan yang terdapat di pusat-pusat penelitian dan perusahaan besar. Untuk pengaturan temperatur udara di ruang inkubasi tempat penyimpanan botol-botol kultur yang berisi eksplan stabil di temperatur 20ºC oleh karena adanya AC.
Selain itu pula di dukung dengan adanya media yang dibauat dari bahan-bahan organik antara lain air kelapa muda, pisang ambon, taoge, buncis, dan lain sebagainya. Dan aapa yang telah dikerjakan oleh Bapak Edhi ini tealah mematahkan hal yang selama ini menjadi mithos bawasannya teknik budidaya kultur jaringan membutuhkan biaya yang mahal dan sulit dalam pengerjaannya. Dengan menggunakan bahan-bahan oraganik ini maka biaya produksi bisa ditekan sampai hanya Rp 400,-/tanaman. Dan ini bila dibandingakan dengan menggunakan media MS dengan menggunakan bahan-bahan kimia murni (p.a grade atau tissue culture tested grade) bisa mencapai biaya Rp 1.000,-/tanaman.
Untuk pembuatan media organik bahan-bahan yang harus disediakan adalah sebagai berikut :
[1] 500 ml air dalam gelas piala.
[2] Air kelapa muda
[3] 2 gram pupuk seimbang (Hyponex, Gandasil D, Viatabloom D)
[4] 20 gram gula pasir
[5] 7 – 8 gram agar
Cara membuat media organik :
[1] Pertama-tama masukkan pupuk dan gula ke dalam gelas piala yang berisi air 500 ml satu persatu sambil diaduk merata sampai pupuk dan gula larut semuanya.
[2] Dan setelah itu baru dimasukkan agar, kemudian tambahkan air kelapa sampai campuran mencapai 1 liter.
[3] Selanjutnya campuran media organik tersebut dimasak sampai mendidih.
[4] Setelah mendidih tuangkan media tersebut ke dalam botol-botol kultur. Botol kultur kecil diberi sebanyak 10 ml, botol kultur ukuran botol selai diberi sebanyak 20 ml dan botol kultur ukuran botol saus diberi sebanyak 35 ml.
[5] Selanjutnya tutup botol yang telah berisi media organik tersebut dengan plastik transparan dan diperkuat dengan karet gelang.
[6] Masukkan botol kultur yang telah berisi media organik ke dalam autoklaf, lalu diautoklaf pada temperatur 121ºC dan tekanan 1,5 atm selama 25 menit. Setelah itu matikan kompor dan tunggu hingga temperatur dan tekanan kembali nol. (Jangan digembosi dengan membuka katup tekanan pada autoklaf karena nanti proses sterilisasinya tidak sempurna).
[7] Setelah agak dingin keluarkan botol kultur yang berisi media organik dari dalam autoklaf dan ditata di tempat ruang inkubasi penyimpanan botol kultur yang telah berisi media. Atur ruangan tempat penyimpanan botol yang berisi media ini bertemperatur sejuk sampai siap untuk penanaman eksplan.
Sebagai catatan :
Untuk membuat media akar dan tunas bahan-bahan yang disiapkan adalah :
[1] 500 ml air dalam gelas piala
[2] 2 gram pupuk seimbang (Hyponex, Gandasil D, Viatabloom D)
[3] 20 gram gula pasir
[4] 7 – 8 gram agar
[5] 500 gram taoge, buncis, kentang dan umbi.
Cara kerjanya :
Selanjutanya blender taoge lalu disaring dengan kain lalu diambil airnya untuk pembuatan media yang bertujuan menumbuhkan akar. Sedangakan untuk menumbuhkan tunas ganti taoge dengan buncis, kentang atau umbi.
Selain media organik tersebut di atas kita masih dapat membuat sendiri media tanam untuk kultur jaringan tumbuhan dengan bahan organik yang ada di sekitar kita seperti umbi kentang, ubi, pisang, tomat, air kelapa dan lain-lain.
Pembuatan media organik dari bahan kentang atau ubi untuk kultur jaringan anggrek.
Bahan-bahan :
[1] Siapkan 500 ml air dalam gelas piala.
[2] 150 ml air kelapa muda.
[3] 500 gram kentang lalu dikupas setelah itu dicuci sampai bersih dan dipotong-potong. Rebus potongan kentang ke dalam 1,5 liter air hingga menyusut 300 ml. Setelah itu saring air rebusan kentang.
[4] 20 gram gula pasir / liter media
[5] 7 – 8 garam agar / liter media
[6] 0,5 gram arang aktif / liter media
Cara kerja pemabuatan media organik dari bahan kentang atau ubii untuk kultur jaringan anggrek.
[1] Masukkan air rebusan kentang, gula, agar, arang aktif, air kelapa ke dalam gelas piala berisi air 500 ml satu persatua lalu diaduk sampai merata. Tambahkan air hingga voleme mencapai 1 liter.
[2] Setelah itu masak media sampai mendidih.
[3] Tuangkan media ke dalam botol-botol kultur, untuk botol kecil sebanyak 10 ml, untuk botol selai sebanyak 20 ml, dan untuk botol saus sebanyak 35 ml.
[4] Setelah semua selesai botol-botol kultur ditutup dengan menggunakan plastik transparan dan karet gelang. Dan mediapun siap disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.
Pembuatan media organik menggunakan tomat/pisang raja/pisang ambon.
Bahan-bahan :
[1] Siapkan 500 ml air dalam gelas piala.
[2] 150 ml air kelapa muda / liter media
[3] 300 gram tomat lalu dipotong dan buang isinya dan hanya diambil daging buahnya saja. Setelah itu daging buah tomat diblender saring dan ambil airnya saja.
[4] 20 gram gula / liter media
[5] 7 – 8 gram agar / liter media
[6] 0,5 gram arang aktif / liter media
Cara kerja pembuatan media organik menggunakan tomat/pisang raja/pisang ambon :
[1] Masukkan air tomat, gula, agar, arang aktif, air kelapa ke dalam gelas piala berisi air 500 ml satu persatua lalu diaduk sampai merata. Tambahkan air hingga voleme mencapai 1 liter.
[2] Setelah itu masak media sampai mendidih.
[3] Tuangkan media ke dalam botol-botol kultur, untuk botol kecil sebanyak 10 ml, untuk botol selai sebanyak 20 ml, dan untuk botol saus sebanyak 35 ml.
[4] Setelah semua selesai botol-botol kultur ditutup dengan menggunakan plastik transparan dan karet gelang. Dan mediapun siap disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.


Rak inkubasi tempat menyimpan media yang sudah ditanami eksplan

Selain media masih ada rahasia yang lainnya dari Bapak Edhi, yaitu sterilisasi eksplan, botol, serta faktor kerapatan penutup botol. Informasi yang saya terima dari Bapak Edhi bahwa selapis penutup plastik transparan dan 2 karet gelang saja tidaklah cukup kuat menahan gempuran infeksi bakteri dari lingkungan luar yang ada di sekitar botol kultur. Hal inai dikarenakan saat temperatur ruangan meningkat/panas maka karet gelang akan mengalami pemuaian sehingga ikatan dari karet gelang akan menjadi kendur. Dan di saat itulah bakteri dengan mudah akan menginfeksi/menyusup ke dalam botol yang berisi eksplan. Dan untuk mencegah agar hal tersebut di atas tidak terjadi dan untuk menghindari eksplan yang terdapat di dalam botol kultur terkontaminasi abakteri maka Bapak Edhi menggunakan 5 lapis plastik transparan dan 50 buah buah karet gelang. Dan hasil dari ini semua adalah tidak satupun botol kultur yang berisi eksplan ada yang terkontaminasi meskipun kucing kesayangan peliharaan Bapak Edhi sering tiduran diantara botol-botol kultur berisi eksplan. Dan sesuai dengan penuturan Bapak Edhi kultur tanaman hias seperti Nephentes, Aglaonema, Phylodendron semuanya dapat dikerjakan dengan methode tersebut di atas.

Aklimatisasi tumbuhan hasil kultur jaringan tumbuhan

Tumbuhan dewasa hasil dari kultur jaringan tumbuhan

Ucapan terima kasih banyak atas izin dan dukungan penuh dari Bapak Ir. Edhi Sandra, M.S sehingga saya boleh menuliskan semua ini di blog saya.

2 komentar:

  1. Terima kasih kembali atas kunjungan Mas Agung Surono S.Si. Semoga informasi ini dapat bermanfaat buat masyarakat luas. Saya sangat mendukung dan mensupport sepenuhnya usaha untuk pengembangan kultur jaringan di Indonesia. Mudah-mudahan kultur jaringan dan memasyarakat secara luas. Terima kasih
    wassalamu'alaikum ww
    edhi sandra

    BalasHapus
  2. Terima kasih sekali atas dukungannya Pak dan semoga informasi ini dapat membantu rekan-rekan kita yang ingin mengembangkan kultur jaringan tumbuhan dalam skala rumahan.

    BalasHapus